AS-Saudi Bersitegang, Raja Salman ‘Ngamuk’ ke Biden

AS-Saudi Bersitegang, Raja Salman 'Ngamuk' ke Biden

Ngelmu.co – Laporan terbaru Amerika Serikat (AS) menyebutkan bahwa Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman (MBS), sebagai ‘dalang’ atas kematian seorang jurnalis bernama Jamal Khashoggi.

Hubungan AS-Saudi Memanas

Hal tersebut membuat hubungan antara AS-Saudi memanas. Laporan yang diumumkan secara resmi oleh Presiden Joe Biden itu juga membuat pemerintah Arab Saudi yang dipimpin oleh Raja Salman ‘mengamuk’.

Perlu diketahui, Khasoggi adalah salah seorang jurnalis Saudi yang menjadi koresponden di Washington Post yang kerap mengkritik kerajaan.

Laporan intelijen AS menyebut, MBS patut disalahkan atas kematian jurnlis tersebut pada 2018 silam. Sebab, ia diketahui menyetujui pembunuhan tersebut.

“Pemerintah kerajaan Arab Saudi sepenuhnya menolak penilaian negatif, salah dan tidak dapat diterima dalam laporan yang berkaitan dengan kepemimpinan kerajaan,” tegas Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan dikutip dari AFP, Jumat (27/2/2021).

“(Saudi) mencatat bahwa laporan tersebut berisi informasi dan kesimpulan yang tidak akurat.”

Laporan tersebut menyebutkan bahwa MBS menyetujui operasi Istanbul untuk menangkap atau membunuh sang jurnalis.

Diketaui, sejak 2017 lalu, putra mahkota memiliki kendali mutlak atas operasi kerajaan sehingga sangat tidak mungkin pejabat Saudi akan melakukan operasi tanpa seizin putra mahkota.

“Sangat disayangkan bahwa laporan ini, dengan kesimpulan yang tidak dapat dibenarkan dan tidak akurat, dikeluarkan sementara kerajaan dengan jelas mengecam kejahatan keji ini, dan kepemimpinan kerajaan mengambil langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa tragedi seperti itu tidak akan pernah terjadi lagi,” kata kementerian.

“Kerajaan menolak tindakan apa pun yang melanggar kepemimpinan, kedaulatan, dan kemandirian sistem peradilannya.”

Selain itu, dalam laporan itu juga menyebutkan, satu regu yang berisikan 15 orang pergi ke Istanbul dari Saudi pada Oktober. Mereka diyakini berpartisipasi pada pembunuhan meski tak jelas apakah tim tahu target yang dituju.

“Putra mahkota memandang Khashoggi sebagai ancaman bagi kerajaan dan secara luas mendukung penggunaan tindakan kekerasan jika perlu untuk membungkamnya,” tulis laporan tersebut.

Sebelumnya, Khashoggi dibujuk untuk datang ke konsulat Saudi di Istanbul untuk merampungkan dokumen pernikahan. Namun, kemudian tunangannya melaporkan bahwa Khashoggi menghilang, saat ia sedang menunggunya di depan kantor diplomatic tersebut karena tak kunjung muncul selama berjam-jam.

As Menjatuhkan Sanksi

Atas hal tersebut, AS pun menjatuhkan sanksi ke unit elit Arab Saudi serta mantan pejabat intelijen atas peran mereka dalam pembunuhan Khashoggi.

Bahkan, Kementerian Keuangan AS turut memblokir aset dan mengkriminalisasikan transaksi terkait Pasukan Intervensi Cepat (RIF), yang dianggap bertanggung jawab ke Putra Mahkota MBS serta mantan pejabat intelijen Ahmed Al-Assiri.

Assiri merupakan orang dalam MBS, yang telah bebas dalam persidangan tertutup di Arab Saudi terkait kematian Khashoggi, yang dikritik tajam oleh kelompok-kelompok hak asasi.

“Mereka yang terlibat dalam pembunuhan menjijikkan terhadap Jamal Khashoggi harus dimintai pertanggungjawaban,” kata Menteri Keuangan Janet Yellen dalam sebuah pernyataan.

“AS bersatu dengan jurnalis dan pembangkang politik dalam menentang ancaman kekerasan dan intimidasi.”

Baca Juga: Mengenal Muslim dalam Kabinet Presiden ke-46 AS Joe Biden

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Antoby Blinken menyebut, bahwa langkah tersebut bukan sebagai upaya memecah belah hubungan antara kedua negara tersebut, tapi menyesuaikan kembali. Ia menyebut hubungan harus sesuai nilai-nilai AS.

“Saya pikir kita harus memahami juga bahwa ini lebih besar dari satu orang. Kalibrasi ulang ini sesuai dengan kebijakan yang dikejar Arab Saudi dan tindakan yang diambil,” kata Blinken ketika ditanya mengapa pangeran tidak dikenai sasaran sanksi.