Doa Neno Saat Munajat Dipersoalkan, ini Kata Babe Haikal Hasan

Ngelmu.co, JAKARTA – Anggota alumni 212 Haikal Hasan Barras menjelaskan duduk persoalan terkait doa Neno Warisman saat munajat 212 pekan lalu. Doa tersebut menjadi polemik lantaran dinilai KH Maruf Amin sebagai doa Rasulullah Muhammad Saw saat Perang Badar dan menganggap kelompok 01 sebagai kaum kafir Quraisy.

Menurut Haikal, Neno tidak pernah menyebut Perang Badar saat berdoa dalam acara Munajat 212. “Tidak ada kata Perang Badar dalam doa Bu Neno. Jangan pernah manafsirkan hati,”kata Haikal dalam acara Indonesia Lawyers Club yang disiarkan tvOne pada Selasa (26/2/2019).

“Doa yang diucapkan Neno Warisman adalah ranah pribadi yang bersangkutan menyampaikan Neno saat itu tengah berpuisi, dia bukan menghina azan, Al-Maidah, cadar,”kata dia lagi.

Dia juga menuturkan apa yang disampaikan Neno adalah doa hariannya. Dan doa seperti itu sudah lama dia lakukan. “Sejak kapan negara intervensi sebuah doa,” kata Haikal lagi.

Babe Haikal menyindir mereka yang membela penghina azan, Al-Maidah, cadar yang sekarang malah menyudutkan Neno. Menurut Haikal, curhatn Neno adalah inspirasi.

Haikal pun menyinggung sikap cawapres Ma’ruf Amin yang menilai doa Neno sebagai doa Rasulullah Muhammad Saw saat Perang Badar. Dan menganggap kelompoknya sebagai kaum kafir Quraisy.”Apa iya 01 menganggap musuh, demi Allah tidak ada,” katanya.

Secara khusus, dia pun mengajak seluruh elemen, baik kubu 01 maupun 02 memandang positif doa Neno yaitu menginginkan kemenangan terhadap kelompok 03. “03 gentayangan, nggak jelas. Doa Neno doa bersama untuk 01 dan 02, menghadapi orang jahat, koruptor, yang membuat negara kita berantakan,” jelas dia.

Selain itu, dalam kesempatan itu, Haikal justru meminta Kapitra Ampera, salah satu anggota Tim Kampanye Nasional Jokowi-Maruf agar bicara ke Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Alasannya karena yang bicara perang total adalah Moeldoko.

“Pak Moeldoko, semoga bapak melihat, perang total. Ini saya curiga itu apa, perang Baratayudha, perang Airlangga. Perang keluarga yang buat hancur kedua belah pihak. Perang total di Irlandia, perang total Irak-Iran. Itu perang total, memobilisasi seluruh daya kekuatan untuk habis-habisan,” katanya.

Haikal menduga istilah perang total keluar akibat kepanikan. Pangkalnya adalah elektabilitas Jokowi.”Kita perang lawan siapa? Bang Salim (Profesor Salim Said) bisa menjelaskan lebih detail. Kami ini anak bapak, semua, apapun orang di sini, setua apapun di sini. Semoga para pimpinan ABRI, anak-anakmu, adikmu, keponakanmu, cucu, dibina, bukan diajak perang total,” pungkasnya.