Kesaksian Ustadz Taufiqurrahman Menjelang Wafatnya Ustadz Arifin Ilham

Ngelmu.co – Ustadz Taufiqurrahman sempat mendampingi almarhum Ustadz Arifin Ilham, selama ia masih menjalani perawatan di Penang, Malaysia. Dan berikut kesaksian yang dibagikan oleh Ustadz Taufiq, tentang bagaimana damainya kepulangan almarhum ke pangkuan Ilahi:

“K.H. Muhammad Arifin Ilham adalah ulama yang ikhlas, Istiqomah dalam ibadah dan dakwah, murah senyum, suka berbagi.

Itulah yang menjadi wasilah beliau wafat dalam keadaan tersenyum, husnul khatimah.

Selama sakit, beliau tidak pernah mengeluh. Selalu menunjukkan senyum kepada siapapun yang ditemuinya. Padahal, rasa sakit bagi penderita kanker tersebut, sangatlah dahsyat. Tapi beliau tidak ingin menunjukkan rasa sakit itu.

Selama di rumah sakit, beliau selalu menyempatkan untuk berdakwah. Tidak hanya dalam tulisan untuk dikirim ke media sosial, tapi juga kepada orang yang mendampingi beliau.

Beliau ingatkan indahnya istiqomah dalam ibadah, dan taat kepada Allah. Beliau berdakwah kepada istri beliau, dan siapapun yang mendampingi beliau.

Beliau seakan mendapat Bashirah. Saat keberangkatannya ke Penang, sebelum beliau wafat, beliau sudah mengatakan ke istri dan orang yang mendampinginya, bahwa beliau akan kembali ke Indonesia dalam keadaan almarhum.

Selama di rumah sakit, beliau senantiasa menebar senyum kepada siapapun, dan terus Istiqomah berbagi sedekah kepada siapapun di sekitar beliau.

Entah perawat, orang sekitar rumah sakit, hingga habis untuk sedekah sekitar 20 juta rupiah, dari kantong beliau sendiri.

Beliau berpesan untuk membacakan ayat pilihan tentang kemuliaan yang Allah berikan untuk hamba yang istiqomah, sebagai iringan saat beliau dalam kondisi kritis.

Setiap ayat-ayat tersebut dibaca, ia merespon melalui persendian, mulai dari kaki hingga tangan.

Setiap malam, lebih kurang sebulan dari sebelum beliau wafat, selalu beliau menulis “liqaa’ Allah” yang artinya perjumpaan dengan Allah, menunjukkan keikhlasan dan kerinduan beliau, untuk jumpa dengan Allah.

Bahkan saat di Penang, beliau menyampaikan, “Tanggal 17 Ramadhan nanti, kita akan pulang,” yang ternyata itu menjadi kepulangan beliau keharibaan Allah Ta’ala.

Saat sakit, beliau selalu menjaga shalat lima waktu berjamaah, qiyamullail pukul dua malam, qobliah Subuh. Tarawih pun tidak tertinggal, meski dalam keadaan sakit yang sangat, ia lakukan sebaik yang beliau bisa.

Beliau pernah cerita kepada istrinya, Mama Yuni, bahwa ternyata guru sekumpul sudah menyiapkan makam untuk beliau, yakni di samping guru sekumpul.

Tapi beliau mohon maaf, dan memilih dimakamkan di Gunung Sindur, dengan penuh harap agar Sindur bisa menjadi tempat yang ramai dengan Alquran, zikir, dan segala kebaikan.

Pesan beliau, agar Zikir Akbar yang dilakukan pada Ahad pertama di setiap bulannya, untuk terus dilanjutkan, oleh Ustadz Syukur atau Ustadz lainnya.

Sementara jasad beliau setelah wafat, tidak kaku seperti jenazah pada umumnya. Tetap lentur, bersih, bahkan bekas infus atau bius sudah tidak ada, kecuali di bagian dada.

Beliau wafat dengan tersenyum, dan sangat mudah mengucapkan Laa ilaaha illallah.

Bahkan dari kesaksian perawat, selama kerja, baru kali itu mereka melihat orang menghadapi sakaratul maut dan akhirnya wafat, dalam keadaan senyum.

Semua yang mendampingi beliau menangis, tidak terkecuali non-Muslim yang bertugas sebagai perawat. Karena semua merasakan kebaikan, keramahan, keikhlasan beliau dalam proses selama ini.

Istiqomah dalam Ibadah, taat, berbagi kebaikan, murah senyum, tidak menyimpan kebencian, dan husnudzan dengan semua keputusan Allah.

Persiapan menghadapi kematian telah membuat beliau mendapatkan kemuliaan istiqomah dalam kebaikan, hingga wafat dalam keadaan insya Allah, husnul khatimah.

Maka, mari kita teladani beliau, Istiqomah-kan semua sunnah Nabi, baik yang beliau tekankan dari 7 sunnah Nabi, maupun sunnah-sunnah lainnya.

Serta tebar senyum, selalu berbagi, dan tunjukkan kesempurnaan akhlaq kita kepada Allah dan makhluk-Nya, dalam pelaksanaan Hablumminallah Hablumminannas.

Insya Allah dengan itu semua, Allah wafatkan kita husnul khatimah, dan semoga bisa dikumpulkan dengan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, dan Murabbi K.H. Muhammad Arifin Ilham di Surga Firdaus Al A’la, bersama beliau. Aamiin

Selamat kembali ke kampung halaman Murabbi, Allah sayang dengan Murabbi, semoga kerinduan kami kepada Murabbi dan ‘azam kami untuk mengamalkan semua nasihat Murabbi, menjadi wasilah untuk kami bisa kembali bersama dalam Majlis Dzikir di Surga Firdaus nanti.

Bertasbih, Bertahmid, Bertahlil, Bertakbir, dengan melihat langsung senyuman terindah Allah Ta’ala.

Dari kami yang sangat berharap rahmat Allah dan kami yang merindukan zikir bersama Murabbi.”