Berita  

Dianggap Menindas Muslim Rohingya, Pemerintah London Cabut Gelar Kehormatan Suu Kyi

Gelar Kehormatan Suu Kyi Dicabut

Ngelmu.co – Perlakuan pemerintah Myanmar terhadap masyarakat minoritas Muslim Rohingya, yang dinilai sebagai pelanggaran kemanusiaan, membuat Pemerintah Kota London (CLC), mencabut gelar kehormatan pemimpin de facto negara tersebut, Aung San Suu Kyi.

Pencabutan gelar yang diberikan pada Mei 2017 itu, dilakukan lewat pemungutan suara anggota badan perwakilan terpilih yang mengelola distrik finansial dan bersejarah di kota London.

Anggota badan tersebut, mencakup wali kota, dewan rakyat Court of Aldermen, Court of Common Council, dan organisasi-organisasi non-militer.

“Keputusan tidak biasa hari ini mencerminkan pengecaman CLC atas pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan di Myanmar,” tegas Ketua Komite CLC, David Wootton, seperti dilansir dari Al Jazeera, Jumat (6/3).

Sebelumnya, Suu Kyi yang hadir mewakili Myanmar di Mahkamah Internasional (ICJ), di Den Haag, Belanda, Desember 2019 lalu, membela negaranya atas tuduhan pembunuhan, pemerkosaan, dan penjarahan terhadap masyarakat Rohingya.

“Argumen pencabutan penghargaan telah diperkuat oleh kedekatan Aung San Suu Kyi, dengan pemerintah Myanmar, di (sidang) di Den Haag, serta lemahnya respons (terhadap surat komite (CLC),” jelas Wootton.

Baca Juga: Aung San Suu Kyi Dinobatkan Sebagai Tokoh Nomor I Islamofobia Internasional

Penghargaan tersebut, sebelumnya diberikan kepada Suu Kyi, atas perjuangan tanpa kekerasan selama bertahun-tahun untuk demokrasi dan dedikasinya, membuat masyarakat dapat hidup damai, aman, dan bebas.

Suu Kyi menghadiri sendiri upacara penyerahan kehormatan tersebut selama tur Eropa.

Namun, pada saat itu, dirinya sudah mendapat protes, karena perlakuan pemerintah Myanmar terhadap warga Rohingya.

Di sisi lain, Senin (27/11/2017), Suu Kyi, juga dinobatkan sebagai Tokoh Islamofobia Internasional Tahun 2017 [The 2017 International Islamophobe of The Year].

Kekejaman yang terjadi terhadap minoritas etnis Muslim Rohingya, sangat mengerikan.

Fakta itu membuat Suu Kyi berhasil mengungguli tokoh calon Islamofobia internasional lainnya.

Seperti Presiden AS; Donald Trump, pemimpin partai front kanan Perancis; Marie Le Pen, hingga pemimpin Partai Kebebasan Belanda kelompok kanan, Geert Wildres.