Opini  

Pilpres 2019: Memilih Presiden, Bukan Ketua Timses

Oleh: Erwyn Kurniawan*

Euforia melanda kubu Jokowi-Ma’ruf Amin saat mengumumkan nama Erick Thohir sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) atau tim sukses.

Di media sosial muncul tagar dukungan. Di media arus utama berseliweran berita positif soal Erick Thohir.

Lalu keluar pula tulisan dari orang semacam Denny Siregar yang begitu yakin Erick akan mampu menenggelamkan pesona Sandiaga Uno.

Mereka lupa, pilpres 2019 bukan memilih ketua timses, tapi presiden dan wakilnya.

Erick memang tokoh muda dan sukses. Terakhir, dia dianggap berhasil jadi Ketua Inasgoc yang menghelat Asian Games 2018.

Tapi Erick tak sesempurna imaji banyak orang
Dia dinilai gagal memimpin Inter Milan sejak mengambil alih kepemilikan saham dari Massimo Morratti pada 2013 silam. Sebesar 70% saham Nerrazurri dikuasainya. Tapi usai itu, prestasi Inter Milan seperti jalan di tempat.

Sejak menjadi presiden, Inter Milan tak kunjung tampil di Liga Champions. Baru tahun ini kembali merasakan liga elit di benua Eropa itu.

Mantan pemimpin perusahaan (CEO) Inter, Ernesto Paolillo berujar:

“Tidak terhindarkan jika Thohir ingin menjual klubnya, karena proyek ini merupakan kegagalan,” katanya kepada Radio 24. “Anggaran klub sekarang berwarna merah. Nilai saya untuk manajemen ini adalah angka empat dari 10.”

Bek Barcelona Gerrard Pique pun sampai rindu dengan kehadiran Inter Milan.

“Inter dan Milan saat ini sedang melalui waktu yang sulit, terutama dalam hal manajemen. Saya berharap mereka segera kembali ke level teratas,” kata mantan penggawa Manchester United itu.

“Mereka adalah dua tim dengan prestise kelas dunia dan memiliki sejarah yang terkenal. Saya ingin bermain melawan mereka karena kedua tim berasal dari level internasional. Suasana di San Siro juga selalu fantastis,” tutur Pique.

Erick sendiri saat ini bukan lagi pemilik saham mayoritas. Dia sudah menjual sebagian besar sahamnya kepada perusahaan rakssa Cina bernama Sunning.

Publik sudah cerdas. Mereka ingin mengganti presiden, bukan wapres atau ketua timsesnya.

Pemilihan Erick sendiri seperti alternatif akhir karena sebelumnya beberapa tokoh nasional menolak tawaran jadi ketua timses. Jusuf Kalla, Din Syamsuddin, Mahfud MD hingga Najwa Shihab kompak menolak.

Jadi, berhati-hatilah dengan euforia. Karena rakyat tak bisa lagi dikelabui. Dan tersebab Erick punya pekerjaan Maha Rumit: mengubah sosok Jokowi yang tak menepati janji menjadi orang yang dipercaya rakyat

Dan pastinya, tak bisa diselesaikan hanya oleh Erick seorang, apalagi dengan seorang Stuntman.

*Penulis dan Jurnalis