Opini  

Dapat Nol Suara di Pileg Tak Buat Politisi Ini Abai dengan Sesama

Dessy Sofiani PKS Pekanbaru

Ngelmu.co – Mendapat nol suara, tak serta-merta membuat dua kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Dessy Sofiani dan Indria Rita (Iin), menutup mata dari kesusahan yang dialami sesama. Terlebih di tengah pandemi COVID-19, seperti saat ini.

“Dulu, di tahun 2019, saya dan Bu Indria Rita, di-amanahkan menjadi Caleg (Calon Anggota Legislatif), dari partai PKS. Bu Indria, Caleg DPR RI, dan saya, Caleg Kota Pekanbaru,” kenang Dessy Sofiani, mengawali kisahnya.

“Kami datang bersilaturahim dan memperkenalkan diri ke wilayah RT xxx, RW xxx, Kelurahan txxh nxxri, Tenayan Raya. Saat itu kami datang tidak membawa apa-apa, selain gelas sebagai cendera mata,” sambungnya.

Waktu itu, lanjut Dessy, masyarakat menyambut dengan antusias. Mereka bersemangat menyampaikan segala uneg-uneg, terutama tentang kondisi ekonomi yang sulit.

“Rata rata penghasilan mereka dari mencetak batu bata. Sebuah pekerjaan yang sangat berat bagi ibu-ibu,” kata Dessy.

“Melihat antusias dan semangat serta keluguan mereka, saat itu kami merasa, mudah-mudahan ada suara kami di sana,” imbuhnya.

“Namun, kenyataannya pada saat hari H pencoblosan, setelah penghitungan suara selesai, ternyata suara kami nol besar, benar-benar nol,” kenang Dessy.

Kemenangan suara di sana, di-dominasi oleh politisi yang berani bagi-bagi angpau atau sembako. Meskipun secara peraturan, jelas hal itu tak dibenarkan.

“Terus gimana perasaan kami? Sakit hati? Kecewa? Mungkin normalnya begitu,” tutur Dessy.

“Tapi alhamdulillah, karena menjadi Caleg, bukanlah ambisi utama kami. Rasa kecewa dan sakit hati itu tidak sempat mampir di hati,” lanjutnya.

Baca Juga: Sumbangkan Gaji, Politikus PKS Menyambung Hidup dengan Melaut

Kini, jelas Pemilu sudah selesai. Ia bukan lagi Caleg.

Namun, Dessy, kembali datang ke tempat di mana ia tak mendapatkan suara sama sekali.

Saat itu, ia berani bawa amplop dan bantuan untuk masyarakat yang kurang mampu.

“Saya bagi-bagi ke mereka, dan saya katakan ‘Ini saya berbagi sedikit rezeki, uang zakat saya’,” kata Dessy.

“Mereka heran dan sedikit tidak enak, kemudian mereka curhat ke saya, ‘Bu, belum ada lagi Caleg yang datang ke sini setelah Pemilu, selain Ibu’,” sambungnya menceritakan apa yang disampaikan warga.

Sejak itu, Dessy, sempat beberapa kali memberi bantuan, hingga warga setempat cukup sering menelepon dan curhat kepadanya.

“Terakhir, Bu RT xxx ini, menelepon lagi, beliau menyampaikan warganya sangat susah sekali sekarang, tidak bisa nyetak batu bata, untuk makan pun susah,” jelas Dessy.

“Ibu RT itu mengatakan, bahwa mereka sudah mengumpulkan KK dan sudah bolak balik ke kelurahan, tapi bantuan dari pemerintah tak kunjung datang,” imbuhnya.

Mendengar keluhan itu, Dessy, mengatakan akan mengupayakan bantuan untuk warga RT tersebut, yang terdampak COVID-19.

Ia pun menghubungi Iin, dan menceritakan keluhan warga setempat, hingga mereka sepakat untuk membantu memberi beras.

“Masing-masing kami dari uang pribadi. Bu Iin, walaupun istri Wakil Wali Kota, juga pakai uang pribadi, karena gak ada dana dari Pemko, kata beliau,” ujar Dessy.

Setelah beras sudah tersedia, dirinya menghubungi Ibu RT, “Datang menjemput dengan gembira, dan ia sangat berterima kasih.”

“Bu RT bilang, ‘Alhamdulillah, menghubungi ibu cukup lewat telepon saja, gak pakai kumpul-kumpul KK, dalam dua hari bantuan sudah ada’, PKS memang beda, Insya Allah, ke depan kami akan setia ke PKS,” akuan ibu itu kepada Dessy.

Menutup kisahnya, Dessy, mengungkapkan jika apa yang ia lakukan, bukan berniat untuk riya, melainkan agar kejadian itu, bisa menjadi edukasi kepada masyarakat, agar dapat melihat dengan jernih, ketika menentukan pilihan politik.