“Behind The Eagle’s Power”

Khabib Nurmagomedov

Ngelmu.co – Pertandingan UFC kemarin, sangat mengharu biru bagi pencinta dunia olah raga yang sangat keras ini. Terutama bagi pencinta sang Eagle, Khabib Nurmagomedov.

Saya sendiri, bukan pencinta olah raga UFC. Hanya akhirnya, tertarik dan memberi perhatian, karena sosok Khabib, yang memiliki daya tarik luar biasa, dari berbagai sisi.

Betapa tidak, Khabib, adalah petarung tangguh yang tak terkalahkan. Reputasinya proven. Dari 29 pertandingan, Khabib, selalu menang.

Penampilan dan gaya bertandingnya yang kalem dan tidak ugal-ugalan, juga membuat banyak simpati mengarah kepadanya.

Hal lain yang menarik–terutama bagi saya–adalah Khabib, seorang Muslim yang taat dan berakhlak mulia.

Beberapa gaya dan aksinya memberi kesejukan dan kebahagiaan, sebagai seorang Muslim; bagi saya.

Misalnya, hampir setiap ungkapannya, selalu dengan kata-kata yang menghadirkan ketauhidan nan dalam.

Seperti perkataan Alhamdulillah, berulang kali terdengar. Hal ini terlihat, bukan lip service semata, tapi memang menjadi bagian dari kebiasaan serta akhlaknya.

Pada banyak video yang beredar pun, acap kali terlihat Khabib, memimpin sholat berjemaah–bersama timnya–usai pun sebelum latihan, atau bertanding.

Saat medio pertandingan terakhir, ketika pengukuran berat badan, kontestan hanya boleh mengenakan pakaian dalam.

Namun, beredar video, sang Elang, minta handuk untuk menutup auratnya dari muka publik.

Amazing!

Begitu iffah-nya beliau, menjaga akhlak dan muruah.

Pada scene yang berbeda juga terlihat, Khabib, berusaha untuk tetap duduk ketika minum.

Masih banyak lagi, perilaku serta akhlak mulia dan Islami, yang publik lihat.

Bukan karena ingin ia tunjukan, tapi lebih karena, begitulah akhlak dan perilakunya sehari-hari.

Perilaku atau akhlak adalah sebuah kebiasaan yang tertanam sejak lama, sehingga akan embed dalam keseharian, kapan pun.

Berbeda dengan tindakan yang di-buat-buat, dan hanya mencari sensasi.

Pancaran perilaku dan akhlak Khabib, begitu natural, tanpa skenario pun perencanaan.

Kembali ke pertandingan UFC terakhir, Khabib, seperti biasa menjadi pemenang.

Ada hal berbeda dan mengharu biru yang terjadi.

Pertama, momen ketika Khabib, bersujud dan menangis tak henti.

Saat itu, menurutnya, tangis haru adalah untuk almarhum ayahnya, yang telah menjadi pelatih, penasihat, dan ruh dalam pertandingannya selama ini.

Ia menangis tersedu-sedu, karena pertandingan itu adalah persembahan untuk ayahnya, yang belum lama wafat.

Kedua, setelah menjadi pemenang, Khabib, melakukan pengumuman yang mengejutkan publik.

Beliau, menyatakan pensiun dan berhenti dari arena UFC, untuk selamanya.

Ketika publik menanyakan apa alasannya, dengan sederhana Khabib, menjelaskan karena ia, menjalankan permintaan ibunda.

Ibunya, meminta Khabib, untuk berhenti bertanding, karena kini sang ayah, tak lagi mendampinginya.

Publik kembali terkejut dan tertegun, dengan alasan sesederhana itu. Penisun pada puncak karier yang cemerlang, serta popularitas di atas angin.

Namun, begitulah Khabib…

Keputusannya sudah bulat, dan dengarkan salah satu kata yang ia sampaikan, “Be close with your parents… you never know what will happen.”

Merinding rasanya mendengar perkataan ini, terlebih pengucapnya adalah seorang petarung keras dan handal.

Ia, yang sedang berada pada puncak karier-nya, menyatakan berhenti, karena ingin selalu dekat dengan ibunya, yang kini seorang diri.

Lalu, bagaimana ceritanya sang Eagle, petarung tangguh dalam olah raga keras, tapi begitu lembut hatinya dan mulia akhlaknya?

Jika melihat sepak terjang, perilaku dan lingkungan yang menyertainya, dapat memastikan peran kedua orang tua Khabib, begitu dominan, dan merasuk dalam hidup serta kesehariannya.

Tak mungkin sosok shaleh dan berprestasi ini, begitu saja lahir tanpa campur tangan penuh kedua orang tuanya.

Faktanya, pada akhir masa karier-nya pun, keluarga dan orang tua, dominan menjadi alasannya.

Khabib, pasti tumbuh dengan family bonding yang kuat dan harmoni. Antara anak dan ayah, antara anak dan ibu.

Sepertinya, ia mencecap begitu dalam kehangatan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Begitu pun perhatian dan curahan sayang kedua orangnya, menjejak dalam jiwa Khabib.

Satu hal lagi yang paling istimewa, selain family bonding antara anak dan kedua orang tua, adalah terkait soal values and norms.

Kedua orang tua Khabib, begitu kuat menancapkan nilai-nilai dan norma, serta akhlak luhur Islam, dalam kepribadiannya.

Sehingga akhlak tersebut, memancar cemerlang dan bersinar, dalam kehidupan tanpa bayang-bayang.

Ia, menyinari teduh utuh tanpa bias pencitraan, atau lelakon buatan.

Sebenarnya, memukau dan indahnya goresan sejarah Khabib, tak lepas karena dua sosok hebat yang telah membuatnya sedemikian rupa–ayah dan ibu.

Dua sosok yang telah mencurahkan sepenuh kasih sayang, kehangatan, perhatian, cinta, kelembutan, nilai akhlak, agama, sekaligus aqidah.

Keluarga Nurmagomedov, telah memberikan keteladanan kepada keluarga-keluarga dunia, khususnya keluarga Muslim.

Keluarga Nurmagomedov, seperti ingin memberitahu, bahwa kita bisa berprestasi menjadi apa pun, tanpa harus menanggalkan jati diri serta akhlak, sebagai Muslim sejati.

Rumah adalah sasana kehidupan abadi yang menggoreskan wajah kehidupan anak-anak kita kelak, ke depan.

Proud of you Nurmagomedov Family.

Oleh: Arbow, Ayah Pembelajar