Berita  

Al-Qur’an Getarkan Hati Eks Intelijen AS, Monica Witt, Hingga Putuskan Jadi Mualaf

Monica Witt Mualaf

Ngelmu.co – Al-Qur’an menggetarkan hati eks perwira intelijen angkatan udara Amerika Serikat (AS), Monica Witt (43), hingga dirinya memutuskan untuk menjadi seorang mualaf.

Pada Februari 2019, akun Twitter resmi FBI, pernah menginformasikan jika pihaknya tengah memburu Monica.

Monica dituduh sebagai mata-mata, setelah membelot ke Iran pada 2013.

Monica juga dituding membocorkan identitas para agen AS, dan rahasia lainnya.

Menurut dakwaan, Monica membelot ke Iran pada Agustus 2013, dengan membawa dokumen rahasia.

Dokumen rahasia itu tentang agen dan intelijen AS, yang pernah bekerja bersamanya.

Lalu, hal ini menjadi sasaran bagi para hacker Iran, yang empat di antaranya disebutkan dalam dakwaan.

Apa Alasan Monica Membelot?

Pada 2013, wanita bernama lengkap Monica Elfriede Witt ini pernah menjalani wawancara dengan Kantor Berita Qur’an Iran.

Dari sana diketahui, bahwa dahulu ia beragama Kristen, tetapi bukan umat yang taat.

Sampai akhirnya, Monica yang lahir di El Paso, Texas, 8 April 1979, mendaftar sebagai militer AS.

Sang ibu meninggal sebelum Monica, aktif bertugas di militer (1997).

Monica pun tinggal bersama kerabatnya hingga 2008, sementara sang ayah, Harry Witt, tinggal di Longwood, Florida, sejak 2019.

Monica dekat dengan Islam sejak ia mendapatkan sebuah misi ke Irak.

Ia mengaku terpaksa mempelajari Al-Qur’an, guna bisa memahami penduduk Irak.

Namun, makin lama mempelajari Al-Qur’an, Monica malah makin antusias dengan isi kitab suci tersebut.

Bahkan, setelah menjadi mualaf, negaranya menuduh Monica, membelot.

Namun, ia tetap yakin bahwa keputusannya menjadi seorang mualaf diambil sepenuh hati.

“Sangat mengesankan. Saya tidak pernah membayangkan sebelumnya. Saya menjadi begitu tertarik dengan Al-Qur’an, sehingga tiap malam, saya mempelajarinya,” tutur Monica, mengutip BBC.

Mendeklarasikan Diri Sebagai Muslim

Monica yang muncul di televisi Iran, mendeklarasikan dirinya sebagai seorang muslim.

Kala itu, ia berharap–setelah memeluk Islam–sebagai seseorang yang bertugas di tentara AS [selama bertahun-tahun], haknya untuk memilih agama dan kepercayaan, akan dihormati.

“Namun, seorang anggota tentara AS yang menjadi muslim, bukanlah sesuatu yang bisa mereka pertahankan. Mereka takut pada orang-orang seperti itu,” ujar Monica.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa teman, keluarga, dan militer AS, berada di bawah pengaruh propaganda anti-Islam; sehingga tidak menerima agamanya saat ini.

Maka setelah memeluk Islam, Monica mendapat banyak dakwaan dari pemerintah AS, terutama pelanggaran militer.

Mengutip The Guardian, Monica masuk Islam dalam acara televisi (2012).

Tepatnya, pada perjalanan pertama Monica ke Teheran, bersama seorang mualaf–yang lebih terkenal–Sean Stone.

Sean merupakan putra sutradara film Amerika Serikat, Oliver Stone.

Banyak pertanyaan yang menarik dirinya lebih dekat kepada Islam, terutama tentang tujuan utama kehidupan, dan mengapa harus hidup dengan cara terbaik.

Fatemah Zahra

Monica yang bernama Muslim Fatemah Zahra, merupakan lulusan dari dari University of Maryland, College Park.

Ia menyabet gelar master dari Universitas George Washington (GWU).

Monica juga memiliki sertifikasi bahasa Persia dari Defense Language Institute.

Teman-teman sekelas di GWU, menggambarkan Monica sebagai orang yang pendiam dan introver.

Namun, ia tetap dapat berbicara dan menggambarkan tentang dinas militernya dengan jelas.

Termasuk tentang serangan pesawat tak berawak, pembunuhan di luar hukum, dan kekejaman terhadap anak-anak.

Ini juga-lah yang menjadi penyebab Monica, terserang insomnia.

Karier Monica

Monica bekerja dengan intelijen militer. Ia bergabung dengan Angkatan Udara AS pada Desember 1997.

Sebagai bagian dari spesialisasi AU, Monica mendapat akses ke SECRET dan TOP SECRET.

Iinformasi pertahanan nasional yang berkaitan dengan intelijen asing dan intelijen AS, termasuk HUMINT.

Berisi nama sebenarnya dari sumber intelijen, dan agen klandestin dari Amerika Serikat.

Sekitar Februari 1998-April 1999, Monica mendapat tugas ke Lembaga Bahasa Pertahanan untuk berlatih dalam bahasa Persia.

Lalu, Mei 1999-November 2003, Monica mendapat tugas beberapa kali untuk melakukan misi rahasia, dan mengumpulkan sinyal intelijen tentang musuh AS.

Selama awal Perang Irak, sebagai sersan, Monica menjadi seorang Analis Bahasa Kriptologis Udara yang ditugaskan ke Skuadron Pengintai ke-95; ditempatkan di Pangkalan Angkatan Laut Kreta, Yunani.

Di saat perang meletus pada 20 Maret 2003, tiga pekan berikutnya, Monica melakukan operasi tempur besar yang berkelanjutan.

Monica menjadi anggota awak pesawat Boeing RC-135V atau W Rivet Joint; hingga akhirnya dianugerahi Medali Udara oleh Presiden AS George W Bush.

Baca Juga:

Lebih lanjut, Monica pun berpartisipasi dalam penerbangan udara yang berkelanjutan; dari 29 Maret-18 April.

Selama periode tersebut, angkatan udara dan keberanian Monica, dapat menyelesaikan misi pengintaian dalam mendukung Operasi Iraqi Freedom.

Dalam kondisi yang sangat berbahaya, Monica menunjukkan kemahiran luar biasanya, serta pengabdian yang teguh pada tugas.

Kemampuan profesional dan pencapaian udara luar biasa dari Monica, mencerminkan penghargaan besar untuknya dan Angkatan Udara AS.

Pada November 2003, Monica lalu dipindahkan ke Pangkalan Angkatan Udara Andrews; dari Pangkalan Angkatan Udara Offutt.

Monica memulai penugasannya sebagai agen khusus Kantor Penyelidikan Khusus (OSI) Angkatan Udara; fokus pada penyelidikan kriminal dan intelijen.

Monica melanjutkan operasi rahasia di Timur Tengah, dan memiliki akses ke program akses khusus (SAP)–informasi rahasia–hingga Agustus 2010.

Sepanjang layanannya dengan militer AS, Monica dikerahkan ke Arab Saudi, Diego Garcia, Yunani, Irak, dan Qatar.

Monica juga sampai menerima tiga medali penghargaan AU, dan tiga medali prestasi udara.

Monica meninggalkan kursi sersan teknisnya pada Maret/Juni 2008.

Alasannya, karena Monica berniat untuk memeluk Islam, sehingga makin mendorong keputusannya untuk meninggalkan AU.