Berita  

Dorce Bicara Lagi

Ngelmu.co – Dedi Yuliardi Ashadi alias Dorce Gamalama, kembali bicara. Ia menanggapi berbagai pernyataan yang menentang wasiatnya; dimandikan sebagai perempuan ketika wafat kelak.

“Kepada kiai-kiai, ustaz-ustaz, yang telah menerangkan keadaan mati saya, siapa yang akan memandikan saya, siapa yang akan mengubur saya, biarkanlah keluarga yang akan mengurusnya.”

Demikian tutur Dorce dalam video yang terunggah di akun Instagram pribadinya, @dg_kcp, Ahad (30/1/2022) kemarin.

“Mau kain kafannya tujuh lapis, mau delapan lapis, saya serahkan kepada yang mengurus,” sambungnya.

“Yang mengurus laki-laki boleh, perempuan boleh, laki-laki perempuan, boleh,” imbuhnya lagi.

“Jadi, siapa saja boleh memandikan saya,” sebut Dorce.

Lalu, ia juga mengatakan, “Jadi, kiai-kiai yang sudah terkenal sekalipun, jangan memberikan komentar yang kurang baik.”

“Harusnya Anda, seorang kiai, memberikan suguhan juga imbauan kepada siapa pun,” lanjutnya.

“Karena saya juga manusia, mempunyai tanggung jawab untuk hidup dan mati kelaknya,” tutup Dorce.

Namun, pada Senin, 31 Januari 2022, ia kembali mengunggah video singkat di akun Instagram-nya:

Baca Juga:

Sebelumnya, Dorce meminta agar jenazahnya kelak dimandikan sebagai perempuan.

Pernyataan tersebut berawal dari pembicaraannya mengenai kondisi kesehatan yang sudah tidak sebaik dahulu.

Kepada Denny Sumargo, Dorce juga mengaku drop beberapa kali, sampai harus dilarikan ke rumah sakit.

“Saya sudah punya kain kafan sendiri. Saya juga punya kuburan sendiri.”

Demikian tutur Dorce, seperti Ngelmu kutip dari kanal YouTube ‘Curhat Bang Denny Sumargo’.

“Rumah saya di Lubang Buaya itu ada masjid, di sebelah masjid itu nanti tempat pulang saya,” sebutnya.

Denny pun bertanya, “Bunda, kalau nanti akhirnya berpulang, ingin meninggal sebagai apa?”

“Ya, sebagai saya sekarang, karena setelah saya operasi, saya punya kelamin perempuan,” jawab Dorce.

“Mandikan saya dengan perempuan, sebagai perempuan,” sambungnya.

Berbagai pihak pun merespons pernyataan tersebut, mengingat agama Dorce, adalah Islam.

Kata KH Cholil Nafis

Ketua MUI KH Cholil Nafis, pada Ahad (30/1/2022) kemarin, melalui akun Twitter pribadinya, @cholilnafis, memberikan penjelasan.

Ia bilang, “Jenazah transgender itu diurus sebagaimana jenis kelamin awal dan asalnya.”

KH Choli juga menekankan, “Mengubah kelamin itu tidak diakui dalam Islam, sehingga ia, hukumnya tetap seperti jenis kelamin pertama.”

“Laki-laki yang berubah menjadi perempuan disebut mukhannats, dan perempuan yang berubah menjadi laki-laki itu mutarajjil,” tutupnya.

Kata Buya Yahya

Sementara itu secara terpisah, pada Kamis (27/1/2022) lalu, kanal YouTube Al-Bahjah TV juga mengunggah video berdurasi 3 menit 53 detik.

Di sana terdapat penjelasan Buya Yahya, ketika menjawab tanya mengenai siapa yang akan memandikan waria, ketika ia meninggal.

“Seorang laki-laki yang lahir laki-laki, kemudian diubah menjadi perempuan, hakikatnya ia tetap laki-laki,” jawab Buya Yahya.

“Cara merawat jenazahnya, laki-laki, karena ia bukan perempuan sesungguhnya,” sambungnya.

Buya Yahya juga menyampaikan, ada sejumlah orang yang memang memiliki ujian dalam identitas sejatinya.

“Hanya dibuatkan alat seperti alat perempuan, tidak akan berubah menjadi perempuan [utuh],” ujarnya.

“Kecuali yang terbukti kelaki-lakiannya atau keperempuanannya,” tegas Buya Yahya.

Ada orang yang lahir tidak jelas, laki-laki atau perempuan, lanjutnya, lantaran alat kelaminnya memang demikian.

“Tapi kadang berjalannya waktu, itu tampak hormon kelaki-lakiannya, semuanya dilihatkan kepada ahli,” jelas Buya Yahya.

Maka dengan tegas, Buya Yahya menyampaikan, jika seorang pria yang ‘berubah’ menjadi perempuan, tetap dianggap sebagai pria.

“Ia tetap ahli iman, bukan keluar dari iman, kalau meninggal, ya, semoga Allah ampuni,” ucapnya.

“Kalau yang hidup, jangan tiru, karena besar dosanya, tapi kalau sudah meninggal, jangan di-dosa-dosakan,” sambung Buya Yahya.

“Jika ada teman-teman yang sedang diuji oleh Allah, itu kami ingin menyambungkan dengan mereka untuk mengobrol secara khusus,” imbuhnya lagi.

“Bukan untuk dihinakan, kemudian dilaknat, enggak,” tegas Buya Yahya.

“Karena ada satu hal yang berbeda dalam dirinya yang perlu dibenahi,” jelasnya.

“Jadi, jangan dibiasakan untuk mencaci maki atau mengolok-olok,” pesan Buya Yahya, lagi.