Opini  

Dear Jokower

 

Pendaftaran capres dan cawapres sudah usai. Insya Alloh 2019 nanti, Pak Jokowi & KH Ma’ruf akan berhadapan dengan Prabowo dan Sandiaga Uno. Saya yakin, teman-teman Jokower ingin All out memenangkan Pak Jokowi. Jadi, saya pengen ngasih saran nih buat teman-teman. Agar usaha temen-temen bisa maksimal.

“Pertama, kurangilah praktek label-melabeli secara emosional”

Mungkin kebanyakan Jokower tak segan melabeli lawan komunikasi dengan stempel
– Pendukung teroris
– Radikal
– koruptor Dll.
Dengan harapan, stempel yang sama tidak terlabel ke kubu Jokower. Serta, citra buruk melekat pada lawan politik.

Namun, apakah anda sadar. Tujuan anda kampanye bukannya untuk meraih simpati publik agar memilih Pak Jokowi? Anda yakin, melabeli orang ketika berbeda pendapat akan membuat orang lain simpati?

Memang, Pak Jokowi minta kalau jadi relawan harus berani diajak berantem. Boleh-boleh saja kemudian anda jadi ngotot dan semangat. Tapi ingat, anda bukan Ali Mochtar Ngabalin. Sekalinya ngomong lanjutkan, lawan, libas bisa jadi komisaris angkasa pura. Elite Istana mah bebas ngapain aja. Sementara anda?

Anda punya kehidupan sosial sendiri yang mesti anda jaga. Ada keluarga, teman, pekerjaan dll, menunggu anda selepas pesta 5 tahunan ini usai. Ada baiknya menanggapi perbedaan itu lebih elegan. Saya yakin teman-teman mampu. Kan ada program revolusi mental. Perlihatkanlah hasil dari program itu. Pasti publik akan lebih simpati. Lagian kita tidak sedang perang lo. Hanya sebatas melewati rutinitas demokrasi di negeri ini.

“Kedua, luangkanlah waktu untuk melakukan riset sebelum menyerang lawan politik anda”

Misalkan, banyak jokower sebagai warga jakarta yang protes jika sandi meninggalkan jabatannya. Tapi, anda lupa riset kalau Pak Jokowi justru terdepan soal meninggalkan amanah. Akhirnya anda pun dibully dan menjilat ludah sendiri. Gak enak kan? Itulah kenapa riset itu penting.

Contoh lain, tiba-tiba anda memberikan pendapat pro ulama dan islam. Lantaran pedamping Pak Jokowi seorang ulama. Sebelum anda berniat melakukan itu. Riset lah dulu pendapat anda jauh sebelum ini. Ada / tidak jejak digital anda yang menghina ulama dan islam. Terkhususnya terhadap KH Ma’ruf. Apalagi jika anda sering main isu “jangan jualan agama”. Kan gak lucu, tiba-tiba anda dibully karena posting-an anda sendiri. Jleb sendiri kan.

Atau ada juga yang bermain isu “jenderal kardus”. Jangan gegabah dengan isu yang tidak pasti. Kenapa? Jika anda riset sedikit, ternyata isu itu dihembuskan partai demokrat yang sekarang berada di pihak prabowo. Bisa jadi itu bahagian dari skenario. Bahkan sampai sekarang isu ini tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya alias hoax.Oleh sebab itu, riset akan membantu anda memilih tema diskusi yang valid, tepat dan berbobot.

“Ketiga, kreatiflah dalam memilih isu, agar argumen anda tidak mudah patah”

Kebanyakan Jokower terlalu nyaman dengan isu usang dalam kampanye. Misalkan, isu pelanggaran HAM Prabowo. Isu ini adalah isu lama yang masih sering dipakai jokower. Namun, sadarkah anda. Isu ini amat mudah dipatahkan. Kenapa?

Jika isu itu memang benar. Pastilah sejak Pak Jokowi jadi presiden, pak Prabowo sangat mudah diseret ke meja hijau. Kan katanya sudah punya bukti dan memiliki kekuasaan untuk itu. Namun, fakta justru berbicara sebaliknya.

Bukti lain, jika isu itu benar pastilah pak Prabowo tidak boleh ikut pilpres sejak 2009 bareng Megawati hingga kini. Selain itu, isu ini justru jadi bumerang untuk kubu Jokower. Karena red notice penangkapan pelanggar HAM justru dikeluarkan PBB untuk pak Wiranto yang sekarang berada di kubu Jokower. Terlalu banyak celah pada isu tersebut yang merugikan Pak Jokowi.

Atau mungkin ada jokower yang main isu perceraian Pak Prabowo. Saya sarankan, isu ini jangan terlalu di dorong. Ingat, mbak titiek suharto ada di kubu Prabowo. Bisa jadi gara-gara isu ini, tanpa sadar anda mendorong mereka untuk CLBK.

Gak kebayang ditengah kontestasi pilpres nanti. Berlangsunglah pernikahan mereka. Voters pecinta sinetron romantis bakal tersedot ke Pak Prabowo. Pasangan Jokowi-Iriana bisa kalah pamor. Gak percaya? Sekarang Prabowo-Titiek suka main kode-kodean di akun IG mereka loh. Posting foto-foto nostalgia mereka berdua. Makanya, jangan manas-manasin. Agar cita-cita anda terwujud. Selamanya Pak Prabowo tak punya ibu negara.

“Keempat, jangan perlihatkan perubahan argumen rasional secara mendadak”

Jika anda selama ini adalah tipikal orang yang tak pakai dalil agama dalam beragumen mendukung Jokowi. Tiba-tiba anda gunakan dalil-dalil tersebut, seperti tagline umara-ulama. Ini akan melemahkan posisi tawar anda. Kenapa?

Bayangkan jika tiba-tiba di kubu Prabower ada yang iseng komen “cie…cie yang lagi jualan agama. Semangat ya, semoga cepat laku”. Nyesek gak tuh? Bikin emosi kan? Itulah makanya, banggalah jadi diri sendiri. Apa adanya. Mendadak islami akan membuat anda terpojok.

“Kelima, biasakan berargumen dengan pembanding yang sepadan”

Misalkan nih. Jokower kan sering menggunakan pertanyaan “emangnya apa sih prestasi prabowo? Lebih baik pilih jokowi yang sudah ada prestasinya”

Sekilas, argumen tersebut terlihat bagus. Namun, yang perlu anda sadari. Argumen tersebut tidaklah sepadan. Kenapa? Karena asumsinya mengukur prestasi prabowo dari posisi jabatan sebagai presiden. Padahal seharusnya mengukur prestasi itu dilihat dari posisi berkarirnya selama ini.

Kan gak lucu kalau ada orang nanya “apa bukti cinta dan bela negara Jokowi selama ini?” dengan asumsi mengukur prestasi karir jokowi di bidang militer dan pertahanan negara.

Apalagi, jika kubu Prabower menjawab pertanyaan tersebut dengan logical fallacy: “prestasi prabowo adalah tidak menambah hutang negara, tidak menjual aset negara, tidak menambah jumlah rakyat yang menganggur, tidak menaikkan harga sembako, dst”. Dengan logika tersebut, anda memberi umpan smash kepada kubu Prabowo menghantam Pak Jokowi dengan kelemahannya sebagai presiden. Oleh sebab itu, membangun argumen yang sepadan itu sangat penting. Agar, argumen anda kuat.

“Ketujuh, terapkanlah skala prioritas dalam merekrut pendukung”

Saya sering melihat, banyak Jokower yang menghabiskan energi percuma menghadapi prabower. Karena, terlalu maksa dan tidak menerapkan skala prioritas untuk menghimpun dukungan.

Misalkan, memanas-manasi pendukung PKS dan PAN yang tidak dapat posisi cawapres dari koalisi. Lalu, anda mencoba berposisi sebagai juru bicara mereka seolah-olah kasihan. Seolah-olah membela mereka. Dengan harapan meraih simpati kubu partai tersebut. Saya pikir, ini akan menghabiskan energi percuma, kenapa? Semakin nyinyir anda, justru orang akan semakin simpati kepada PKS & PAN. Publik akan menilai, “PKS dan PAN santai aja, kok anda yang rusuh”.

Daripada anda fokus kepada Prabower yang keras kepala. Lebih baik anda fokus sekarang merekrut Ahoker. Kok gitu? Ya iyalah, kan secara ahoker banyak yang golput gara-gara Pak Jokowi memilih KH Ma’ruf sebagai cawapres. Apa anda lupa kalau fatwa KH Ma’ruf lah yang menjebloskan Ahok ke penjara.

Ada baiknya, anda siapkan energi untuk mengedukasi ahoker garis keras sebagai prioritas utama. Ingatlah, melimpahkan kesalahan kepada Prabower untuk yakinkan ahoker, tidak akan mengobati kekecewaan mereka. Itu juga tidak akan menghapus fakta. Sejak Ahok masuk penjara, Pak Jokowi tidak pernah sekalipun menjenguk ahok. Ditinggal sendiri dan menyepi.

Entahlah, kalau nanti Pak Jokowi kepepet minta dukungan. Lalu membuang KH Ma’ruf dan mengambil ahok sebagai cawapres. Akankah Pak Jokowi tidak memberikan “php” kepada ahoker setelah sebelumnya memberi “php” kepada Pak Mahfud MD? Semoga saja, hobi “php” Pak Jokowi tidak kambuh.

Demikian dari saya. Semoga bermanfaat. Mudah-mudahan diskusi warga negara kita mengisi pilpres 2019 ini lebih hangat dan bermartabat.

Salam persaudaraan,

Yang ingin #2019gantipresiden