Anies Tunjukkan Contoh Perbaikan Sungai Pendekatan Natural

Bronjong (anyaman kawat berisi batu) sebagai penahan banjir. (Ilustrasi)
Ngelmu.co – Saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau retakan di Kampung Berlan, Matraman Jakarta Timur, Anies melihat secara langsung proses perbaikan tebing sungai yang longsor pada Selasa (13/2) malam. Proses perbaikan itu yang Anies katakan adalah contoh perbaikan adalah sungai dengan pendekatan natural.
Menurut Anies, di tempat tersebut pengamanan secara natural sedang disiapkan. Saat ini disiapkan pengamanan dengan batu bronjong. Batu bronjong adalah kotak yang terbuat dari anyaman kawat baja berlapis seng yang pada penggunaannya diisi batu-batu untuk mencegah erosi yang dipasang pada tebing-tebing, tepi-tepi sungai, dan lainnya.

Hal tersebut yang dinyatakan oleh Anies sebagai pendekatan natural. Cara ini berbeda jika perbaikan menggunakan betonisasi. Jika melakukan betonisasi, maka biota-biota air tidak ada yang bisa hidup di sekitarnya. Namun, jika dipasang batu bronjong, maka bisa jadi sarang untuk tumbuhnya biota-biota air.

“Jadi inilah contoh pendekatan natural yang dilakukan di tempat ini. Dari sisi kekuatan lebih kuat, dari sisi biaya lebih murah, dari sisi lingkungan hidup lebih ramah,” jelas Anies, Jumat (16/2), seperti yang dilansir oleh Republika.

Contoh langsumg yang Anies berikan tersebut terkait beberapa waktu lalu, istilah naturalisasi sungai sempat menjadi disalahmengerti (diskursus) di ruang publik. Anies menyampaikan, salah satu cara yang ditempuh untuk menanggulangi persoalan banjir adalah dengan menaturalisasi sungai. Istilah tersebut berbeda dengan yang selama ini akrab di telinga publik, yakni normalisasi.

Akan tetapi, Anies meyakini istilah yang digunakannya. Perbaikan tebing sungai di kawasan Berlan kini disebutnya sebagai metode naturalisasi, istilah yang sempat ia lontarkan sebelumnya.

“Ini contoh saja. Ini penanggulangan tapi dengan pendekatan natural. Tidak dibuat beton. Bronjong ini nanti saling mengikat batunya dan ada rongga-rongga yang bisa jadi tempat tumbuhnya biota-biota air,” papar Anies.

Anies memaparkan juga bahwa pemasangan batu bronjong saat ini berfungsi sebagai penopang. Fase ini, kata dia, adalah fase penyelamatan untuk mengembalikan agar kemiringan yang ada sekarang bisa diamankan. Sesudah itu baru membangun jalan. Kawasan Berlan, menurut Anies, memang punya risiko karena di tepi sungai dan tanahnya tidak solid.

Menurut Anies lagu, kendaraan yang melewati tempat tersebut juga harus diatur. Jalan di kawasan Berlan tak boleh dilewati kendaraan dengan beban berat.  Hal tersebut disebabkan Berlan berada di wilayah tebing yang curam dan tanahnya tidak padat serta tidak kuat, melainkan tanah yang mudah bergeser. Anies berharap, perbaikan ini selesai maksimal dalam waktu satu bulan.

Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno menyatakan bahwa ada patahan tidak aktif di kawasan Berlan. Patahan tersebut yang diduga merupakan faktor penyebab terjadinya retakan tanah di kawasan tersebut dan bukan berasal dari gempa akibat patahan aktif.

Sandi menyebutkan bahwa retakan itu sudah diprediksi sebelumnya saat Pemprov DKI bertemu dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Sandi juga mengatakan, saat ini BMKG sedang mengumpulkan data-data dari 1916 terkait pergerakan tanah di daratan Ibu Kota khususnya di kawasan tersebut.

Sandi mengaku diberi laporan itu agar di kawasan tersebut ditingkatkan kewaspadaannya. Patahan di kawasan Berlan tersebut, kata Sandi, memberi dampak kemungkinan terjadinya gempa dan dampak kerusakan bangunan di daerah tersebut.

Sandi menyatakan bahwa dia telah memerintahkan jajarannya untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan kesiagaan dalam mengantisipasi dampak dari adanya patahan tersebut. Selain iyu, Sandi secara khusus memerintahkan staf khususnya untuk menindaklanjuti adanya temuan retakan tanah di kawasan Berlan.

NEXT