Berita  

Ketua PP GP Ansor Sebut Jokowi Perlu Bersikap atas Macron

GP Ansor Jokowi Emmanuel Macron

Ngelmu.co – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Luqman Hakim, menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi), perlu menyatakan sikap atas pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang telah menghina Islam.

“Sudah hampir sebulan, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menghina Islam, dengan menyebut Islam, sebagai agama krisis. Sudah banyak negara yang menuntut Macron, minta maaf pada umat Islam.”

“Sampai saat ini, saya belum dengar atau baca pernyataan Pak @jokowi, sebagai presiden negeri Muslim terbesar, soal ini.”

Demikian cuitan yang Ngelmu kutip dari akun Twitter pribadinya, @LuqmanBeeNKRI, Selasa (27/10).

“Sebagai presiden negara Muslim terbesar, Pak @jokowi, perlu menyatakan sikap terhadap Macron, mewakili umat Islam Indonesia, yang tidak terima agamanya dihina.”

“Jika Pak @jokowi, diam terhadap masalah ini, saya khawatir makin kuat persepsi bahwa Pak Jokowi, hanya butuh umat Islam, saat kampanye capres saja,” sambung Luqman.

Baca Juga: Ketegasan Erdogan atas Macron, Turki Benar-Benar Boikot Produk Prancis

Sejauh ini, juru bicara presiden, Fadjroel Rachman, belum merespons permintaan Ketua PP GP Ansor ini.

Sebagai informasi, protes terhadap pernyataan Macron, sudah bergema, terutama berasal dari kawasan Arab dan Timur Tengah.

Bahkan, negara-negara seperti Kuwait, Yordania, Qatar, dan Turki, memilih untuk memboikot produk-produk yang berasal dari Prancis.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, juga mengkritik Macron, dengan keras, atas kebijakannya itu.

Ia, mengatakan bahwa Macron, perlu memeriksakan kesehatan mentalnya.

Kontroversi pernyataan Macron, muncul sejak awal Oktober lalu.

Saat itu, ia, menyatakan tentang ancaman kelompok radikal Muslim, yang ingin mengubah nilai-nilai liberalisme dan sekulerisme, Prancis.

Setelah pernyataan itulah, Macron, kembali menyuarakan hal yang kontroversial.

Ia, menyebut pelaku dari kasus guru bernama Paty, merupakan seorang radikal Muslim.

Macron, juga menyebut Paty, sebagai martir, karena mengajarkan kebebasan berpendapat.