Harta Dunia Tak Akan Bisa Menyatukan Hati Manusia

Harta Dunia Tak Bisa Satukan Hati Manusia

Ngelmu.co – Harta dunia, tak akan bisa menyatukan hati manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“…Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di Bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,” (QS. Al-Anfal: 63).

Harta dunia, tak bisa menjinakkan hati manusia untuk selalu mendukung seorang pemimpin.

Tetapi hanya membius dan meredakan sementara. Jika tidak tercukupi, mereka akan bangkit menentang.

Harta dunia, tak bisa menyatukan hati untuk selalu mematuhi seorang pemimpin.

Tetapi hanya meredam sementara. Jika ‘bantuan tunai’ terhenti, mereka akan bangkit menentang.

Mengikat dan merekrut orang dengan harta dunia untuk membangun kekuatan organisasi, tak akan bisa solid dan bertahan lama.

Jika transfer uangnya berhenti, hancurlah ikatan dan kepatuhannya.

Baca Juga: Suami Istri yang Mendatangi Nabi Musa

Hati manusia, hanya bisa disatukan dengan nilai-nilai spiritual Ilahiyah, bukan dengan materi dan reruntuhan dunia.

Jika suatu perjuangan melenceng dari nilai-nilai ini dan bergeser nenjadi perjuangan mendapatkan dunia, pasti terjadi kegaduhan dan persengketaan.

Harta dunia, tak bisa memenuhi kebutuhan spiritual dan hati manusia, seberapa pun besarnya.

Hanya nilai-nilai spiritual yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, yang bisa memenuhi kebutuhan spiritual dan hati ini.

Memimpinlah dengan nilai-nilai spiritual Ilahiyah dan keteladanan.

Sebab, nilai-nilai spiritual Ilahiyah ini, telah mengajarkan keadilan sosial.

Pemerataan, saling tolong menolong, keseimbangan dunia-akhirat, moralitas, dan ketertiban sosial.

Jangan memimpin hanya dengan uang, narasi, dan pencitraan.

Sebab, uangmu tak sebanyak dunia dan isinya. Uangmu pasti tak cukup, dan segala bentuk kepalsuan pasti terbongkar.

Oleh: Ustaz Aunur Rafiq Saleh Tamhid