Berita  

Kapal Nabi Nuh, Ekonomi yang Tertekan, dan Tangisan Gubernur BI

Perry Warjiyo

Ngelmu.co – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengaku bahwa dirinya menangis setiap malam saat merumuskan kebijakan untuk penanganan pandemi virus Corona (COVID-19), yang kini menjadi masalah kompleks di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

“Saya setiap malam itu nangis setiap hari, dengan kawan-kawan kami doa terus,” tuturnya saat memaparkan penanganan COVID-19 kepada Komisi XI DPR RI, dalam rapat kerja secara virtual di, Rabu (8/4).

“Maaf ya, saya emosional, saya ingin nangis, tahajud terus, betul-betul lindungan dari Allah,” imbuh Perry, seperti dilansir CNBC.

Baca Juga: Kekhawatiran Dokter Malaysia Sebut Indonesia ‘Bom Waktu’ COVID-19

Awalnya, beberapa wakil rakyat di Komisi XI, menanyakan soal langkah apa saja yang akan diambil pemerintah dan BI, dalam menangani dampak virus Corona.

Ia pun bercerita, sejak akhir Maret, sudah membahas rumusan penanganan COVID-19, bersama Menteri keuangan, OJK, dan LPS. Istilahnya, menyiapkan kapal.

Pasalnya, Perry mengungkapkan, wabah ini mengakibatkan ekonomi menjadi sangat tertekan.

Pengibaratan kapal merupakan sebuah payung aturan yang nantinya digunakan, jika air bah menenggelamkan daratan, layaknya kapal Nabi Nuh.

Sejumlah kebijakan antisipasi terus dilakukan, agar masyarakat yang terdampak Corona, bisa tertangani dengan baik, dan ekonomi tetap bertahan.

Pria berusia 60 tahun kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah, itu sempat bercerita jika sejak kecil, ia membaca kitab suci Al-Qur’an dan kisah di dalamnya.

Salah satunya itu tadi, kisah Nabi Nuh, yang membangun bahtera atau kapal raksasa.

Itu sebabnya, Perry, mengibaratkan berbagai upaya dan antisipasi yang disiapkan pemerintah juga BI saat ini, sebagai bahtera Nabi Nuh.

Secara terbuka, ia juga meminta dukungan, kepada anggota komisi terhadap kebijakan antisipasi dampak COVID-19, yang sedang disiapkan.

“Supaya kalau bah-nya itu, sekarang prediksi kami naik ke rumah, gedung, atau gunung, kapalnya itu kuat untuk menghadapi,” ujarnya.

Meskipun mulai dari skenario ringan hingga berat, sambungnya, tetap dipastikan akan mencederai ekonomi.

Perry mengatakan, jika nantinya terjadi pembatasan tiga bulan ke depan, maka harus memikirkan bagaimana nasib rakyat.

“Bagaimana orang yang enggak kerja? Nasibnya seperti apa? Maka stimulus diperlukan di-asses lagi, bagaimana, dananya berapa,” ujarnya.

Bagi Perry, masalah virus Corona yang saat ini terjadi dan menimpa Tanah Air, sangatlah kompleks.

“Memerlukan upaya dari pagi sampai malam, terus kemudian malamnya juga tahajud,” ucapnya.

Semua itu dilakukan, tak lain untuk memohon dukungan serta lindungan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebagai umat beragama, insya Allah, kata Perry, bangsa Indonesia akan terselamatkan, jika bersandar kepada Tuhan.

“Mohon maaf kalau agak sentimentil, mohon maaf,” pungkasnya.

Beberapa anggota DPR Komisi XI, menyampaikan kesepakatannya, mendukung langkah-langkah pemerintah dan BI secara pararel.

“Semua sektor perlu diselamatkan.”