Berita  

Akankah RI Jalin Hubungan dengan Israel Usai AS Mengiming-iming Bantuan Miliaran Dolar?

AS Iming-Iming Indonesia Miliaran Dolar Normalisasi Israel
Presiden Joko Widodo menerima delegasi US International Development Finance Corporation (DFC) yang dipimpin oleh CEO Adam S Boehler. Pertemuan tersebut berlangsung di Istana Merdeka, Jakarta, pada Jumat, 10 Januari 2020. Presiden Jokowi dengan delagasi, membicarakan peluang investasi di Indonesia.

Ngelmu.co – Akankah Republik Indonesia (RI), menormalisasi hubungan dengan Israel, setelah Amerika Serikat (AS), mengiming-ngiming bantuan miliaran dolar untuk pembangunan Tanah Air?

Mengutip Bloomberg, CEO US International Development Finance Corp., Adam Boehler, memperkirakan bantuan hingga US$2 miliar [sekitar Rp28,46 triliun].

Nominal tersebut akan mengalir dari AS ke Tanah Air, jika Indonesia, bersedia menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel.

“Kami berdialog dengan mereka tentang hal itu. Jika mereka siap, maka kami akan sangat senang untuk memberikan dukungan finansial,” kata Boehler, di Yerusalem, Rabu (23/12).

Hal itu ia sampaikan, sebelum berangkat ke Maroko, bersama rombongan yang dipimpin Penasihat Presiden AS Bidang Timur Tengah, Jared Kushner.

Lebih lanjut, mengutip The Jerusalem Post, seorang sumber staf di Kongres AS yang dekat dengan pimpinan Partai Demokrat, juga buka suara.

Ia, menyatakan kepada Jewish Telegraphic Agency, bahwa pemerintah Indonesia, harus segera menentukan sikap.

Apakah bersedia menormalisasi hubungan dengan Israel–dan mendapat kucuran dana bantuan–atau tidak.

Keputusan yang menurut laporan tersebut, harus muncul sebelum pelantikan Presiden terpilih AS, Joe Biden, pada 20 Januari 2021.

“Jika saya sebagai pemerintah Indonesia, saya tidak akan menghindari janji yang dibuat pemerintahan saat ini,” kata sumber tersebut.

“Development Finance Corp., itu dibentuk sebagai instrumen pembangunan, bukan sebagai insentif perkembangan secara politis,” sambungnya.

Sebagai informasi, Biden, juga menyambut baik kesepakatan Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko, yang menormalisasi hubungan dengan Israel.

Namun, ia, mengkritik pendekatan transaksional yang digunakan oleh Trump.

Pasalnya, dari kesepakatan tersebut, AS mengizinkan UEA, membeli jet tempur siluman F-35.

AS, juga mengakui kedaulatan Maroko atas wilayah Sahara Barat, dan mencabut Sudan dari daftar negara yang mendukung terorisme.

Baca Juga: Israel Sebut Normalisasi Hubungan Tak Melawan Palestina, Tapi Justru Membantu

Meski demikian, Boehler, meyakini jika nantinya pemerintahan Biden, akan tetap mendukung kesepakatan normalisasi yang telah terbentuk.

“Saya pikir, mereka akan tetap melanjutkan apa yang sudah kami kerjakan,” ujarnya.

“Dan membawanya lebih jauh, dan saya berharap mereka terus dan selalu ada, mendukung mereka,” lanjut Boehler.

Sebenarnya, apa maksud dari normalisasi hubungan dengan Israel?

Ini merupakan agenda politik luar negeri Trump, untuk memperkuat posisi sekutunya itu di Timur Tengah.

Pertanyaannya, akankah Indonesia bersedia menormalisasi hubungan dengan Israel, setelah adanya iming-iming dari AS?

Satu hal yang pasti, beberapa waktu lalu, Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, telah menyampaikan sikap.

Ia, menegaskan Indonesia, hingga saat ini tidak berniat membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

“Sebagai tindak lanjut arahan Bapak Presiden [Joko Widodo], kepada Menteri Luar Negeri, saya ingin menyampaikan dua hal,” tutur Retno, mengawali.

“Hingga saat ini, tidak terdapat niatan Indonesia untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel,” tegasnya, dalam jumpa pers virtual Kementerian Luar Negeri, Rabu (16/12) lalu.

Retno, juga menyatakan Indonesia, akan tetap berpegang pada solusi dua negara dan parameter internasional lain yang telah disepakati.

Indonesia, akan terus mendukung kemerdekaan Palestina.

“Dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina berdasarkan two state solution dan parameter internasional lain yang disepakati, secara konsisten akan tetap dilakukan,” pungkas Retno.