Hai Buzzer, Ada ‘Salam’ Nih!

Buzzer BuzzeRp
Ilustrasi Buzzer. Foto: Aditia Noviansyah/Kumparan

“Ya, memang, kadang kita cenderung tak menganggap penting para buzzer ini, sehingga kadang mengabaikan,” kata Febri.

“Tapi sekarang tidak lagi bisa begitu,” lanjutnya yang juga sadar, buzzer tak terlalu penting.

“Tapi risiko ruang demokrasi ini, dikotori. Tentu perlu dijaga,” tegas Febri.

Kembali lagi ke pertanyaan, caranya?

“Sederhana, jelaskan informasi yang benar. Sesegara mungkin. Jangan tunda, apalagi diabaikan,” pungkas Febri.

“Silakan mengabarkan persetujuan akan kebijakan tertentu,” kata Gita Putri Damayana, menyepakati rangkaian twit Febri. “Bebas kok.”

“Batu ujinya, apakah situ melakukan doxxing [kejahatan di dunia maya, di mana data pribadi seseorang dikumpulkan lalu disebarkan di internet]? Melakukan fitnah?” tanya Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Indonesia itu.

“Nanah demokrasi macam buzzerRp, antiseptiknya itu akal sehat,” tutup Gita.

Ngomong-ngomong, kalian sendiri memandang buzzer seperti apa sih?