Berita  

COVID-19 Melonjak Kembali, Cina dan 4 Negara Ini Lockdown Lagi

China Lebanon London Tokyo Thailand Lockdown Covid Coronavirus

Ngelmu.co – Cina dan empat negara lainnya yakni Thailand, Inggris, Libanon, dan Jepang, kembali memberlakukan lockdown [menutup akses keluar masuk], setelah kasus positif COVID-19 melonjak lagi di negara mereka.

Keputusan tersebut juga berangkat dari merebaknya mutasi baru virus Corona di Inggris.

Cina

Pemerintah Beijing, memberlakukan lockdown sejak 29 Desember 2020 lalu, dengan menutup 10 wilayah di Shunyi, timur laut pusat kota.

Sebelumnya, pada 18 Desember 2020, muncul 16 infeksi dan tiga kasus asimtomatik COVID-19.

Menurut seorang pejabat Kota Beijing, ada enam desa, tiga bangunan, dan satu zona industri yang kembali menerapkan lockdown.

Pemerintah setempat juga membatalkan pertemuan skala besar seperti pameran kuil, kegiatan olahraga, hingga pembatasan kerumunan.

Beijing, juga mendesak agar warganya tetap berada di rumah selama liburan.

Begitu pun dengan perwakilan Badan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Beijing, Pang Xinghuo.

Kasus penularan COVID-19, membuat pihak menutup sementara wilayah di Xidulan dan Donghaihong, dekat Jalan Lingkar Luar Enam, di Shunyi dan Chaoyang.

Thailand

Selain memberlakukan lockdown, pemerintah Thailand, juga menerapkan jam malam di Kota Bangkok, mulai 4 Januari, hingga 1 Februari mendatang.

Alasannya tak lain karena kasus COVID-19 yang kembali melonjak.

Selain menutup [dua pekan] sekolah-sekolah di Kota Bangkok, pemerintah setempat juga akan membangun banyak pos pemeriksaan di berbagai penjuru kota.

“Kami sebenarnya tidak ingin menggunakan tindakan ekstrem seperti lockdown dan memberlakukan jam malam.”

“Tapi kami membutuhkan cara yang lebih kuat, demi mencegah lonjakan baru.”

Demikian jelas Juru Bicara Satuan Tugas COVID-19 Thailand, Taweesin Visanuyothin, Sabtu (2/1) lalu.

Inggris

Menyusul kasus varian baru COVID-19 di negaranya [melonjak dalam beberapa waktu terakhir] Perdana Menteri (PM) Boris Johnson, mengumumkan lockdown di Inggris.

“Jelas, bahwa kita semua perlu berbuat lebih banyak lagi untuk mengendalikan kasus varian baru Corona ini.”

“Itu berarti, pemerintah, sekali lagi memerintahkan Anda semua untuk berdiam diri di rumah,” tegas Johnson, Senin (4/1).

Bahkan, ia, belum memastikan kapan lockdown akan selesai.

Namun, berdasarkan perkiraan beberapa pihak, aturan yang berlangsung sejak Rabu (6/1), akan berlaku hingga pertengahan Februari mendatang.

Pemerintah, kata Johnson, hanya akan mengizinkan warganya bepergian keluar rumah dengan beberapa alasan.

Di antaranya belanja kebutuhan, berolahraga, kebutuhan medis, termasuk untuk menghindari ancaman kekerasan dalam rumah tangga.

Pasalnya, poin terakhir merupakan isu yang banyak muncul di tengah pandemi COVID-19.

Pemerintah Inggris juga akan membatasi perjalanan internasional [hanya boleh bagi mereka yang memiliki izin legal] seperti kerja pun bisnis.

Libanon

Libanon memberlakukan lockdown penuh selama tiga pekan. Termasuk pembatasan jam malam, mulai pukul 18.00 petang hingga 05.00 pagi.

Tujuannya untuk menekan peningkatan kasus COVID-19 yang lonjakannya telah membuat tenaga medis kewalahan.

Lockdown berlaku sejak 7 Januari hingga 1 Februari mendatang, mengutip pernyataan Menteri Kesehatan sementara Libanon, Hamad Hasan, dari Channel News Asia.

“Jelas bahwa tantangan pandemi telah mencapai tahap yang sangat mengancam nyawa warga Libanon, karena rumah sakit tidak mampu menyediakan tempat tidur,” ungkapnya, Kamis (7/1).

Pemerintah tetap memberlakukan penguncian wilayah, meski muncul kekhawatiran masyarakat akan meningkatnya pengangguran, inflasi, dan kemiskinan.

Jepang

Negara kelima yang mulai memberlakukan lockdown adalah Jepang [di Tokyo, Chiba, Saitama, hingga Kanagawa], karena naiknya gelombang ketiga COVID-19.

Di mana peraturan berlaku sejak Jumat 8 Januari lalu, sampai 7 Februari mendatang.

Pemberlakuan status darurat juga disebabkan tercatatnya 2.400 kasus positif infeksi virus Corona baru, di Tokyo.

“Penyebaran cepat virus Corona baru secara nasional, dikhawatirkan berdampak besar pada kehidupan masyarakat dan perekonomian.”

“Berdasarkan itu, kami mengeluarkan keadaan darurat,” kata Perdana Menteri (PM) Jepang, Yoshihide Suga, Kamis (7/1).

Jepang, memberlakukan pengetatan aturan juga demi menekan angka kasus COVID-19 di kelab malam dan restoran.

Sebab, selama ini, dua tempat tersebut ‘mengantongi’ risiko transmisi virus Corona tertinggi di negaranya.

Maka restoran dan bar, hanya boleh buka hingga pukul delapan malam.

Selain itu, pemerintah juga melarang kedua tempat usaha itu menjual alkohol di atas jam tujuh malam.

Imbauan juga datang untuk penduduk di Tokyo, agar tidak ke luar rumah di atas pukul delapan malam.

Perkantoran di Tokyo, juga akan mempekerjakan karyawannya di rumah.

Tetapi pemerintah Jepang, tidak menetapkan status darurat nasional, meskipun lonjakan COVID-19 meningkat signifikan.

Pasalnya, mereka khawatir akan perekonomian yang baru pulih dari resesi.

Baca Juga: Permohonan Izin Tinggal Meningkat, WNA Cina Mendominasi

Jika kelima negara di atas memberlakukan lockdown [setelah kasus positif COVID-19 kembali melonjak di negara mereka], bagaimana dengan Indonesia?

Pada perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-48 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Presiden Joko Widodo (Jokowi), mengajak masyarakat untuk bersyukur.

Sebab, Indonesia mampu mengelola pandemi COVID-19, baik dari sisi kesehatan pun perekonomian.

“Walau pandemik belum berlalu, tapi kita bersyukur bahwa kita termasuk negara yang mampu mengelola tantangan ini.”

“Penanganan kesehatan yang bisa dikendalikan dengan terus meningkatkan kewaspadaan dan pertumbuhan ekonomi.”

“Yang sudah naik kembali, sejak kuartal III lalu, meski dalam kondisi minus,” demikian kata Jokowi, di Istana Kepresidenan Bogor, mengutip Antara, Ahad (10/1) kemarin.