Opini  

8 Stories: Film Yang Menembus Batas Imaji

 

Tadi malam, PKS membuat kejutan. Saat situasi politik memanas dan diksi-diksi kasar memadati ruang publik, partai dakwah ini justru kebalikannya. Menghadirkan film untuk anak-anak milenial yang menembus batas imaji.

Judulnya 8 Stories. Nama-nama pemainnya: Kea, Adi, Dilan, Eja, Tera. Jika disambung menjadi Keadilan Sejahtera. Terbagi dalam delapan scene. Berisikan kisah-kisah generasi milenial yang penuh kejutan dan inspiratif.

Ada tentang fenomena anak yang bermimpi jadi Youtuber, orangtua yang tak pernah mengambil rapot anaknya hingga hal sepele seperti colokan untuk mencharge gadget.

Tentu saja tak ketinggalan ada bumbu asmara. Siapa lagi kalau bukan antara Kea dan Dilan. Namanya juga anak muda hehe. Tapi jangan berharap seperti film romantis kebanyakan. Tidak ada adegan ciuman, pegangan tangan dan berpelukan.

Justru disinilah kelebihan film ini. Tetap mampu menghadirkan ‘rasa itu’ tanpa harus terseret adegan mainstream kisah asmara anak muda.

Di luar itu, film 8 Stories yang diproduseri Ahmad Mabruri ini bisa jadi tak pernah terbayangkan dalam benak kader dan publik pada 21 tahun silam, saat partai ini dideklarasikan. Bikin film? Lah wong masuk bioskop saja masih sering jadi perdebatan.

Kecuali itu, adegan dan dialog yang tersaji juga minim simbol-simbol PKS. Kecuali jilbab dan angka 8 ya.

Ada Tera yang tak berjilbab. Dilan dan Adi yang tak berjanggut. Dan ini: tiada panggilan abi dan umi kepada kedua orangtua. Padahal dulu saat partai ini baru berdiri kerap disebut Partai Abi Umi.

Jika boleh saya menyimpulkan, film ini menembus batas imaji. Publik selama ini kadung membayangkan PKS dengan identifikasi tertentu. Tapi dalam film ini, hampir tak terlihat.

Disebut menembus batas imaji juga tersebab PKS jadi sebuah anomali. Kala publik dicekoki diksi-diksi kampanye semacam ‘goblok’, ‘lawan’, ‘sontoloyo’, sehingga persepsi terhadap pemilu jadi menyeramkan, tapi partai dakwah ini menawarkan keceriaan. Dan sejauh ini menjadi satu-satunya partai yang memproduksi film secara serius untuk anak-anak milenial.

Bravo PKS

Erwyn Kurniawan