Corona Menyerang, Gunung Merapi Erupsi

Ngelmu.co – Dua warga negara Indonesia, dinyatakan positif terjangkiti virus Corona (COVID-19), sebagaimana disampaikan Presiden Joko Widodo dan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, Senin (2/3) kemarin.

Selang sehari, Selasa (3/3), masyarakat Jawa Tengah, khususnya yang tinggal tak jauh dari Gunung Merapi, harus membagi fokusnya, ketika sebagian besar WNI, berupaya memaksimalkan daya tahan tubuh masing-masing.

Pasalnya, gunung yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu, baru saja mengalami erupsi, sekitar pukul 05.22 WIB.

Sebagaimana disampaikan Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).

Baca Juga: Erupsi, Tinggi Kolom Abu Gunung Merapi Mencapai 6 Kilometer dari Puncak

Diketahui, Gunung Merapi memang berada di status waspada atau level 2, sejak 21 Mei 2018 lalu.

Erupsi tercatat di seismogram, dengan amplitudo 75 milimeter, durasi 450 detik, dan tinggi kolom mencapai kurang lebih 6 kilometer dari puncak.

Seperti dilansir akun Twitter resmi @BPPTKG, Selasa (3/3). Awan panas juga disebut muncul ke arah hulu Kali Gendol, dengan jarak maksimum dua kilometer.

Sedangkan arah angin saat erupsi, disebut bergerak ke arah utara. Tetapi BPPTKG mengimbau masyarakat, untuk tetap tenang.

Menghadapi erupsi ini, pihaknya mengharapkan, warga bisa beraktivitas seperti biasa, di luar radius 3 kilometer dari puncak Merapi, dengan mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik.

Erupsi ini bukan yang pertama kali, karena sebelumnya, Merapi juga mengalami hal yang sama pada 13 Februari lalu.

Namun, erupsi kali ini disebut lebih besar dari yang sebelumnya. Dampak hujan abu erupsi pun dilaporkan sampai ke wilayah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Kabar ini muncul, ketika perhatian publik fokus ke dua WNI yang dinyatakan positif virus Corona.

Tak sedikit yang panik dan langsung berbondong-bondong membeli bahan-bahan pokok, seperti beras, telur, mie instan, air, dan lain sebagainya.

Hand sanitizer, pampers, susu, hingga rempah-rempah pun tak luput dari pemburuan.

Salah satu ibu rumah tangga, Mega, mengaku sempat panik mendengar kabar adanya WNI yang terinfeksi virus Corona.

“Tadi sempat berpikir mau stok makanan dan bahan makanan, tetapi kalau kita panik, nanti keadaan malah tambah ruwet, jadi saya urungkan,” bebernya.

Baca Juga: Deretan Fakta tentang Guru Dansa yang Tertular Corona

Kembali ke dua WNI yang dinyatakan positif Corona. Mereka mengaku, baru mengetahui mengidap COVID-19, usai Presiden Jokowi dan Menkes Terawan, mengumumkannya.

“Enggak ada (pemberitahuan). Sampai kemudian heboh kemarin itu (diumumkan Presiden)…,” ujar pasien melalui saluran telepon, seperti dilansir Kompas, Selasa (3/3).

Setelah informasi tersebar luas, barulah si ibu menanyakan ke dokter yang merujuk mereka ke RSPI Sulianti Saroso, soal kondisinya dengan sang putri.

“Karena telanjur heboh, saya tanya ke dokter yang merujuk ke sini, dia bilang bahwa saya dan anak saya positif Corona, sambil bilang enggak apa-apa, semua sudah ditangani kok…,” bebernya.

Orang Indonesia Positif Corona Tertular di Depok

Sebelum dirujuk ke RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, NT (31) dan ibunya MD (64), sempat berobat jalan di RS Mitra Keluarga, Depok, Jawa Barat.

Dikabarkan, sekitar 70-an tenaga medis RS Mitra Keluarga Depok, ‘dirumahkan’ sementara, karena sempat berkontak dengan keduanya.

Terlepas dari itu, ketika sudah ada WNI yang dinyatakan positif Corona, seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang pulang dari Hong Kong, masih dibuat heran.

Sebab, setibanya di Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur, Senin (2/3) kemarin, wanita 32 tahun itu, tak mendapatkan pemeriksaan kesehatan.

Namanya Leha. Ia yang mengaku hanya diminta mengisi formulir, mengatakan jika dirinya tak melihat adanya alat pengecek suhu badan di bandara.

“Thermo scanner saya lihat enggak ada. Langsung ngisi formulir, yang satu diserahkan ke petugas, dan satu dibawa yang sobekannya itu,” tuturnya.

Menurutnya, apa yang dialami di Bandara Juanda, sangat jauh berbeda dengan yang dilakukan sejumlah bandara di negara lain.

“Ya heran, kok enggak ketat gitu. Padahal di bandara luar negeri diperketat sekali,” kata Leha.

“Makanya kita enggak ada Virus Corona, ya mungkin karena pemeriksaannya seperti itu,” pungkas wanita asal Banyuwangi itu.

Selain Leha, Wahyu (38), juga menyampaikan hal serupa. Penumpang yang baru tiba dari Thailand itu, mengaku tak mendapatkan pemeriksaan kesehatan.

“Enggak ada tadi. Cuma disuruh ngisi formulir sama petugas,” jawabnya singkat.

Baca Juga: Tak Ada Pemeriksaan di Bandara Juanda, TKW Hong Kong Mengaku Heran

Kalau sudah begini, apa benar berbagai persoalan yang sedang menimpa negeri, khususnya Corona yang baru saja ‘tiba’, hanya bisa di-atasi dengan sains?

Sebagaimana disampaikan oleh seseorang di media sosial Twitter:

“WNI positif Corona udah resmi dinyatakan ada di Indonesia. Ga usah mungkir/denial lagi. Hentikan pembodohan publik pake narasi agama, seolah2 Indonesia kebal, seolah muslim kebal. Corona itu ranah kedokteran, bukan agama. Cara mengatasinya mesti pake sains, bukan iman,”.

Baca Juga: Corona, Black Death, dan Keimanan

Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, pun pernah berpesan kepada para sahabat:

“Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Apa artinya sains dan segala perjuangan, tanpa mengingat Sang Maha Segala, Allah Azza Wa Jalla?

Semoga dapat direnungkan.