Berita  

Ketum PP Muhammadiyah: Kiai Hilmi Sosok Tawadhu yang Gigih Berjuang untuk Politik Islam

Kiai Hilmi Sosok Tawadhu

Ngelmu.co – Bangsa Indonesia—terutama umat Islam—berduka atas berpulangnya KH Hilmi Aminuddin. Tak terkecuali Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir. Ia menyampaikan, kehilangannya atas kepergian tokoh pendiri Partai Keadilan Sejahatera (PKS) itu.

“Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan dukacita atas meninggalnya KH Hilmi Aminuddin, inna lillahi wa inna ilaihi raji’un,” tuturnya.

“Kiai Hilmi, tokoh dan pendiri PKS yang gigih berjuang untuk politik Islam Indonesia, pasca reformasi,” sambung Haedar, seperti dikutip Ngelmu, dari suaramuhammadiyah.id, Selasa (30/6).

Ia pun mengenang Ketua Majelis Syura PKS 2005-2015, itu sebagai sosok yang memiliki semangat ukhuwah.

“Beliau sosok yang tawadhu dan terbuka, dengan semangat ukhuwah yang tinggi,” kata Haedar.

“Semoga almarhum husnul khatimah, diterima amal ibadahnya, diampuni kesalahannya, serta berada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, dalam ridha-Nya,” pungkas Haedar.

Baca Juga: Ustaz Salim A Fillah: Selamat Jalan ya Syaikhanaa

Kiai Hilmi, merupakan adalah putra Danu Muhammad Hasan, satu dari tiga tokoh penting Darul Islam (Tentara Islam Indonesia) pimpinan Kartosoewirjo.

Di usia enam tahun, Kiai Hilmi, memulai pendidikannya di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.

Selulusnya dari sana, ia berkelana ke sejumlah pesantren di Jawa.

Pada tahun 1973, Kiai Hilmi, memutuskan untuk berangkat ke Arab Saudi, mengenyam ilmu di Fakultas Syariah Universitas Islam, di Madinah.

Enam tahun menuntut ilmu di universitas tersebut, Kiai Hilmi, hingga lulus sekitar tahun 1978, dan pulang ke Indonesia.

Sepulangnya dari Arab Saudi, Kiai Hilmi, memulai kariernya dengan berdakwah.

Namun, saat itu ia belum memiliki Pondok Pesantren seperti kebanyakan ulama di Indonesia.

Maka Kiai Hilmi, berdakwah dari masjid ke masjid, atau dari satu kelompok pengajian ke kelompok pengajian lainnya.

Hingga di tahun 1998, Kiai Hilmi, bersama beberapa rekannya mendirikan Partai Keadilan (PK).

Pada tahun 2002, partai itu berganti nama menjadi PKS, agar dapat mengikuti pemilihan umum, dua tahun berikutnya.

Selamat jalan guru, semoga husnul khotimah. Terima kasih untuk segala teladan yang kau-taujihkan.