Berita  

Film Jejak Langkah 2 Ulama Tidak Akan Diputar di Bioskop

Film Jejak Langkah 2 Ulama Tidak Akan Diputar di Bioskop

Ngelmu.co – Film berjudul “Jejak Langkah 2 Ulama” merupakan garapan dari Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah dengan Ponpes Tebuireng.

Film Jejak Langkah 2 Ulama Tidak Akan Diputar di Bioskop

Diangkat dari Kisah Dua Ulama Besar

Film ini mengangkat tentang kisah dua ulama besar yakni KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah dan KH Hasyim ASy’ari pendiri Nahdatul Ulama (NU). Keduanya selama ini dibelokan seolah bersebrangan dan berbenturan. Maka dari itu, hadirnya film ini berupaya untuk meluruskan hal tersebut.

Kabarnya, film ini akan tayang pada 2020 mendatang. Hal ini diungkapkan oleh Ustadz Amien Zain, selaku produser film Jejak Langkah 2 Ulama. Namun, dikarenakan penggarapannya belum rampung, maka traillernya pun belum dapat ditayangkan.

“Tapi trailernya belum ada, karena penggarapannya belum selesai,” kata Ustadz Amin ketika ditanya apa sudah ada trailernya.

Menariknya, film yang disutradarai oleh Sigit Ariansyah ini melibatkan dzuriah (keturunan Hadratussyaikh (panggilan Kiai Hasyim Asy’ari) serta paa tokoh Muhammadiyah.

Ir KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), pengasuh Pesantren Tebuireng misalnya bertindak sebagai Executive Producer. Begitu juga tokoh Muhammadiyah Ustadz Sukriyanto AR. Bersama Gus Sholah ia bertindak sebagai Executive Producer.

Bahkan, Hadratussyaikh diperankan langsung oleh cucunya, yaitu Gus Riza Yusuf Hasyim. Gus Riza adalah putra KH. M. Yusuf Hasyim, salah seorang putra Hadratussyaikh.

Ketika ditanya, apakah tidak kesulitan ketika akting, Ustadz Amien yang juga sebagai asisten pribadi Gus Shohah ini mengatakan sejauh ini belum ada kesulitan yang dihadapi.

“Alhamdulillah, sampai saat ini belum ada kesulitan saat akting dari para dzuriah,” tutur Ustdadz Amin yang asisten pribadi Gus Sholah ini.

Peran Gus Riza ini tentu menyentuh hati. Sebab selain wajah Gus Riza mirip Hadratussyaikh, juga punya titisan darah langsung dari ulama besar kakek Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu.

Apalagi, kehidupan sehari-hari Gus Riza memang sangat bersahaja, rendah hati alias tawadlu. Wajar jika beberapa pihak menilai muncul aura Hadratussyaikh pada diri Gus Riza.

Bagi keluarga Gus Riza, film bukan media dakwah yang asing. Dilansir dari Bangsaonline.com, Kiai Yusuf Hasyim, ayahanda Gus Riza, pada tahun 1985 pernah terlibat dalam film berjudul “Sembilan Wali” (Walisongo).

Saat itu Pak Ud (panggilan Kiai Yusuf Hasyim) sedang menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng. Padahal, pada tahun 80-an itu hampir semua kiai mengharamkan nonton film, apalagi memproduksi film.

Tapi Pak Ud berani melawan arus. Pak Ud menerima tawaran main film bertitel “Sembilan Wali” (Wali Songo) yang disutradarai Djun Saptohadi itu.

Apa alasan Pak Ud menerima tawaran jadi “figur wali” dalam film itu? “Film itu ibarat gelas. Tergantung isinya,” kata Pak Ud penuh keyakinan. Artinya, kalau gelas itu diisi racun, maka akan mematikan, tapi kalau diisi madu, akan menyehatkan.

Dalam film yang diproduseri Ram Soraya itu, Pak Ud berperan sebagai Syaikh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik). Film ini bercerita tentang dakwah Wali Songo di tanah Jawa dengan latar belakang pemerintahan (kerajaan) Majapahit yang mulai suram.

Tapi sayang, dalam film yang naskahnya ditulis H Alim Bachtiar itu Pak Ud ditampilkan hanya dalam beberapa menit. Padahal dalam promo baliho, wajah Pak Ud yang bersorban itu paling besar dan menonjol. Bahkan santri-santri senior Tebuireng yang dilibatkan dalam shoting film tersebut hanya terlihat dalam sekejap.

Tentu banyak penonton kecewa, karena Pak Ud hanya dijadikan figur promo. Padahal publik umumnya ingin menonton figur Pak Ud yang kharismatik. Meski demikian, gaung film ini luar biasa pada tahun 80-an itu.

Maklum, selain penuh kontroversi tentang keterlibatan seorang kiai dalam film tersebut, juga dalam poster itu foto Kiai Yusuf Hasyim dipampang secara menyolok dan paling besar di antara deretan pemeran walisongo lainnya.

Daftar Para Pemain

Dzuriyah lain yang terlibat dalam Film Jejak Langkah 2 Ulama itu adalah Gus Fahmi Amrullah. Pengasuh Pondok Putri Pesantren Tebuireng yang banyak memberi pengajian di berbagai tempat ini adalah cucu Hadratussyaikh dari jalur Nyai Khadijah Hasyim.

Gus Fahmi berperan sebagai KH Sholeh Darat, ulama besar dan populer yang menjadi guru Hadratusyyaikh dan Kiai Ahmad Dahlan. Film ini melibatkan 800 orang pemain. Bahkan untuk pemeran asing, film ini mengambil langsung talent dari negara Belanda.

Selain para dzuriyah dan pemain dari Belanda, film ini juga melibatkan para ustadz senior Pesantren Tebuireng. Inilah beberapa pemain film Jejak Langkah 2 Ulama ini:

1. Gus Riza Yusuf Hasyim (beperan sebagai Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari)
2. Gus Fahmi Amrullah (berperan sebagai KH. Soleh Darat)
3. M. Zanuroin Nidivano, putra Gus Fahmi (berperan sebagai KH. Hasyim Remaja)
4. Ustadz. Abdul Wajid (berperan sebagai KH. Akhyat Chalimi)
5. Ustadz. M. Ishom Ahmad (berperan sebagai Syaikhona Kholil Bangkalan)
6. Ustdzah Nur Azizah (berperan sebagai ibu Nyai Kholil Bangkalan)
7. Ustadz. Shidqi Mudzakkir (berperan sebagai KH. Hasyim Dewasa)
8. Ustadz. Alfi Rizqoh (berperan sebagai KH. A. Wahid Hasyim)
9. Abdul Zaki (berperan sebagai KH. Yusuf Hasyim)
10. Ustadz. Abdul Wajid (berperan sebagai KH. Akhyat Chalimi)

Masih banyak para ustadz lain yang terlibat dalam film ini. Bagi Tebuireng, film ini bukan yang pertama. Sebelumnya, Pesantren Tebuireng telah memproduksi beberapa film, antara lain berjudul Sakinah dan Binar.

Film Jejak Langkah 2 Ulama ini tampaknya akan mendapat respons positif masyarakat. Maklum, film ini tidak hanya melibatkan para tokoh NU dan Muhamamdiyah, tapi juga menampilkan dua ulama besar dan paling bersejarah serta berpengaruh di Indonesia. Yaitu Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan.

Hadratussyaikh adalah pendiri organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU). Warga NU mencapai ratusan juta di Indonesia. Berkat perjuangannya dalam kemerdekaan Republik Indonesia, Hadratussyaikh lalu dikukuhkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah RI.

Hadratussyaikh juga pendiri Pesantren Tebuireng. Kini pesantren ini telah berkembang menjadi 14 pondok pesantren cabang di seluruh Indonesia. Hampir semua ulama besar dan pengasuh pesantren di pulau Jawa pernah menjadi santri Hadratussyaikh.

Bahkan gurunya sendiri, Syaikhona Kholil bin Abdul Latif Bangkalan, secara tawadlu’ pernah nyantri kepada Hadratussyaikh saat bulan Ramadan, yaitu ikut mengaji kitab-kitab hadits. Hadratussyaikh memang populer sebagai ulama ahli hadits, di samping ilmu-ilmu agama lainnya.

Baca Juga: Tompi Ingatkan Anies soal Neraka, Begini Respons Warganet

Sedang Kiai Ahmad Dahlan yang punya nama kecil Muhammad Darwisy adalah pendiri Persyarikatan Muhammadiyah. Organisasi keagamaan terbesar kedua setelah NU itu selain memiliki puluhan juta anggota juga terkenal punya aset banyak, terutama dalam bidang usaha dan pendidikan.

Lokasi syuting Jejak Langkah 2 Ulama ini diambil di empat tempat, yakni di Jogjakarta, Jombang, Kediri dan Bangkalan. Dilansir dari Jatimplus.id, film ini nantinya tidak akan diputar di bioskop seperti film pada umumnya. Melainkan film akan diputar secara marathon dari satu pesantren ke pesantren lainnya, madrasah, hingga organisasi yang berada di bawah naungan NU dan Muhammadiyah.