Opini  

Aher dan Antitesa Sekularisme

 

Terbayangkah oleh kita ada sosok politisi Islam yang bertabur prestasi kala menjabat sebagai gubernur? Tercatat, sudah 250 penghargaan dalam durasi kepemimpinannya sebagai gubernur Jawa Barat.

Menginjak masa-masa akhir kekuasaannya, jika dianggap 1 tahun 365 hari dikalikan sembilan tahun dibagi 250 penghargaan, maka muncul angka 13 hari sekali penghargaan diraihnya. Dialah Ahmad Heryawan.

Bagaimana kita menjelaskan sosok kader PKS tersebut dalam pertarungan hegemoni wacana Islam vs Sekularisme?

Cukup mudah menjawabnya. Bagi saya, ini adalah antitesa dari sekularisme. Sudah cukup lama kita dipaksa untuk menerima pemikiran bahwa agama harus dipisahkan dari kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Agama (baca: Islam) menurut kaum sekuler tak memiliki peran dalam proses pembangunan bangsa. Alih-alih berkontribusi, agama justru menjadi pemicu konflik dan penghambat kemajuan. Akhirnya muncul pemikiran liar yang mempertanyakan sumbangsih agama bagi pembangunan.

Menurut kelompok yang getol menyuarakan peminggiran agama tersebut, kesalehan seseorang tidak berbanding lurus dengan aksinya di masyarakat. Mereka menuding kelompok atau orang yang membawa-bawa agama justru berkelakukan tidak sesuai dengan nilai-nilai agama yang dianutnya. Karena itu, sudah selayaknya agama atau orang sholeh tak mendapat tempat dalam pembangunan bangsa. Pendek kata: agama hanya di awang-awang, berjarak dari realitas sosial.

Untuk menguatkan cara berpikirnya itu, mereka lalu membuat perbandingan dengan orang-orang yang tak membawa-bawa agama dalam kehidupannya sehari-hari namun mempunyai prestasi kerja yang bagus. Tersebutlah nama Jokowi yang kemudian sukses dijadikan sebagai presiden. Kata mereka, Jokowi tak agamis tapi kinerjanya sebagai walikota Solo dan gubernur DKI Jakarta luar biasa. Sosok inilah yang dibutuhkan bangsa. Begitu pula Ahok.

Tapi Allah sepertinya mendengar rintihan umat Islam di Tanah Air yang tengah gelisah dengan kondisi di negerinya akhir-akhir ini. Tiba-tiba muncul sosok Aher. Fenomena ini seolah menjadi antitesa dari sintesa sekularisme yang terus digembar-gemborkan para pegiatnya.

Ternyata orang sholeh itu bisa berprestasi. Ternyata Islam memiliki peran atau kontribusi dalam pembangunan bangsa. Ternyata orang sholeh dapat mengemban amanah masyarakat dan berpikir inovatif. Dan ternyata, Islam bukan tidak mengawang-awang, ia bisa membumi, dekat dengan masyarakat dan dapat membawa kesejahteraan.

Karena itu, tak heran jika Aher jadi salah satu capres yang digadang-gadang PKS untuk maju di 2019. Prestasi dan kinerjanya sangat patut untuk dinikmati oleh seluruh rakyat di negeri ini, tak cuma di Tanah Pasundan.

Erwyn Kurniawan