BJ Habibie Wafat, Anies Ungkapkan Bela Sungkawa

Ngelmu.co – Anies Baswedan, Gubernur Provinsi DKI Jakarta menyatakan  belasungkawa dan berduka cita atas meninggalnya Prof. Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden Ketiga Republik Indonesia. Prof. Habibie  telah  tutup usia di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, pada hari Rabu (11/9) jam 18.05 malam.

Anies menyebut kontribusi dan prestasi Prof. Habibie  sangatlah besar dalam perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Sebut saja misalnya mengenai Keputusan Presiden yang menjadi landasan penyusunan RANHAM (Rencana Aksi Nasional dan Hak Azasi Manusia).

Juga tentang terkondisikannya kebebasan pers Indonesia dalam masa kepemimpinannya dengan diterbitkannya UU 44 tahun 1999 tentang Pers.

“Media massa, dunia jurnalistik berhutang budi kepada Bapak Habibie. Beliaulah  yang membuka & membuat kita semua merasakan adanya kebebasan pers seperti yang kita rasakan hari ini. Bukan saja bapak demokrasi, tetapi juga beliau orang yang paling berjasa dalam membuat dunia pers menjadi bebas seperti sekarang ini. Jadi kita berhutang budi,” jelas  Anies Baswedan.

Anies juga kembali terkenang pertemuan pertama kalinya dengan almarhum Habibie saat duduk di kelas 3 SMA. Kala itu,  Anies berangkat dari Jogja ke Jakarta untuk mewawancarai B.J. Habibie yang sedang menjabat sebagai Menristek di kantornya.

Anies Baswedan mengenang saat-saat itu  sebagai pengalaman yang tidak mudah untuk dilupakan. Silaturahmi juga terus tersambung bahkan hingga Anies mengabdikan dirinya saat ini di Balai Kota untuk menjalankan amanah dari rakyat.

“Pengalaman kita, semua jutaan rumah tangga di Indonesia, selama bertahun-tahun orang tua mengingatkan anak-anaknya. ‘Nak, belajarlah yang rajin, supaya bisa seperti Pak Profesor Habibie.’ Pak Habibie adalah  inspirasi bagi jutaan orang dimana di dalamnya juga termasuk jutaan anak-anak Indonesia,”  tegas Anies.

Anies juga menilai bahwa Habibie sudah  memberikan contoh yang amat baik tentang nasionalisme.  Awalnya beliau adalah seseorang yang sudah bekerja di Jerman dengan posisi prestisius, tetapi memilih untuk kembali pulang ke Tanah Air-nya Indonesia.

Kembalinya B.J. Habibie ke Indonesia pada awal tahun 1970-an, sebenarnya justru ketika dimana Indonesia baru mulai merangkak.

Anies memaparkan, Prof. Habibie adalah sosok suri teladan untuk  masyarakat yang mengajarkan secara tidak langsung agar ilmu pengetahuan yang diperoleh haruslah  bisa diwariskan kembali bagi bangsa dan masyarakat kita serta memberikan jejak kemanfaatan di berbagai sektor.

“Indonesia berduka. Kita semua berduka. Kami berduka. Insya Allah kami percaya pak Habibie dimuliakan di sisi Allah dan semoga amal jariahnya luar biasa panjang. Telah banyak anak-anak yang dididik oleh Pak Habibie, ribuan anak-anak yang disekolahkan oleh Pak Habibie untuk pendidikan yang luar biasa tinggi serta dengan perannya yang amat berjasa. Kita semua kehilangan,” lanjut  Anies menutup ucapan belasungkawa di hari duka. Duka untuk kita, duka untuk bangsa Indonesia.