INSISTS Ungkap Hubungan Islam dan Minangkabau yang tak Bisa Dipisahkan

Ngelmu.co, JAKARTA – INSISTS Saturday Forum (INSAF) menggelar diskusi pembahasan seputar persoalan Islam dan Minangkabau. Agenda yang digelar pada Sabtu (9/2/2019) di Aula Imam al-Ghazali, INSISTS, Gedung Gema Insani Jalan Kalibata Utara 2 No.84 Jakarta Selatan tersebut akan mengupas tuntas hubungan Islam dan Minangkabau dari perspektif pemikiran dan sejarah.

Untuk diketahui, pada tahun 2015, seorang dosen filsafat di Kota Padang menginjak Al-Qur’an saat mengajar. Tidak butuh waktu lama, perbuatannya itu langsung diganjar dengan pemecatan. Hukuman administratif dan sosial yang diterimanya jauh lebih berat ketimbang dosen lainnya di Surabaya yang pada 2006 silam menginjak lafazh Allah.

Selanjutnya, jelang Aksi Super Damai 212, dua pesawat dicarter dari Padang untuk mengangkut mereka yang ingin hadir dalam aksi tersebut.

Terakhir, ketika wacana ‘Islam Nusantara’ digaungkan ke seluruh penjuru negeri, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat menggelar mudzakarah di Padang Panjang yang menghasilkan keputusan bulat untuk menolak konsep tersebut.

Bahkan penolakan ini dimantapkan lagi dengan Rapat Koordinasi MUI Sumbar di Padang pada bulan Juli 2018 yang memutuskan bahwa ‘Islam Nusantara’ tidaklah dibutuhkan di Ranah Minang.

Untuk diketahui, Islam dan Minangkabau tak mungkin dipisahkan. Jika ada orang Minang yang melepaskan dirinya dari ikatan Islam, maka seketika itu juga ia terlepas dari ikatan adatnya.

Adapun, pertalian erat ini digambarkan dengan jelas dalam slogan Alam Minangkabau, “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Kesemua contoh di atas menunjukkan bahwa Islamisasi di Alam Minangkabau telah menghasilkan efek yang sangat mengakar kepada masyarakat Minang, baik di darek (darat/kampung halaman) maupun di rantau (perantauan).

Peneliti INSISTS, Akmal Sjafril ang juga kandidat doktor ilmu sejarah Universitas Indonesia  akan membedah proses Islamisasi tersebut dengan menelaah empat babak penting dalam sejarah. Memahami proses Islamisasi ini agaknya penting untuk memahami budaya Minangkabau secara lebih mendalam sebagai bagian dari kekayaan ragam budaya Nusantara.