Di Era Anies, Kemacetan Jakarta Turun Hingga 8%

Ngelmu.co – Dari data yang dirilis oleh TomTom Traffic Index, kemacetan DKI Jakarta di era Anies Baswedan, mengalami penurunan hingga 8 persen. Turunnya angka kemacetan, menurut Gubernur DKI Jakarta, berhasil dicapai karena adanya integrasi transportasi, sehingga warga tak lagi menggunakan kendaraan pribadi.

“Alhamdulillah Jakarta mengalami peningkatan yang lebih baik, dan kita di indeks itu 53 persen. Saya perlu sampaikan beberapa hal yang membantu ini. Pertama adalah soal integrasi transportasi. Karena orang menggunakan kendaraan publik, bila transportasi terintegrasi,” tutur Anies di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (18/6), seperti dilansir dari Detik.

“Kalau transportasi publik terintegrasi, mereka (akan) meninggalkan kendaraan pribadi. Dengan kendaraan pribadi berkurang, maka traffic (juga) akan berkurang,” imbuhnya.

Pembukaan rute-rute baru TransJakarta, disebut Anies, turut memberi dampak positif dalam mengurangi kemacetan. Beroperasinya flyover dan underpass juga memiliki kontribusi masing-masing.

“Ini juga diiringi dengan pembukaan rute-rute baru layanan TJ. Kita juga menugaskan TJ untuk menyambung dengan transportasi-transportasi publik kereta api dan MRT,” jelasnya.

Anies pun berjanji akan terus mempertahankan angka tersebut agar tak kembali naik, dan berharap angka kemacetan bisa terus mengalami penurunan di tahun-tahun mendatang.

“Kita melihat ini sebagai progres positif yang kita akan coba pertahankan terus di tahun-tahun yang akan datang,” pungkasnya.

TomTom Traffic Index sendiri merilis penurunan angka kemacetan di Jakarta, menjadi yang paling besar dibandingkan dengan kota-kota lain, di seluruh dunia. Jakarta yang tahun lalu berada di posisi keempat, kini menduduki peringkat ketujuh.

Sementara kemacetan pagi hari di hari kerja mencapai angka 63 persen, dan kemacetan di malam hari menginjak 88 persen.

Sedangkan Kamis (15/2/18) dinyatakan sebagai hari paling macet di Jakarta, dan Ahad (18/6/18) menjadi hari paling tidak macet di Ibu Kota.

Lantas, daerah mana saja yang masuk 10 besar kota termacet di dunia versi TomTom Traffic Index? Berikut daftarnya:

  1. Mumbai (India): 65%
  2. Bogota (Kolombia): 63%
  3. Lima (Peru): 58%
  4. New Delhi (India): 58%
  5. Moscow region (Rusia): 56%
  6. Istanbul (Turki): 53%
  7. Jakarta (Indonesia): 53%
  8. Bangkok (Thailand): 53%
  9. Mexico City (Meksiko): 52%
  10. Recife (Brasil): 49%

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Sigit Wijatmoko menyebut, penurunan peringkat kota termacet di dunia yang berhasil diraih Jakarta adalah hasil kebijakan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang mengeluarkan kebijakan pembangunan infrastruktur serta regulasi angkutan umum dan kendaraan pribadi.

Lebih lanjut, Sigit memaparkan delapan kebijakan yang mendasari turunnya angka kemacetan di Jakarta, yang dikeluarkan oleh Anies,  antara lain:

  1. Beroperasinya beberapa underpass dan flyover yang dibangun.
  2. Penutupan pelintasan sebidang kereta api.
  3. Kebijakan ganjil genap yang diperluas area dan diperpanjang waktunya.
  4. Re-design jalan Thamrin dan Sudirman sehingga semakin lebar tanpa adanya jalur lambat.
  5. Adanya program JakLingko yang merangkul angkutan umum dalam manajemen Dishub DKI sehingga tidak mengetem sembarangan karena sudah mengacu pada sistem Rp/Km.
  6. Membuka rute-rute baru untuk area layanan TransJakarta.
  7. Menugaskan TransJakarta untuk terintegrasi dengan angkutan perkotaan dan mewadahi program JakLingko, dan integrasi dengan MRT+LRT saat beroperasi.
  8. Bersama dengan stakeholder terkait, baik BPTJ maupun Dishub di kawasan Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) untuk bersama-sama mengembangkan transportasi dari dan ke daerah pemukiman ke kota serta ke bandara.

“Diharapkan pada survei tahun 2019 nanti, akan semakin besar persentase penurunan kemacetan karena MRT sudah beroperasi, disusul dengan LRT, dan integrasi angkutan umum dalam program JakLingko bersama TransJakarta sudah berjalan,” kata Sigit.