Batas Usia Memang di Tangan Allah, tapi Manusia Tetap Harus Ikhtiar

Anies Meninjau Tempat Pemakaman Covid Corona
Foto: Instagram/aniesbaswedan

Air mata tak berhenti mengalir. Usapan demi usapan tak membuat wajahnya kering.

Ia berjongkok di sisi kiri gundukan tanah kuburan yang masih basah.

Jenazah suaminya yang berusia 54 tahun, baru saja dikuburkan. Ibu itu tak berhenti bertutur atas kehilangannya.

“Dia itu pekan lalu masih sehat-sehat, Pak, terus kena Covid, terus…”, kalimatnya putus, meledak jadi tangis.

Anak lelakinya terdiam memegang pundak ibunya. Anak perempuannya jongkok di sisi kanan. Menunduk.

Duka mereka, duka kita, tak terkira dalamnya.

Seorang bapak berdiri memandang satu kuburan yang juga masih basah.

“Istri saya, Pak. Pekan lalu masih sehat. Cuma sakit perut, terus drop, Pak. Kena Covid,” begitu katanya.

Mata kami bertatapan. Tak perlu kata-kata. Hening dan mata basah itu sudah cukup pesannya. Duka itu, tak terkira dalamnya.

Jongkok lama, pundaknya tergoncang-goncang. Saya tunggu di belakangnya. Tak berapa lama, ia bangun dan berbalik.

“Saya dari Bandung, Pak. Ini Bapak saya. Pekan lalu masih sehat. Sekarang semua hilang, Pak,” jelasnya, dalam kalimat yang tersendat-sendat.

Tiga jenazah berderet itu dikuburkan hampir bersamaan.

Setelah liang kubur ditutup, keluarga inti diberi waktu berdoa sejenak. Lalu, harus ke luar area pemakaman.

Itulah akhir pengantaran mereka pada keluarganya.

Datangi pemakaman, dan lihatlah kenyataan. Kematian itu tak sekadar angka statistik, tapi tentang saudara kita.

Orang-orang yang tadinya masih sehat, masih berkumpul dengan keluarga tercinta. Kini, mereka dipisah selamanya.

Ingatlah, bahwa setiap angka itu adalah satu kisah duka tak terkira.

Hari ini, rekor pemakaman selama wabah COVID-19 di DKI: 180 jenazah dikuburkan dengan prosedur COVID-19.

Lahan baru di Rorotan ini ukurannya 3 Ha, khusus Covid.

Meskipun luas, tolong jangan sampai dipenuhi.

Ya, jangan sampai penuh.

Jangan diisi jenazah seperti hari ini lagi. Cukup, cukup sudah. Kita tak ingin melihat lebih banyak lagi wajah duka.

Batas usia ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tugas manusia adalah ikhtiar.

Sama-sama kita hindari kegiatan berpotensi penularan. Kita datangi tempat vaksinasi sebagai ikhtiar keselamatan.

Hindari risiko, songsong ikhtiar keselamatan.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Anies Baswedan (@aniesbaswedan)

Saat tulisan ini dibuat, unggahan Anies tersebut, telah menerima 3.870 komentar.

Dari @kartika7***, salah satunya. “Kampung saya, sejak puasa, siaga Covid, Pak. Bapak saya, tiga pekan dirawat. Sesak napas kena Covid, masuk UGD.”

“Tetangga juga banyak yang kena Covid. Saya juga kena Covid, isolasi mandiri bersama yang lainya. rasanya sakit, sesak napas,” imbuhnya.

“Padahal, sebelumya sehat. Tadinya saya enggak percaya Covid. setelah meraskaan sendiri sakitnya, jadi taat peraturan,” sambungnya lagi.

“Ke mana-mana pakai masker, dan menghindari kerumunan,” tutup Kartika.

Baca Juga:

Alih-alih menuju sudah, pertambahan kasus positif COVID-19 di Indonesia, justru kembali meningkat.

Total 2.004.445 kasus, tercatat pada Senin (21/6) lalu.

Penambahan kasus COVID-19 ini memiliki rentang waktu yang sangat cepat, dibanding sejuta kasus sebelumnya.

Berdasarkan penghitungan, penyebaran virus, butuh waktu sekitar 147 hari.

Dari 1.000.000 kasus, pada Selasa (26/1), hingga mencapai 2.000.000 juta kasus, pada Senin (21/6).

Sebelumnya, kasus COVID-19 sampai ke angka 1.000.000, dengan waktu sekitar 331 hari [sejak pasien positif virus Corona diumumkan pertama kali, 2 Maret 2020].