Berita  

Kata Pendeta Hendrik dan Pendeta Gilbert soal Ferdinand Hutahaean

Pendeta Hendrik Gilbert Ferdinand

Ngelmu.co – Bukan cuma umat muslim yang menyesalkan cuitan ‘Allahmu lemah’ dari Ferdinand Hutahaean.

Pendeta Hendrik Lokra dan Pendeta Gilbert Lumoindong pun demikian.

Tak Merepresentasikan Kristen

Pendeta Hendrik yang juga Direktur Eksekutif Komisi Keadilan dan Perdamaian PGI [Persatuan Gereja-gereja Indonesia], menegaskan, “[Ferdinand] Sama sekali tidak merepresentasikan Kristen.”

“[Ferdinand] Berbicara mewakili dirinya sendiri,” sambungnya yang kemudian menyampaikan, pihaknya mempersilakan kepolisian untuk memproses kasus Ferdinand.

“Kalau memang itu terkait prosedur hukum, silakan saja [diproses], ‘kan harusnya bikin konten-konten positif saja, yang menyejukkan,” tutur Pendeta Hendrik.

Lebih lanjut, ia juga menekankan, bahwa pihaknya sama sekali tidak mendukung pernyataan Ferdinand.

“Kami sesama anak bangsa, dalam kehidupan umat beragama, harus saling menghormati,” jelasnya, mengutip Fajar.

“Merayakan perbedaan sebagai anugerah dari Tuhan yang Mahakuasa di bumi Indonesia,” imbuhnya.

Keberagaman ini, lanjutnya, merupakan kekayaan bangsa Indonesia. “Tidak perlu menyudutkan, mempermasalahkan perbedaan dan keragaman itu,” tutupnya.

Minta Maaf

Pendeta Gilbert yang menjelaskan bahwa cuitan Ferdinand, tidak mewakili umat Kristiani, meminta maaf kepada semua pihak yang tersinggung.

“Sebagai umat Kristiani, saya juga meminta maaf, supaya jangan ada kegaduhan-kegaduhan, karena lepas dari apa pun, kita ‘kan satu umat,” ujarnya, Rabu (5/1/2022).

“Mudah-mudahan yang merasa tersakiti dengan cuitan rekan saya, Abang Ferdinand, kiranya saya meminta maaf,” sambungnya.

“Tidak perlu diperpanjang lagi, karena itu yang pasti bukan suara dari umat Kristiani,” jelasnya, mengutip Sindo News.

Lalu, Pendeta Gilbert menyampaikan bahwa sebenarnya menyebut, “Allahku luar biasa, Allah Mahakuasa, maupun Allah Mahasegalanya”, adalah kalimat yang wajar dan normal.

Namun, menjadi masalah ketika ada perbandingan di sana. Apalagi penyampaiannya melalui media sosial atau ruang publik.

“Karena bahasa ini sering kali kita nyatakan di gereja, bahwa ‘Allahku luar biasa’, dan saya percaya, setiap agama meyakini itu,” kata Pendeta Gilbert.

“Karena di Al-Kitab kami, ada tulisan, orang benar akan hidup oleh iman. Itulah iman kami,” sambungnya.

“Saya pikir iman dari setiap agama juga percaya, bahwa Allah luar biasa, Allah Mahakuasa, Allah Mahasegalanya,” imbuhnya lagi.

Menurutnya, pernyataan ‘Allahmu’ dan ‘Allahku’ seperti pada cuitan Ferdinand, malah menimbulkan pertanyaan, “Tuhan ada berapa?”

“Kenapa perlu ada Allahmu dan Allahku?” kata Pendeta Gilbert. “Ini menjadi rancu, menciptakan sebuah pertanyaan, ‘Allah tuh ada berapa sebetulnya?’, bukan soal Allahmu dan Allahku.”

Sebab, jika bicara Allah, sambung Pendeta Gilbert, Allah itu ‘kan esa.

“Surga itu ‘kan satu. Inilah yang ketika disampaikan di ruang publik, dan memakai kata ganti ‘mu’ dan ‘ku’, saya pikir, ini mungkin yang menjadi awal konflik,” ucapnya.

Maka itu Pendeta Gilbert, mengerti, jika ada pihak yang tersakiti atau tersinggung dengan cuitan Ferdinand.

“Orang yang merasa terzalimi, orang yang merasa tersakiti, terlukai, itu ada salurannya,” tuturnya.

“Nanti tinggal polisi mengarahkan. Apakah baiknya diselesaikan damai, atau ini ada unsur-unsur untuk diperpanjang [proses hukum]. Saya pikir Polri harus profesional,” tutup Pendeta Gilbert.

Baca Juga:

Pada Selasa (4/1/2022) lalu, melalui akun Twitter @FerdinandHaean3, Ferdinand Hutahaean menulis:

“Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah, harus dibela. Kalau aku sih, Allahku luar biasa, maha segalanya, Dia-lah pembelaku selalu, dan Allahku tak perlu dibela.”

Tidak butuh waktu lama, cuitan kontroversial itu pun mengundang amarah dari sesama pengguna Twitter lainnya.

Hari berganti, Ferdinand bukan hanya menghapus cuitan ‘Allahmu lemah’ dari akun Twitter-nya.

Ia juga mengunggah video berdurasi 2 menit 17 detik untuk mengklarifikasi twit-nya.

Ferdinand menekankan, cuitannya tidak menyasar kelompok tertentu.

“Yang saya lakukan itu adalah dialog imajiner antara pikiran dan hati saya.”

Selengkapnya, simak di:

Baca Juga: