Kaum Muda Harus Kembalikan Harkat Politik Indonesia

Ngelmu.co, PEKALONGAN – Ketua Institut Harkat Negeri (IHN) Sudirman Said mengajak generasi muda Indonesia untuk mengembalikan harkat politik Indonesia. Hal tersebut disampaikan Sudirman Said saat menjadi pembicara dalam National Leadership Training (LK II) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pekalongan pada Selasa (28/8/2018) di Kota Pekalongan, Jawa Tengah.

Menurut Sudirman, sejarah politik Indonesia adalah sejarah pengabdian dan perjuangan. Di masa perjuangan, kata dia, politik adalah jalan untuk melayani, melawan ketidakadilan, menghapuskan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial.

“Para politisi di masa perjuangan pergerakan kemerdekaan adalah putra-putri terbaik bangsa yang merupakan orang-orang terdidik tercerahkan penuh idealisme,”katanya.

Menteri ESDM RI periode 2014-2016 ini kemudian memberikan contoh politisi zaman kemerdekaan Indonesia, diantaranya

HOS Tjokroaminoto, Bung Karno, Bung Hatta, Dr. Tjiptomangunkusumo, Dr. Radjiman Widyodiningrat, Sjahrir, Mr. Kasman Singadimeja.

“Mereka orang-orang yang dihormati, bahkan oleh para pemimpin pemerintah kolonial Belanda,”tandasnya.

Dibandingkan kondisi perpolitikan saat era kemerdekaan, Sudirman menilai saat ini politik kehilangan keadaban, kehilangan ruh perjuangan. 

“Politik telah berubah menjadi sekedar ajang berebut kekuasaan dan dengan kekuasaan itu para politisi terbukti banyak yang berkhianat pada rakyat,”kata dia.

Sebagai contoh, imbuhnya, sejak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berdiri, hampir 700 pemimpin politik dan politisi telah tertangkap KPK dan masuk penjara.

“Suatu hal yang amat memprihatinkan,”katanya.

Menurut Sudirman, Indonesia menghadapi tantangan besar, menjaga agar bonus demografi menjadi kenyataan.

Sudirman menilai, jika rakyat Indonesia sebagian besar miskin, tak berdaya, tidak sehat, dan pendidikannya rendah; maka besarnya jumlah penduduk bukan menjadi bonus melainkan bencana demografi.

“Tidak ada cara lain untuk menjaga peluang bonus demografi, kecuali memilih para pemimpin politik yang bersih, berintegritas, dan memiliki kompetensi,”ungkapnya.

Dia menilai, politik nasional harus dikembalikan harkatnya, dibangkitkan fungsi luhurnya. Yakni dengan cara memilih politisi dan pemimpin politik yang memiliki jiwa dan semangat mengabdi. 

Lebih lanjut, Sudirman menilai mahasiswa dan aktivis pergerakan seperti HMI dapat menjadi penggerak pendidikan kewarganegaraan (civic education), serta mengajak masyarakat banyak memilih politisi bersih.

“Juga kita harus mendorong sebanyak mungkin orang baik, orang jujur, orang-orang yang sudah selesai dengan diri sendiri masuk dalam proses politik,”jelasnya.

Ibarat sungai, kata Sudirman lagi, politik adalah hulu dari seluruh aliran proses bernegara.

“Jika hulunya keruh, hilirnya makin keruh. Memasukkan dan mendorong masuknya orang-orang bersih dalam politik adalah upaya menjernihkan hulu kehidupan bernegara,”pungkasnya.