Berita  

Desakan Makin Menjadi, Kenapa Belum juga Minta Maaf sih?

Pemerintah Indonesia Minta Maaf Covid
Petugas mengenakan APD, membawa peti mati saat pemakaman korban Covid-19 di Semenyih, Malaysia, Desember 2020. Foto: AP

Koalisi warga Lapor Covid-19, menilai situasi Indonesia, saat ini begitu carut-marut. Penyebaran virus Corona, sudah gawat darurat.

“Jadi mohon, situasi yang sudah gawat darurat dan carut marut ini, diakui,” kata Inisiator Lapor Covid-19 Irma Hidayana.

“Minta maaf, dan memberikan bantuan konkret,” sambungnya, dalam sebuah webinar, Senin (5/7) lalu, mengutip CNN.

Beberapa waktu terakhir, kasus Covid-19 di Indonesia, terus mengalami lonjakan signifikan.

Berdasarkan situs covid19.go.id, hingga Kamis (8/7) kemarin, ada 359.455 kasus aktif di Indonesia.

Secara kumulatif, jumlah kasus positif di Indonesia, mencapai 2.417.788.

Dari data tersebut, 1.994.573 di antaranya telah sembuh, tetapi 63.760 pasien lainnya, wafat.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga telah menyampaikan, bahwa ketersediaan oksigen untuk pasien Covid-19, mulai terbatas.

Mengingat jumlah pasien Covid-19 yang masih terus melonjak di rumah sakit.

Itu mengapa, Irma, meminta agar pemerintah berhenti mengeklaim Indonesia, baik-baik saja.

Sebab, sebaliknya, kondisi Indonesia saat ini sedang dalam keadaan gawat darurat. “Kita sedang tidak baik-baik saja,” tegas Irma.

“Pencitraan yang menjelaskan bahwa kita sedang baik-baik saja itu, hanya menumbuhkan ketidakwaspadaan masyarakat,” sambungnya.

Irma, meminta pemerintah segera mengubah pola komunikasi, karena jika tidak, masyarakat akan semakin lengah.

“Saya tidak ingin, kami sebagai masyarakat, disalahkan lagi untuk tidak taat prokes,” ujarnya.

“Bagaimana mau taat prokes? Kalau kami, diberitahu, kalau situasinya tenang-tenang saja,” kritik Irma.

Sementara di mata dosen Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Herlambang P Wiratraman, ada tiga kegagalan pemerintah dalam menangani pandemi ini:

  1. Tingginya angka kasus Covid-19 di Indonesia;
  2. Ambruknya fasilitas kesehatan, termasuk rumah sakit, ketersediaan oksigen, hingga banyak warga yang meninggal; dan
  3. Tingginya angka tenaga kesehatan yang meninggal.

Abai di Awal