Berita  

Hadapi Corona, Peneliti Sebut Sistem Kesehatan Indonesia di Ambang Jurang

Sistem Kesehatan Indonesia di Ambang Jurang

Ngelmu.co – Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia, terus bertambah, sebagaimana disampaikan oleh pemerintah pusat melalui Juru Bicara Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto.

Setidaknya, hingga Rabu (25/3) kemarin, jumlah pasien positif di seluruh Indonesia, sudah mencapai 790 orang. Di mana 58 di antaranya meninggal dunia—tertinggi di Asia Tenggara—sementara 31 lainnya dinyatakan sembuh.

Jumlah Kasus Terus Meningkat

Meningkatnya kasus virus Corona, menyebabkan Indonesia mengalami defisit yang cukup signifikan, terutama dalam sektor sarana kesehatan, seperti tempat tidur rumah sakit, petugas medis, hingga fasilitas perawatan intensif.

Para pakar pun telah memperingatkan bahwa Indonesia bisa menjadi episentrum baru pandemi virus Corona. Hal ini terlihat dari lonjakan kasus yang terjadi setiap harinya.

Menurut peneliti, melonjaknya kasus virus Corona di Indonesia, tak lain karena respons pemerintah yang dinilai lambat dalam menangani persebaran wabah SARS-CoV-2.

Tingkat Pengujia Rendah, Kematian Tinggi

Selain itu, jumlah kasus yang dilaporkan juga diprediksi akan jauh lebih banyak dari yang sudah tercatat sejauh ini. Mengingat, tingkat kematian yang tinggi berbanding terbalik dengan tingkat pengujian yang rendah.

Hasil penelitian yang dilakukan para ilmuwan di Center for Mathematical Modelling of Infectious Diseases yang berbasis di London, Inggris, bahkan mengestimasikan hanya 2 persen, kasus COVID-19 di Indonesia, yang berhasil dikonfirmasi.

Artinya, jumlah angka yang sebenarnya bisa mencapai 34.300 kasus, lebih banyak dari Iran.

“Mungkin Akan Mengikuti Wuhan atau Italia”

Penelitian lain memproyeksikan kasus COVID-19 di Indonesia, bisa meningkat hingga 5 juta kasus, pada akhir April 2020 mendatang, di bawah skenario terburuk.

“Wabah telah kehilangan kendali, karena mereka telah menyebar di mana-mana,” kata seorang ekonom kesehatan masyarakat, Ascobat Gani, seperti dilansir Reuters, Rabu (25/3).

“Mungkin kita akan mengikuti Wuhan atau Italia. Saya pikir kita ada dalam kisaran itu,” sambungnya.

Pemerintah: Tak Akan Seperti Italia dan Cina

Meskipun demikian, Yuri mengatakan, bahwa dampak virus Corona di Indonesia, tak akan separah yang dibayangkan.

“Kita tidak akan seperti Italia dan Cina, yang penting adalah kita mengerahkan kekuatan, dan masyarakat harus menjaga jarak sosial,” ujarnya.

Namun, bagaimanapun, jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang juga terdampak COVID-19, sistem kesehatan yang dimiliki Indonesia memang jauh dari kata memadai.

Sistem Kesehatan Jauh dari Kata Memadai

Begini, Indonesia merupakan negara keempat terpadat di dunia, dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta jiwa, tetapi berdasarkan data Kementerian Kesehatan, total fasilitas tempat tidur rumah sakit hanya mencapai 321.544 unit.

Maka jika dilakukan perbandingan sederhana, jumlah tempat tidur yang dimiliki Indonesia, ibarat 12 tempat tidur digunakan untuk 10.000 orang.

Sedangkan Korea Selatan, memiliki perbandingan 115 tempat tidur per 10.000 orang, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca Juga: Presiden Hingga Menteri Korsel Kembalikan 30 Persen Gaji untuk Bantu Atasi Corona

WHO juga mencatat Indonesia, pada 2017 lalu, hanya memiliki dokter dengan perbandingan empat dokter per 10.000 orang.

Sementara Italia, memiliki 10 kali lebih banyak, dan Korea Selatan, memiliki dokter empat kali lebih banyak dari Indonesia.

Optimis Lewat Physical Distancing

Meski memiliki sistem kesehatan yang serba terbatas, Yuri mengaku tetap optimis, dengan diterapkannya physical distancing [jaga jarak fisik].

Dirinya yakin, bahwa fasilitas kesehatan yang dimiliki Indonesia sudah cukup untuk mengatasi pandemi ini, dan tak perlu dilakukan penambahan tempat tidur serta petugas medis.

Tetapi ahli epidemiologi di Universitas Indonesia, Budi Waryanto, memiliki pandangan berbeda dengan Yuri.

Ia menilai, bahwa rumah sakit yang dimiliki sekarang tidak cukup siap untuk menangani kasus-kasus potensial, begitupun perawatannya, sangat terbatas.

Beberapa Rumah Sakit Kewalahan

Hal ini terlihat, sejak kasus virus Corona meningkat, beberapa rumah sakit mulai kewalahan menangani pasien.

Padahal, jumlahnya masih dalam kisaran ratusan orang. Namun, sudah banyak staf yang kehabisan peralatan pelindung, sampai terpaksa menggunakan jas hujan plastik yang tidak sesuai standar untuk merawat pasien-pasien COVID-19.

Meninggalnya delapan dokter dan satu perawat karena terpapar virus Corona pun, bisa menjadi bukti bagaimana gagapnya sistem kesehatan Tanah Air, dalam menghadapi pandemi.

Di Italia, dengan fasilitas yang jauh lebih memadai saja, sudah ada 7.503 kematian, akibat virus Corona, di mana lebih dari 20 di antaranya, adalah dokter.

Membawa Masker Sendiri

Diberitakan, salah satu petugas rumah sakit di Jakarta, mengancam tidak akan masuk kerja, karena kekurangan peralatan pelindung.

“Kami membawa masker sendiri, pakaian pelindung sendiri, yang mungkin kualitasnya tidak standar. Teman-teman saya satu per satu terpapar virus Corona,” ujar salah satu dokter yang tak ingin disebutkan namanya.

Terlepas dari itu, pekan ini, pemerintah sudah mendatangkan sekitar 175.000 peralatan pelindung untuk para petugas medis, dan akan segera di-distribusikan ke seluruh rumah sakit yang ada di Indonesia.

Pemerintah juga membuka rumah sakit darurat di Jakarta, yang bisa merawat hingga 24.000 pasien virus Corona.

Dokter dan petugas medis lainnya, juga dijanjikan akan mendapat uang intensif, serta di-fasilitasi alat tes virus Corona—rapid test—yang dibeli dari Cina.

Kurangnya Fasilitas dapat Memperparah Kondisi

Namun, tetap tak bisa disangkal, jika Indonesia memang akan jauh lebih sulit menangani pandemi virus Corona.

Sistem kesehatan yang terdesentralisasi membuat pemerintah kesulitan dalam mengoordinasikannya, dengan sekitar 19.000 pulau yang membentang 5.100 kilometer.

Kurangnya tempat tidur di unit perawatan intensif dinilai akan memperparah kondisi yang ada.

Terlebih, saat ini Indonesia sedang memasuki puncak musim demam berdarah, maka bisa dipastikan, permintaan fasilitas kesehatan pun akan terus bertambah.

“Jika Anda sakit parah, dan Anda bisa masuk ICU, memakai ventilator, mayoritas orang harus selamat. (Tapi) Jika Anda tidak membawanya ke ICU dan memberinya ventilator, maka mereka akan mati,” ungkap spesialis kesehatan masyarakat dari Universitas Curtin Perth, Archie Clements, merujuk pasien terinfeksi virus Corona.