Impor Gula Besar-besaran, Bulog Mengaku Ada Praktik Rente

Ngelmu.co, JAKARTA – Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso menanggapi kritik ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri tentang lonjakan impor gula sepanjang dua tahun belakangan ini.

Dia mengakui adanya praktik rente di balik lonjakan impor gula dalam dua tahun terakhir. Buwas, panggilan akrab dari Budi, tak menampik masih adanya praktik tersebut dalam industri gula, baik rafinasi untuk kebutuhan pabrik maupun untuk konsumsi.

“Kalau ini berkembang terus, dengan sendirinya jejaring yang tadi, katakanlah, mafia atau yang menguasai pasar selama ini, akan pupus dengan sendirinya,” kata Buwas dikutip dari Tempo.co pada Jumat (11/1/2019).

Akan tetapi dari sisi gula konsumsi, Buwas menyebut Bulog membentuk 56 ribu Rumah Pangan Kita (RPK), semacam lokasi penjualan langsung sembako ritel, untuk mengatasinya.

Baca juga: Ekonom UI: Jelang Pemilu, Tiba-tiba Indonesia Jadi Pengimpor Besar Dunia

Bulog sebenarnya hanya bertugas menyerap gula untuk kebutuhan konsumsi alias rumahan. Saat ini, stok gula di gudang Bulog mencapai 400 ribu ton dan Presiden Joko Widodo telah meminta stok ini digelontorkan untuk mengantisipasi kenaikan harga. Sementara pemerintah tengah berbicara dengan industri makanan minuman yang banyak membutuhkan gula jenis rafinasi. “Sebenarnya butuhnya berapa, nanti akan dihitung.”

Terkait hal itu, Budi Waseso atau Buwas menyebutkan, Presiden Joko Widodo atau Jokowi sudah memberikan arahan agar Bulog tak menghabiskan stok gula yang ada di gudang Bulog ataupun PT Perkebunan Nusantara (PTPN). “Kalau untuk pabrik, juga diutamakan menyerap gula yang ada ini,” kata Buwas di gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta dan Banten di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis, 10 Januari 2019.

Saat ini, kata Buwas, Bulog memiliki stok 400 ribu gula konsumsi. Sementara gula rafinasi yang diperuntukkan untuk kebutuhan industri berada di gudang milik PTPN.

Hal ini tak lepas dari tugas Bulog menyerap gula untuk keperluan konsumsi atau rumah tangga. Bulog juga tetap diminta berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian dalam distribusi gula konsumsi.

Adapun pada arahan kedua, kata Buwas, Jokowi meminta agar ada hitungan kembali kebutuhan impor gula nasional. Saat ini, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution terus bertemu pengusaha yang membutuhkan gula industri. “Sebenarnya butuhnya berapa, nanti akan dihitung.”

Sebelumnya, Faisal Basri menyebutkan volume impor oleh Indonesia sudah sangat besar. “Menjelang pemilu, tiba-tiba Indonesia menjadi pengimpor gula terbesar di Dunia. Praktek rente gila-gilaan seperti ini berkontribusi memperburuk defisit perdagangan,” ujar FaisalBasri seperti dikutip dari cuitan di Twitter-nya @FaisalBasri , Selasa, 8 Januari 2019.

Melalui cuitannya itu, Faisal Basri juga mengunggah infografik berupa grafik batang berjudul “Principal Sugar Importing Countries in 2017/2018” yang bersumber dari Statista. Dari grafik batang itu terlihat sepanjang tahun 2017-2018, Indonesia mengimpor gula hingga 4,45 juta ton.

Volume impor gula ini tertinggi dibanding Cina (4,2 juta ton), Amerika Serikat (3,11 juta ton), Uni Emirat Arab (2,94 juta ton), Bangladesh (2,67 juta ton), dan Aljazair (2,27 juta ton). Adapun volume gula yang diimpor Indonesia itu juga melampaui negara seperti Malaysia (2,02 juta), Nigeria (1,87 juta ton), Korea Selatan (1,73 juta ton), dan Arab Saudi (1,4 juta ton).

Selain itu pada Januari 2017 sampai November 2018, harga gula Indonesia juga 2,4 sampai 3,4 kali lebih mahal dari harga gula dunia. “Impor gula rafinasi membanjir, pemburu rente meraup triliunan rupiah. Mengapa semua diam? tulis Faisal. Praktik rente ini, kata dia, berkontribusi memperburuk neraca perdagangan.

Tak hanya Faisal, Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli juga pernah melontarkan kritik soal impor gula. Melalui akun twitternya @RamliRizal pada 16 Agustus 2018, Rizal menulis, “Wong Mentri Perdagangan doyan banget impor, operasi sedot rente. Kelebihan impor garam 1,5 juta ton, gula 2 juta ton, beras, bawang putih dll. Petani sebel. Mas Jokowi @jokowi bertindak dong. Tolong ngomong sama Bang Surya (Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh) untuk ganti Enggar (Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita).”