Berita  

Benarkah Virus Corona ‘Senjata Biologi’ yang Bocor dari Laboratorium di Wuhan?

Bocor dari Laboratorium di Wuhan

Ngelmu.co – Benarkah virus Corona merupakan senjata biologi yang bocor dari laboratorium di kota Wuhan, Cina? Mantan petinggi intelijen militer Israel yang mengaku telah mempelajari senjata biologi Tiongkok, Dany Shoham, mengatakan demikian.

Virus Corona Bocor dari Laboratorium di Wuhan?

Dugaan ini disampaikan, dari data rekaman milik Radio Free Asia yang menyiarkan ulang laporan televisi lokal Wuhan di tahun 2015 lalu.

“Laboratorium tertentu di institut ini mungkin terlibat dalam hal penelitian dan pengembangan senjata biologis Cina,” kata Shoham, seperti dilansir Washington Times, Jumat (24/1).

“Setidaknya, sebagai pelengkap. Namun, bukan sebagai fasilitas utama penyelarasan senjata biologi,” sambungnya.

Pengerjaan senjata biologi, lanjut Shoham, dilakukan sebagai bagian dari penelitian sipil-militer ganda dan ‘pasti rahasia’.

Pemerintah Kota Wuhan, saat itu memperkenalkan laboratorium penelitian virus termaju di Cina, yakni Wuhan National Biosafety Laboratory.

Satu-satunya yang dinyatakan mampu mengerjakan virus-virus mematikan oleh Tiongkok.

Bahkan, negeri Tirai Bambu, sesumbar jika laboratorium tersebut, telah menerapkan P4 (Pathogen Level 4).

Status itu mengindikasikan fasilitas sudah menggunakan standar keamanan terketat, guna mencegah penyebaran mikroba paling berbahaya sekalipun.

Menurut Shoham, para peneliti itu telah mempelajari virus Corona sebelumnya.

Termasuk penyebab Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS), virus influenza H5N1, encephalitis Jepang, hingga demam berdarah, dan kuman penyebab antrax.

“Virus Corona yang sudah dipelajari di laboratorium itu, mungkin disimpan di sana. SARS juga termasuk dalam program senjata biologi Cina. Virus itu diteliti di beberapa fasilitas terkait,” beber Shoham.

Kecurigaannya bertambah, karena lokasi laboratorium tersebut, terletak 32 kilometer dari Pasar Seafood Huanan, tempat asal virus Corona menjangkiti manusia.

Meskipun dirancang dengan standard biosafety level 4, tetap tak menutup kemungkinan jika terdapat virus yang lolos dari laboratorium itu.

“Begini, pada prinsipnya, infiltrasi virus keluar dari sarangnya (laboratorium) bisa terjadi, karena ada kebocoran atau infeksi tanpa disadari di dalam ruangan pada seseorang yang secara normal keluar masuk fasilitas. Itu termasuk di Wuhan National Biosafety Laboratory. Namun, sejauh ini belum ada bukti,” tegas Shoham.

Baca Juga: Para Ilmuwan Menduga Sup Kelelawar Jadi Biang Keladi Virus Corona di Wuhan

Shoham sendiri, berhasil meraih gelar doktor dalam bidang mikrobiologi medis.

Sejak 1970-1991, ia merupakan analis senior intelijen militer Israel, berpangkat letnan kolonel, untuk perang biologi dan kimia, di Timur Tengah dan seluruh dunia.

Pertama Kali Ditemukan di Wuhan

Kembali ke virus Corona—penyebab pneumonia misterius—pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina, tepatnya di akhir 2019.

Disebut berasal dari hewan yang kemudian menjangkit hewan lainnya—seperti kelelawar, burung, monyet, ayam, sapi, hingga tikus—wabah virus Corona hampir mirip dengan Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS), dan Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS).

Ketika hewan terinfeksi virus Corona, maka hewan tersebut akan mengalami gangguan pernapasan.

Coronavirus menjadi tidak stabil, ketika berada di udara—hanya mampu bertahan selama 3 jam—maka kemungkinan penularan lewat udara dinilai kecil.

Penyebaran virus lebih dimungkinkan melalui bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi, kepada sekitarnya.

Berikut gejala orang yang terkena virus Corona:

  • Demam,
  • Sulit bernapas, dan
  • Batuk kering.