Berita  

Jakarta Tak Pernah di-Desain Sebagai Ibu Kota, Benarkah?

Jakarta Desain Ibu Kota

Ngelmu.co – Benarkah Jakarta tidak pernah di-desain sebagai ibu kota negara?

Awalnya, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (Emil), menunjukkan beberapa negara di dunia yang berhasil mengganti ibu kota.

“Dari sepi, menjadi maju. Itulah sejarah semua peradaban kota-kota besar dunia,” demikian tulisnya melalui akun Twitter resmi, @ridwankamil, Selasa (25/1/2022).

Lalu, Emil membahas sekaligus menyesalkan pernyataan Edy Mulyadi, yang menurutnya menghinakan Kalimantan.

Sampai akhirnya Emil bilang, “Pemindahan ibu kota adalah wacana lama, sejak zaman Bung Karno.”

“Karena Jakarta memang tidak pernah di-desain sebagai ibu kota,” sambungnya lagi.

Mendapati pernyataan tersebut, salah seorang pengguna Twitter yang mengaku berupaya menahan diri untuk tidak berkomentar soal IKN, akhirnya bicara.

Ia adalah pemilik akun @rizkidwika. “Sebetulnya nahan-nahan banget komentar soal IKN, tapi Pak Gub kurang tepat.”

“Justru,” sambungnya, “Bung Karno yang secara konseptual mendesain Jakarta sebagai ibu kota.”

Dwika menjelaskan tentang Poros Thamrin-Kebayoran, patung dan monumen.

“Bahkan outline plan Djakarta ’57 dan rencana Djakarta Metropolitan ’65, itu di era Bung Karno,” tuturnya.

Baca Juga:

Bukan cuma melihat Jakarta sebagai kota tunggal, pada 1965, bahkan sudah terpikirkan juga bagaimana jika Jakarta ‘membengkak’.

“Nanti mengembangnya ke mana [itu sudah terpikirkan]. Ada poros Timur-Barat, ada juga ke selatan,” ujar Dwika.

“Titik pancarnya 15 kilometer dari Monas. Namanya ‘Jakarta Metropolitan’, tahun ’72-’73, barulah muncul Jabotabek,” jelasnya lagi.

Berikut penuturan Dwika yang telah disimak oleh ribuan warganet, selengkapnya:

Master plan-nya diambil dari buku, master plan keluaran Direktorat Tata Kota dan Daerah 1965.

Yang mana enggak mungkin banget kalau Bung Karno, enggak terlibat di dalamnya.

Bung Karno pernah ‘galau’, disuruh menetapkan ibu kota? Benar.

Pernah tergoda pindah? Iya, tapi enggak cuma Kalimantan, doang. Calonnya banyak.

Tapi pada akhirnya, Bung Karno menetapkan ibu kota, ya, di Jakarta. Baca deh diksinya: tidak ada keraguan, dan seterusnya.

Jadi, jelas enggak tepat kalau ada statement ‘Jakarta enggak dirancang sebagai ibu kota’.

Lah, orang yang merancang konsep besarnya Bung Karno sendiri.

Pada ’60-an awal, Sukarno sudah ketok palu memutuskan IKN di Jakarta.

Wacana mencari lokasi IKN yang layak di masa itu pun selesai.

Pada 1964, keluar UU 10/64 tentang Pernyataan DKI Jakarta Raya Tetap sebagai IKN.

Tahun 1965, dibuatlah master plan yang memproyeksikan Jakarta sebagai IKN.

Master plan 1965-1985 sebagai Jakarta Metropolitan, disahkan setelah keluar UU 10/1964.

Yang isinya, Jakarta ditetapkan secara de jure sebagai ibu kota.

Lewat UU yang disahkan oleh Bung Karno itu, berarti, ya, wacana pemindahan IKN di era Orde Lama, sudah selesai oleh Bung Karno sendiri.

Sudah tutup buku.

Jadi, ya, jangan terus-menerus mengangkat narasi lama, kalau Bung Karno ngebet pengin pindah dari Jakarta.

Kurang lebih begitu.

Jadi, kalau melihat dari transkrip pidato, dan lain-lain, kalimat yang lebih tepat adalah:

“Pemindahan ibu kota adalah wacana lama yang pernah muncul pada zaman Bung Karno. Namun, Bung Karno memutuskan IKN tetap di Jakarta, dan menggagas pembangunan Jakarta dengan arsitektur modern.”

Sekian. Salam Jas Merah [jangan sekali-kali meninggalkan sejarah].