Hidup Bukan untuk Kaya atau Miskin

Hidup Bukan untuk Kaya atau Miskin

Ngelmu.co – Salah besar jika ada yang berpendapat, Islam menganjurkan kaum Muslimin untuk kaya (atau miskin). Sebab, hidup bukan untuk kaya atau miskin.

Islam meminta kaum Muslimin untuk fokus pada usaha mencapai kebahagiaan. Kaya atau miskin adalah pemberian Allah. Itu benar-benar rahasia Allah.

Usaha kita, hanya fokus pada berbuat baik untuk bahagia. Tidak ada satu pun dalil yang menyatakan bahwa orang kaya lebih bahagia, atau sebaliknya orang miskin lebih bahagia daripada orang kaya.

Bahkan, sebagian besar nabi—sebagai manusia yang paling bahagia di muka bumi—tenyata ditakdirkan Allah, hidup miskin dalam harta.

Hanya segelintir yang kaya, yakni Nabi Sulaiman, Nabi Yusuf, Nabi Daud, beberapa contohnya.

Doa-doa yang diajarkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, juga sebagian besar doa untuk bahagia, bukan untuk kaya atau miskin.

Bahkan doa “sapu jagat” yang populer di kalangan kaum Muslimin, adalah doa kebaikan dan kebahagiaan.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan (kebahagiaan) di dunia, berikan pula kebaikan (kebahagiaan) di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka,” (QS. Al-Baqarah: 201).

Hidup Bukan untuk Kaya atau Miskin

Jangan terpengaruh dengan ideologi kapitalisme yang memuja kekayaan dan kemewahan, serta menganggap kekayaan sebagai satu-satunya cara bahagia.

Seperti yang dipertunjukkan oleh para YouTuber, pemuja kemewahan dengan viewer sampai jutaan.

Ini ajaran sesat, yang menjauhi kita dari tujuan hidup sebenarnya, mencari ridho Allah (baca: bahagia).

Umat Islam dahulu, jaya dan memimpin dunia karena mereka sibuk mencari ridho Allah (bahagia).

Dan umat Islam sekarang terpuruk, karena sebagian besar sibuk memuja harta. Mudah menghalalkan cara, agar kaya.

وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا

“Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan,” (QS. Al-Fajr: 20).

Maka, fokuslah untuk bahagia dengan cara hidup seimbang, bersyukur, memberi manfaat kepada orang lain, istiqomah, dan akhirnya husnul khotimah.

Setelah itu, menjadi kaya atau miskin adalah urusan Allah semata. Allah Subhanahu wa Ta’ala, lebih tahu mana yang lebih baik untukmu.

Jangan rusak tujuan hidupmu (yakni bahagia), dengan usaha yang salah (yakni sibuk untuk kaya). Ini seperti mengejar fatamorgana yang berujung pada kehampaan dan kesedihan abadi, kelak di akhirat.

Na’udzubillah tsumma na’udzubillah.

Oleh: Satria Hadi Lubis