Opini  

Dua Kutub “Ekstrim”

Dua Kutub “Ekstrim”

Ngelmu.co – Saat ini di sosmed secara garis besar terbaca dua kelompok dituduh ekstrim menyikapi Covid 19. Satu pihak dituduh membesar-besarkan wabah ini seolah sangat berbahaya, setiap yang kena bakal mati. Di sisi lain ada yang dituduh sangat menganggap ringan, ngentengin, bahkan cenderung meremehkan.

Dua Kutub “Ekstrim”
Dua Kutub “Ekstrim”

Kedua pihak sama-sama bicara Covid19, tapi sisi yang dilihat beda maka beda sikap. Pihak kedua benar virus ini sama dengan flu biasa, recovery rate 97-98%. Jika kena tidak usah panik, perkuat saja stamina/imunitas; makan minun yang sehat, tidur yang cukup, sport yang pas, dan jika perlu tambah vitamin. InsyaAllah sehat.

Pihak pertama juga benar, jika terkait penularannya. Covid 19 ini belum ada vaksinnya dan tiba-tiba mewabah bak deret ukur secara global. Jika tidak diatasi dengan serius/tepat akan akibatkan penularan yang meluas. Betul fatality rate cuma 2-3%, tapi kalau yang tertular 1 juta, berarti yang wafat 20-30 ribu. Wow.

Jadi, benar kita tidak usah mendramatisir hakikat virusnya, tapi juga tidak boleh anggap enteng penularannya. Desakan Lock down (LD), social distancing (SD), dalm lain-lain adalah dalam rangka mitigasi penularan. Jika 1% saja rakyat NKRI kena, berarti 2.6 juta, lalu 2-3% wafat berarti 52-78 ribu. Ngeri kali.

Apalagi saat ini Corona jadi pandemic global, berarti fatality rate 2-3% itu bisa dihitung dalam skala global juga. Berarti fatality rate per negara bisa bervariasi dari hampir 0% sampai angka yang jauh di atas 3%. Nah, kalau kita tidak serius/tepat ttidak mustahil NKRI bisa 8-10%. Makin ngeri.

Terkait mitigasi penularan, ada yang anggap lockdown dan social distancing sebagai pilihan. Menurut saya itu komplementer. Lokcdown adalah untuk memutus imported cases dari luar negara/kota. Social distancing untuk mengurangi penularan di antara penduduk satu kota/negara. Kedunya optimal jika dipadukan, apalagi diikuti rapid/swab test.

Baca Juga: 3 Hal yang Bisa Jadi Sumber Penularan Virus Corona

Jadi, mari sikapi wabah ini dengan rasional dan proposional. Tidak usah gampang-gampangin, apalagi membiarkan (ignorance). Sikap ignore akan bikin kita makin tidak tahu masalah. Juga tidak usah besar-besarin masalah. Sikap itu akan bikin kita dihantui masalah tapi lupa cari solusi. #PKSBersatuLawanCorona

Oleh: Dr Mohamad Shohibul Iman