Astaghfirullah! Setelah Ust. Felix di Bangil, Kali Ini Ust. Bachtiar Nasir dan KH Shobri Lubis Ditolak di Garut

Ngelmu.co – Masih heboh dan belum selesai urusan penolakan pengajian oleh Ustadz Felix Siauw di Bangil Pasuruan, Jawa Timur oleh Banser, kini ada lagi aksi penolakan pengajian di Garut, Jawa Barat. Kali ini yang ditolak adalah Ust. Bachtiar Nasir dan KH Shobri Lubis.

Rencana kedatangan Ustad Bachtiar Nasir dan KH Ahmad Shabri Lubis untuk melakukan pengajian di Garut mendapatkan penolakan dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Garut. Kedua ustadz tersebut dikabarkan akan menggelar pengajian di Kabupaten Garut pada Sabtu (11/11) mendatang.

Penolakan PCNU itu disampaikan melalui surat yang diberikan ke DKM Masjid Agung Garut, di tempat akan diselenggarakannya pengajian bagi kedua dai tersebut. Dari surat yang diberikan ke DKM Masjid Agung pada Minggu, tanggal 5 November 2017, diketahui alasan dari penolakannya itu.

Penolakan muncul karena tausiyah yang diberikan kedua ulama itu dianggap tidak membawa kesejukkan dan berpotensi melukai perasaan sebagian warga Indonesia.

Wakil Sekretaris PCNU Garut, Aceng Hilman, mengatakan bahwa pihaknya memberikan surat penolakan kepada DKM Masjid Agung Garut. Pihak PCNU menegaskan, tak ada larangan bagi tabligh akbar yang akan dilaksanakan, namun tidak dengan pengisi acaranya.

“Sebenarnya yang kami tolak itu pengisi acaranya. Kami tegaskan, jika kami tidak menolak pengajiannya. Dulu ada Aa Gym dakwah di Masjid Agung saja kami dukung,” kata Aceng kepada wartawan, Senin (6/11).

Penolakan tersebut, menurut Aceng, sudah melalui kajian dan pertimbangan yang dilakukan PCNU. Salah satu alasan penolakan karena judul tabligh akbar yang dinilai tak sesuai dengan wilayah Garut.

“Judulnya saja Garut Bumi Islam. Kalau seperti itu yang di luar Islam tidak boleh tinggal di Garut? Bukannya kami tak setuju, tapi ada prinsip di Islam yang toleran, seimbang, dan menyayangi seluruh umat. Itu harus dijunjung,” ujar Aceng.

Alasan lainnya yang membuat PCNU Garut menolak adalah penggunaan bendera yang biasa digunakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pada spanduk acara. Bahkan, dia menuding, Bachtiar Nasir permisif terhadap gerakan radikalisme. Menurut Aceng, Bahtiar Nasir adalah tokoh yang cenderung membiarkan radikalisme atas nama agama. Bahtiar Nasir juga tidak tegas terhadap paham radikalisme.