Berkah Ramadhan dan Wabah COVID-19

Berkah Ramadhan dan COVID-19

Ngelmu.co – Hampir genap lima bulan lamanya virus Corona yang biasa disebut dengan COVID-19, mewabah ke penjuru dunia. Korban jiwa sampai bulan April 2020, sudah mencapai ratusan ribu, sebagaimana dilansir Liputan 6, Ahad (26/4), pukul 14:00 WIB.

Mengutip data dari John Hopkins University, di hari yang sama, sekitar pukul 13.53 WIB, total kematian virus Corona di dunia, mencapai 203.043 jiwa.

Namun, angka kematian masih lebih kecil, ketimbang angka orang pulih di dunia, yang mencapai 822.264 orang.

Korban jiwa pun terus berjatuhan, akibat serangan virus COVID-19, di indonesia tercatat tak kurang mencapai 689 meninggal dunia.

Umat Islam di dunia, pada saat ini, telah memasuki hari ketiga ibadah puasa, tentu saja musibah wabah ini, menjadi ujian yang memiliki hikmah tersendiri bagi kaum Muslimin di dunia.

COVID-19 dan bulan Ramadhan, se-akan mengingatkan kembali kaum Muslimin, tentang nilai kebaikan dan keburukan yang menjadi sunatullah (kepastian yang Allah tetapkan dalam kehidupan di dunia).

Allah Subhanahu wa Ta’ala, menyebutkan dengan kalimat fitnah atau ujian, sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al Anbiya: 35:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan, sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”

Ibnu Jarir dalam tafsirnya menukil ucapan seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahwa Ibnu Abbas Ra berkata:

“Kami (Allah Ta’ala) akan menguji kalian dengan kesempitan dan kelapangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kemiskinan. Dengan sesuatu yang halal dan yang haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.”

Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas, juga dikatakan: Dengan kelapangan dan kesempitan, yang kedua-duanya adalah ujian.

Ibnu Zaid berkata, “Kami akan menguji mereka dengan sesuatu yang mereka sukai dan mereka benci. Kami akan menguji mereka dengan semua itu untuk mengetahui tingkat kesyukuran mereka terhadap hal-hal yang mereka cintai, dan tingkat kesabaran mereka terhadap hal-hal yang mereka benci,” (Tafsir Ibnu Jarir at Thabari).

Tentang ayat di atas, Syaikh as Sa’di berkata: Akan tetapi Allah menciptakan para hamba-Nya di dunia, untuk diperintah dan dibatasi dengan larangan. Serta untuk menguji mereka dengan takdir yang baik ataupun yang buruk, dengan kekayaan dan kemiskinan, dengan kemuliaan dan kehinaan, dengan kehidupan dan kematian, sebagai bentuk ujian dari Allah Ta’ala.

Syaikh as Sa’di dalam hal ini juga mengutip firman Allah:

“‘Linabluwahum aiyuhum ahsanu amalaa’. Supaya Kami menguji mereka, siapakah yang paling baik amalannya,” (QS. Al-Kahfi: 7) [Lihat Tafsir Karimir Rahman].

COVID-19 dan Ramadhan, merupakan bentuk ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang harus disikapi dengan benar, sesuai dengan syariat Allah Ta’ala.

Jangan sampai terlewati tanpa ada makna dan bernilai ibadah di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketahuilah, yang terbaik adalah mengikuti apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yaitu dengan kesabaran dan kesyukuran.

Seperti yang beliau sabdakan, dalam Hadits dari Suhaib bin Sinan radhiyallahu’anhu:

“Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Segala sesuatu yang terjadi padanya semua merupakan kebaikan. Ini terjadi hanya pada orang mukmin. Jika mendapat sesuatu yang menyenangkan dia bersyukur, maka itu kebaikan baginya. Jika mendapat keburukan dia bersabar, maka itu juga kebaikan baginya,” (HR Muslim).

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan bersyukur di saat senang, dan bersabar di saat susah.

Bahkan kedua sifat inilah yang merupakan penyempurna keimanan seorang hamba. Abdullah bin Mas’ud berkata:

“Iman itu terbagi menjadi dua bagian; sebagiannya (adalah) sabar dan sebagian (lainnya adalah) syukur.”

Baca Juga: Konsep Ibnu Sina dalam Menghadapi Pandemi

Dalam Al-Qur’an, Allah memuji secara khusus hamba-hamba-Nya yang memiliki dua sifat ini sebagai orang-orang yang bisa mengambil pelajaran ketika menyaksikan tanda-tanda ke-Maha Kuasa-an Allah.

Allah berfirman: “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kemehakuasaan Allah) bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur,” (QS. Luqmaan: 31).

COVID-19 mengandung hikmah tentang pelajaran kesabaran, menghadapi bentuk ujian wabah Corona adalah musibah yang harus kita hadapi dengan kesabaran, sebagaimana disebutkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillahi wainna ilaihi raji’un’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk,” (QS. Al-Baqarah: 155-157).

Rangkaian ayat ini merupakan tuntunan komprehensif dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, dalam menghadapi musibah yang di-definisikan oleh ulama:

“Segala sesuatu yang tidak menyenangkan yang menimpa manusia.”

Kalimat Ta’kid (penguatan) pada ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala, menjelaskan bahwa setiap manusia tidak mungkin lepas dari musibah.

Tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga mengisyaratkan agar manusia tetap berpikir positif dalam menghadapi musibah, karena sebesar apa pun dampak COVID-19 yang dirasakan, itu masih lebih kecil dibanding besarnya rahmat Allah Ta’ala, yang diberikan kepada manusia.

Bentuk nyata rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang ada di hadapan kita adalah hadirnya bulan Ramadhan, di dalamnya sarat nilai kebaikan dan kebajikan, yang pahalanya berlipat ganda bagi kaum Muslimin.

Ramadhan tahun 2020 ini, menjadi oase kesejukan dan kedamaian, di tengah kegelisahan sebagian manusia dalam menghadapi wabah COVID-19.

Bahkan, seharusnya ibadah Ramadhan kali ini bisa dijadikan momentum emas untuk mempercepat penanganan wabah COVID-19, dengan etos dan semangat keagamaan.

Wabah COVID-19 bukan halangan untuk beribadah, justru semakin memperkuat semangat dan kekhusyukan dalam beribadah, dan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Sebagai penutup tulisan ini, mari kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan nama Allah, tidak akan membahayakan dengan menyebut nama-Nya, segala sesuatu di langit dan di bumi.

Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu, dari penyakit lepra, gila, kusta, dan penyakit-penyakit buruk. Aamiin ya Allah.”

Oleh: Dosen dan Pegiat Sosial, Rosandi Ardi Noegraha