Berita  

Evakuasi Jenazah 8 Santri, Petugas Damkar: Pertama Kali Saya Cium Wangi

Petugas Damkar Jenazah Santri

Ngelmu.co – Salah seorang petugas pemadam kebakaran (damkar) berbagi cerita kepada sang ibu.

Tentang apa yang ditemukan olehnya ketika mengevakuasi jenazah delapan santri.

Seperti diketahui, Senin (21/2/2022) siang lalu, api melalap Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Khoirot, Manggungjaya, Majalaya, Kabupaten Karawang, dan mengakibatkan delapan orang meninggal.

Petugas damkar yang mengevakuasi para korban pun mengaku tidak mencium bau hangus dari kedelapan jenazah tersebut.

Kisah itu turut dibagikan oleh Ustaz Hilmi Firdausi melalui akun Twitter pribadinya, @Hilmi28.

“Yaa Robb 😭😭😭. Insya Allah mereka semua adalah syuhada. Lahumul faatihah,” tulisnya.

Pada twit tersebut, Ustaz Hilmi mengunggah dua hasil tangkapan layar dari status salah seorang pengguna WhatsApp.

Berikut bunyinya:

Hanya sedikit cerita, tapi bermakna, juga jadikan ibrah untuk kita semuanya.

Masih tentang musibah kemarin. Kebetulan yang menjadi petugas damkar saat itu tetangga saya yang bagian piket.

Sebab, beliau bertugas di damkar Karawang.

Singkat cerita, awalnya saya mengobrol, tidak sengaja bertemu ibu yang bersangkutan.

Lalu, beliau menceritakan tentang apa yang ditemukan oleh anaknya di lokasi, saat mengerjakan tugas mulianya, yakni pemadam kebakaran.

Ternyata, para santri yang meninggal itu bertumpuk, enam orang.

Tandanya mereka saling melindungi satu sama lain, dan yang paling bawah adalah anak yang paling kecil.

Ia menjadi santri yang dilindungi, di mana pada tumpukan itu, yang berada di paling atas adalah pengurus kobong.

Beliau melindungi anak didiknya dengan penuh pengorbanan.

Dan yang dua orang lagi, terlihat sedang berusaha membuka jendela atau terali, tetapi terjebak kobaran api.

Yang paling menyayat hati saya, yang bikin saya terus meneteskan air mata adalah anak tetangga saya bilang:

“Baru pertama kali ini tugas memadamkan api juga mengevakuasi jenazah yang gosong terbakar, tapi tidak tercium bau gosong atau bau daging yang terpanggang.”

“Tapi saya mencium wangi yang sangat wangi. Tercium oleh hidung saya.”

Ini sebagai bukti bahwa ahlul Qur’an pasti syahid. Api neraka pun insya Allah tidak akan menyentuh jasad para syuhada itu.

Semoga cerita singkat ini bisa kita jadikan ibrah.

Betapa mulianya jasad para syuhada yang ahlul Qur’an itu.

Pihak Damkar Buka Suara

Terpisah, Kepala Bidang Damkar dan Penyelamatan BPBD Karawang, Rohmat, pun buka suara.

Ia bilang, “Saya sudah mendengar kisahnya dari petugas evakuasi.”

“Dan katanya, badan dari jenazah tidak bau gosong seperti biasanya, malah wangi,” tutur Rohmat melalui telepon, Kamis (24/2/2022).

Ia juga mengatakan, bahwa petugas evakuasi mendapati kedelapan jenazah tampak seperti saling berpelukan.

“Katanya, saat pertama melihat kondisi jenazah, semua korban itu seperti saling berpelukan,” ujar Rohmat.

“Wallahu a’lam, yang pasti wangi itu hal yang sangat baru dialami dalam kebakaran,” sambungnya.

“Dan tentunya, mungkin kedelapan santri korban kebakaran Ponpes Miftahul Khoirot ini syuhada,” imbuhnya lagi.

“Karena kita tahu semua, bahwa korban rata-rata usianya masih anak-anak,” tutup Rohmat.

‘Saya Hanya bisa Berdoa’

KH Agus Abdullah selaku pemilik Ponpes Miftahul Khoirot juga menanggapi cerita ini.

“Saya sudah mendengar pengalaman petugas evakuasi,” akuannya.

“Jenazah delapan korban itu wangi, dan… wallahu a’lam, mungkin itulah kekuasaan-Nya kepada mereka yang mencintai Al-Qur’an,” sambung Kiai Agus.

“Dan saya hanya bisa berdoa, semoga surga jaminannya,” lanjutnya; yang juga dihubungi melalui telepon.

Baca Juga:

Respons MUI Jabar

Kisah ini juga sampai ke telinga Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat (Jabar).

“Bisa jadi itu cerminan dari keadaan waktu masih hidup. Ini ‘kan anak-anak, sehari-hari bergaul dengan Al-Qur’an.”

“Ia menghafal, dan mereka remaja. Bisa jadi itu cerminan kebaikan waktu hidup.”

Demikian tutur Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar pada Kamis (24/2/2022) kemarin.

Lebih lanjut, menurutnya, hal ini patut menjadi perhatian bagi masyarakat, terutama orang tua.

“Penting bagi kita, ini harus dijadikan tazkirah [peringatan], pencerminan,” ujar Rafani.

“Bahwa orang berbuat baik, meninggalnya anak saleh itu kebakaran, ya, tapi Allah juga menunjukkan bahwa mayatnya wangi,” sambungnya.

“Bagi orang tua, itu harus dijadikan pelajaran, dan mari mendidik anak sejak awal,” imbuhnya lagi.

“Dan sejak dini [mari] mengenalkan mereka pada Al-Qur’an,” pungkas Rafani.

Sebagai informasi, terdapat delapan korban meninggal dalam peristiwa kebakaran di Ponpes Miftahul Khoirot, Senin (21/2/2022) lalu.

Dugaannya, api pertama kali muncul dari kipas angin yang rusak, dan percikannya menyambar kasur.

Sampai akhirnya api merambat, membakar sebagian banguan lantai dua yang terbuat dari kayu.