Berita  

Boni Hargens, Mahasiswa, dan Whataboutism

Boni Hargens Whataboutism

Ngelmu.co – Indonesia Lawyers Club tayang pada Jumat (22/4/2022) lalu, dengan tema ‘Demo Berjilid-jilid, Apa Sesungguhnya Keinginan Mahasiswa dan Buruh?‘.

Pada kesempatan itu, hadir pengamat politik, Rocky Gerung dan Ketua Umum Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Nining Elitos.

Ada juga Aktivis HAM, Usmad Hamid. Di seberang posisi mereka, duduk pengamat politik, Boni Hargens dan politikus Partai Golkar, Nusron Wahid.

Terdapat pula Tenaga Ahli Utama KSP, Rawanda Wandy Tuturoong.

Terpenting, hadir perwakilan mahasiswa, yakni Fauzan Raisal Misri, Attabieq, Bayu Satrio Utomo, dan Niha Nihaya.

Selang beberapa hari, Boni, masih memanen respons dari para pengguna media sosial, khususnya Twitter dan Instagram.

Mereka menanggapi Boni, yang di tengah-tengah ocehannya, bertanya kepada mahasiswa:

“Radikalisme, terorisme, itu problem enggak buat Indonesia?”

Boni menanyakan hal tersebut, ketika semua yang hadir di sana tengah membahas tuntutan para demonstran terhadap pemerintah.

Itulah mengapa, publik menilai pernyataan Boni, masuk kategori whataboutism.

Ia tampak mencoba ‘melawan’ pembicaraan soal topik utama, dengan ‘menyelipkan’ topik lain.

@ngelmuco #Warganet menilai #BoniHargens begitu #whataboutism ; kala berdebat di #IndonesiaLawyersClub atau #ILC ♬ BURUH TANI // – Musa

Apa kata mereka?

@ismailfahmi: Whataboutism.

@rahmadidr: Serius nih, bapak ini level argumennya gini doang? Whataboutism at its best…

@apisplease: Berikut adalah contoh Red Herring Fallacy.

Red Herring Fallacy adalah fallacy yang argumentasi sebagai pusat perhatian [focus], secara sengaja dialihkan dari permasalahan yang sedang dibahas.

Yang jadi pokok bahasan A, tapi [dialihkan] ke B, padahal bahasan A, belum kelar. Hmm.

@DwipaAlfarisi: A “Please, stop doing A!”, B “Why didn’t you protest about B?”, A “Alah, ngeles”.

@clicheslice: Aneh banget. Mencoba argumen, menggeser tanggung jawab gini.

Urusan radikalisme, terorisme, mungkin juga masalah, tapi kalau gerakan mahasiswa enggak gerak ke sana, ya enggak apa-apa lah.

Yang masalah, ya, pemerintah. Lah, kok, jadi salah gerakan? Wkwkwk. Aneh you.

@awemany: Lha? Karena radikalisme atau terorisme itu bukan ancaman yang benaran dirasakan warga.

Itu narasi yang ditiupkan orang, yang pengin menang kontestasi politik. Sesederhana itu ‘kan?

@fatrajunet: Kalau saya [yang ditanyai begini], saya langsung hadap kamera dan bilang ke penonton, ‘Ini Jaka Sembung bawa golok’.

Biar apa? Biar gagal ia [Boni] cuci otak penonton di rumah. Yang diomongin itu ibarat sepatu saya yang rusak, tapi malah disuruh beli tas.

@ecosocrights: Gerakan mahasiswa mengontrol kekuasaan oligarki yang antidemokrasi dan yang menggunakan isu radikalisme untuk membusukkan demokrasi dan menutupi kejahatannya.

Kok mahasiswa disuruh teriak radikalisme? Logikanya di mana?

Baca Juga:

@adilputraadil: Masalah utama di negeri ini adalah korupsi dan penjilat kekuasaan.

@sociotalker: Ada rumah yang kebakaran, yang punya rumah mau padamin, tapi orang ini ngebacot suruh urusin banjir.

@165NLM: Bukan radikalisme yang naikkan harga kebutuhan, bukan terorisme yang pajakin PPN semua komoditi dan barang-barang lain.

Bukan radikalisme yang minta 3 periode, apalagi bikin ibu kota baru.

@raja_alharfy: Cara berpikir lu terbalik. Rakyat menjerit karena kebijakan ekonomi yang salah urus.

Tuh KKB, lu perangi, kalau lu bilang krisis ideologi. Parah!

@Mythicalforest: Ada banyak siasat penguasa untuk membuyarkan kritik publik terhadap negara yang semakin dikuasai oligarki atau pemodal.

Salah satunya dengan gembar-gembor terorisme atau ekstremisme.

Terlebih label tersebut juga sering [digunakan] untuk membungkam rakyat yang kritis terhadap pemerintah.

@hary_latief: Kalau mahasiswa ‘teriak kencang pada radikalisme dan terorisme’…

Anda bisa menjamin enggak, bahan pokok, BBM, minyak goreng, dan lain-lain, bisa murah, dinikmati rakyat Indonesia pada umumnya?

@Andriyan_syahh: Jangan pengalihan isu. Semua ada bagian dan peran masing-masing. Soal radikalisme dan terorisme, ada yang urus.

@lordkuyang: Karena negara dinilai sudah baik menangani permasalahan radikalisme, teroris, dan lain-lain.

Sedangkan korupsi dan segala jenisnya? Busuk sekali pemerintah menanganinya, bahkan melindungi.