Jurnalis Kritisi Alasan Zionis Israel Tembak Warga Palestina: Selalu Sama

Ibtisam Ka'abneh Palestine
Ibtisam Ka'abneh (tengah). Foto: Instagram/hanady_halawani

Ngelmu.co – Seorang jurnalis mengkritisi alasan yang muncul tiap kali zionis Israel, menewaskan warga Palestina.

Sebelumnya, editor Times of Israel, Emanuel Fabian (Mannie), mengetwit, “Seorang tersangka Palestina, bersenjatakan pisau, ditembak di persimpangan Qalandia, dekat Yerusalem.

Selang beberapa jam, ia mengunggah foto pisau yang dimaksud, “Foto pisau yang dibawa oleh wanita Palestina yang mendekati pos pemeriksaan Tepi Barat.

“Ia dinyatakan meninggal oleh petugas medis di tempat kejadian,” sambung Mannie.

Cuitan itulah yang dikritisi oleh jurnalis Palestina, Hind Khoudary, juga melalui akun Twitter pribadinya, @Hind_Gaza.

“Alasan yang sama, setiap kali mereka membunuh orang Palestina,” bebernya.

“Kali ini, mereka menempatkan pisau masak di saku Ibtisam Ka’abneh untuk membenarkan pembunuhan mereka,” sambung Hind.

Novelis sekaligus komentator politik dan budaya asal Mesir, Ahdaf Soueif, juga ikut membagikan kabar penembakan zionis terhadap Ibtisam.

Ia membagikan foto Ibtisam yang sebelumnya diunggah oleh Quds News Network.

“Wanita yang ditembak Israel, di Pos Pemeriksaan Qalandia, hari ini, telah meninggal.”

“Ia adalah Ibtisam Ka’abneh, seorang ibu berusia 28 tahun, dari Kamp Aqabat Jaber, di Yerikho.”

Baca Juga: Dukungan Semakin Menjadi, Bendera Palestina Terbentang dan Menyala di Berbagai Negara

Ibtisam Ka’abneh adalah mantan tahanan Palestina [yang dibebaskan dari penjara Israel, pada 2018 lalu].

Salah satu ‘penjaga’ Masjid al-Aqsha, Hanady Halawani, yang bertemu dengan Ibtisam, di penjara pada 2017 lalu, pun mengaku terluka.

“Tidak mudah bagi saya untuk menyadari, bahwa orang yang dieksekusi hari ini di salah satu pos pemeriksaan militer adalah tahanan yang dibebaskan, Ibtisam Ka’abneh.”

“Dampak dari berita itu berat, tetapi menjadi lebih berat, ketika saya tahu namanya, dan mengingatnya.”

“Saya bertemu dengannya di penjara pada tahun 2017, dan ia, berada di ruangan yang sama dengan saya.”

“Saya ingat ketenangan serta kelembutannya, membaca Al-Qur’an. Ia bangun untuk sholat, tepat waktu.”

“Dan saya ingat, Ibtisam, bangun di malam hari, karena takut akan anak-anaknya. Ia memikirkan mereka.”

“Ibtisam meninggal dengan peluru berbahaya yang ditembakkan dengan darah dingin, dan tragedi berlanjut.”

Demikian jelas Hanady, seperti Ngelmu kutip dari akun Instagram pribadinya, @hanady_halawani, Selasa (15/6).

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Hanady Halawani (@hanady_halawani)