Berita  

Budi Santosa Purwokartiko, Ada Salam untuk Anda!

Ngelmu.co – Teruntuk Prof Budi Santosa Purwokartiko… Saya Irene Radjiman, muslimah yang baru mulai mempelajari Islam pada 2010 lalu.

Masih dini, Prof. Baru 12 tahun, saya mengenal Islam.

Saya mengawali karier menjadi pramugari haji di tahun 2001, kemudian menjadi pramugari reguler pada 2003-2013.

Saya masih bergelut di dunia penerbangan hingga tahun 2014, karena pada 2015, sudah menjadi trainer di sebuah perusahaan konsultan otomotif.

Berpusat di Australia.

Pada 2016-2020, saya kembali lagi ke dunia penerbangan, sebagai Training Facilitator di Sekolah Pilot Aero Flyer Institute.

Di sana, saya mengajar materi Crew Resources Management (CRM).

Di mana pelatihan tersebut merupakan mandatory bagi pilot dan pramugari, di semua maskapai penerbangan. Baik luar maupun dalam negeri.

Sesuai perintah Civil Aviation Safety Regulation (CASR), para pilot dan pramugari, harus memperbarui lisence CRM mereka.

Sebelum batas waktu 12 bulan kalender, dalam artian ‘recurrent‘.

Baca Juga:

Saya bukan mau SKSD [sok kenal sok dekat], memperkenalkan diri kepada Anda; menjelaskan latar belakang saya.

Saya hanya mau mengatakan, bahwa sejak tahun 2011, saya sudah mengenakan jilbab yang Anda sebut sebagai pakaian manusia gurun.

Namun, pakaian gurun itu tidak membuat sekolah pilot itu menolak saya mengajar di sana.

Sebab, mereka sudah mengetahui kapabilitas saya di dunia penerbangan.

Anda dapat cek dokumentasi kegiatan saya, saat masih mengajar para siswa pilot tersebut.

Di antara mereka, banyak yang sudah berkarya di maskapai dalam dan luar negeri.

Anda mungkin juga perlu tahu Shahnaz Laghari yang berasal dari Pakistan.

Namanya masuk dalam Guinness Book of World Record, karena menjadi wanita pertama yang menerbangkan pesawat dengan mengenakan jilbab dan bercadar.

Budi Santosa Purwokartiko

Laghari adalah seorang pilot terlatih dan benar-benar dapat menerbangkan pesawat.

Ini semua menunjukkan bahwa setiap pekerjaan dapat dilakukan, tanpa mengabaikan batas-batas agama dan budaya.

Kami tetap bisa bermanfaat dan berkarya, tanpa harus keluar dari kepatuhan kami terhadap perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tuhan yang kami sembah.

Bila Anda adalah seorang muslim, seharusnya Anda tahu, bahwa berhijab bukanlah pakaian gurun atau pakaian Arab.

Itu merupakan pakaian yang wajib digunakan oleh wanita muslim.

Sekali lagi, wajib digunakan oleh wanita muslim!

Kalau Anda bukan muslim, sebaiknya jangan melompati pagar, sok tahu, hingga mengomentari hal ini.

Dahulu, saat saya masih beragama Katolik, saya selalu memakai kalung rosario, kalung dengan liontin salib, atau liontin bunda Maria.

Kalung itu bukan kalungnya orang Vatikan.

Orang Katolik yang bukan warga negara Vatikan, boleh-boleh saja memakai.

Jangan sampai ketika ada orang Kristen atau Katolik, memakai kalung salib atau kalung bunda Maria, kemudian disebut memakai aksesoris Vatikan atau manusia sok Eropa.

Itu cara pandang konyol, yang justru jauh dari openmind!

Baca Juga:

Anda juga tahu ‘kan, kalau bunda Maria, ibundanya Yesus Kristus sang juru selamat dalam keyakinan Kristen dan Katolik, itu juga berkerudung?

Apakah Anda akan menyebutnya memakai pakaian gurun, atau melabelinya kadrun?

Suatu ketika, saya pernah memberikan materi kisi-kisi interview di penerbangan untuk pilot.

Mulai dari penampilan, cara jalan, sikap duduk, pandangan mata, dan sebagainya.

Di saat itu, ada siswa asal Bali, yang memakai gelang berbentuk anyaman. Saya kemudian bilang:

“Kalau bisa, gelang ini jangan dipakai saat interview, karena termasuk aksesoris yang bisa membuat interviewer berbeda penilaian.”

Siswa itu menjawab:

“Maaf Bu, ini gelang keagamaan, gelang sembahyang yang sudah disucikan di Pura.”

Saya paham, dan kemudian bilang, “Kalau begitu, nanti di awal interview, saat kamu memperkenalkan diri, sembari meminta maaf, kamu beri penjelasan.”

“Bahwa gelang yang kamu pakai itu adalah gelang keagamaan. Agar para interviewer tahu, bahwa itu bukan gelang untuk gaya-gayaan.”

Itu baru openmind, Prof!

Rasanya aneh, Anda berteriak openmind, mengaku menghargai perbedaan, tetapi sinis dengan mereka yang berbeda; menurut opini Anda.

Seperti penjajah yang mengaku cinta damai. Lucu!

Oleh: Irene Radjiman, 30 April 2022