Industri Keuangan NTB Tumbuh Positif di Masa Pandemi

Industri Keuangan NTB Tumbuh Positif di Masa Pandemi

Ngelmu.co – Meski di tengah masa pandemi, kinerja industri keuangan di Nusa Tenggara Barat (NTB), justru tumbuh positif. Pertumbuhan tersebut pun terjadi di luar dugaan.

Bahkan, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB, Farid Faletehan menyebut, bahwa fatka ini membingungkan banyak pihak. Sehingga ia diminta kembali memperjelas data-datanya.

Hal tersebut ia sampaikan dalam pertemuan wartawan dengan Bank Indonesia di Sengggigi, Lombok Barat, pada Jumat 9 Oktober 2020 lalu.

‘’Pertumbuhan industri keuangan di NTB mengalami anamoli yang cukup bagus,’’ ujarnya.

“Banyak yang rada-rada ndak percaya ketika kita paparkan kondisi perbankan dan keuangan di NTB. Faktanya memang demikian,’’ ujarnya.

Ia pun menjelaskan, aset perbakan umum syariah pada Agustus 2020 mengalami kenaikan sebesar 14,39 persen year on year.

Artinya, angka tersebut menunjukkan bahwa industri keuangan syariah di NTB sangat potensial dan cukup menjanjikan, terlebih di masa pandemi Covi-19 seperti saat ini. Atas hal tersebut, maka OJK hendak menjadikan NTB sebagai barometer keuangan syariah di Indonesia.

‘’Jadi kalau provinsi lain mau belajar soal keuangan syariah, ya silakan datang ke NTB,’’ sarannya.

Adapun contoh pertumbuhan keuangan syariah yang cukup signifikan ini adalah Bank NTB Syariah. Dimana sebelumnya tak sedikit orang yang pesimis, ketika akan dilakukan konversi dari konvensional ke syariah penuh.

Di balik rasa pesimis banyak orang, namun pada kenyataannya, Bank NTB Syariah justru memperoleh banyak penghargaan, hal ini tentu saja dikarenakan prestasi pertumbuhannya yang cukup baik.

Perlu kita ketahui, pertumbuhan keuangan syariah tercatat menjacapai 19,74 persen yoy. Jika digabung, perbankan syariah dengan perbankan konvensional yang ada di NTB, maka pertumbuhannya mencapai 18,19 persen. Jauh melampaui pertumbuhan industri keuangan secara nasional yang hanya tumbuh 8,12 persen asetnya.

‘’Berarti pertumbuhan asetnya dua kali lipat dibanding nasional. Makanya optimis terus. Apalagi secara makro Bank Indonesia juga cukup optimis dengan pertumbuhan ekonomi NTB,’’ imbuhnya.

Begitupun dengan penyaluran kredit atau pinjaman. Biasanya, penyaluran kredit ini dijadikan sebagai tolok ukur atau patokan nasional oleh pengamat ekonomi dan praktisi. Sebab, kredit di NTB mengalami pertumbuhan yang sangat luar biasa, kredit oleh bank umum syariah tumbuh sebesar 15,48 yoy.

‘’Sementara nasional pertumbuhannya hanya 8 sampai 10 persen,’’ sebut Farid.

Baca Juga: Guru Besar ITS: Omnibus Law Jadikan Rakyat Indonesia Jongos di Negeri Sendiri

Sementara perbankan NTB posisinya per Agustus 2020 tumbuh 21,48 persen. Nasional tumbuh jauh di bawahnya, hanya 1,33 persen. Pada Maret, penyaluran kredit industri keuangan di NTB sebesar 27 persen.

Sedangkan pada bulan April lalu dikhawatirkan pertumbuhan kreditnya jeblok akibat pandemi Covid-19 yang menyerang. Namun pada kenyataannya, pertumbuhan terendah saja mencapai 20,6 persen, di tengah kredit daerah lain mengalami pertumbuhan yang minus.

‘’Posisi terendahnya tumbuh sampai 20 persenan. Di saat kredit-kredit daerah lain mengalami pertumbuhan minus,’’ katanya.

Terdapat 10 sektor yang menjadi pendukung meroketnya pertumbuhan kredit. Antara lain yaitu:

  • Pertambangan dan pengadilan 112,76 persen
  • Pertanian perburuan dan kehutanan 49,33 persen
  • Penyediaan akomondasi dan penyediaan makan minum 35,33 persen
  • Industri pengelolahan 23,82 persen
  • Transportasi, pergudangan, dan komunikasi 15,43 persen
  • Penerimaan kredit bukan lapangan usaha 6,67 persen
  • Perdagangan besar dan eceran 3,74 persen
  • Jasa kemasyarakatan dan sosial budaya 0,23 persen
  • Konstruksi 1,75 pesen
  • Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan -6,27 persen