Keutamaan Bulan Dzulhijjah

Ngelmu.co – Muslim mana yang tak ingin menyambut kedatangan bulan Dzulhijjah? Terlebih, di sepuluh hari pertama. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan hari-hari pertama di bulan Dzulhijjah, sebagai “musim kebaikan”, untuk para jamaah haji, pun seluruh umat Islam yang tidak atau belum melaksanakan rukun Islam kelima tersebut.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersaksi, bahwa sepuluh hari tersebut adalah hari-hari yang paling utama di dunia, dan beliau pun menganjurkan untuk memperbanyak amalan-amalan shalih di hari-hari tersebut.

Para jamaah haji bisa memanfaatkan sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah, untuk meningkatkan kualitas serta konsentrasi ibadah haji serta syi’ar Islam, secara keseluruhan. Namun, untuk yang tidak melaksanakan haji, tetap dapat bersungguh-sungguh menjalankan ibadah di hari-hari tersebut.

Ibnu Hajar Al-Asqalani menyebut, keistimewaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, disebabkan oleh berkumpulnya ibadah-ibadah utama yang terdiri dari shalat, sedekah, puasa, dan haji.

Sedangkan Ibnu Katsir mengutip riwayat dari Ibnu Abbas RA, menyatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mewahyukan Taurat kepada Musa AS, yang didahului dengan berpuasa selama 40 hari.

Di mana 30 hari disinyalir berada pada bulan Dzulqa’dah, sementara 10 hari lainnya pada awal Dzulhijjah. Puasa itu menjadi penyempurna turunnya Taurat kepada Musa, dan pada bulan yang sama, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan wahyu terakhir, yakni Alquran kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menggabungkan keharaman waktu (Dzulhijjah sebagai salah satu bulan haram), keharaman tempat (Makkah dan Madinah sebagai tanah Haram), dan keharaman kondisi pun momentum (berhaji di Baitul Haram yang menjadi profil paripurna seorang Muslim), di bulan Dzulhijjah.

Berbagai keistimewaan itu pun menjadikan bulan Dzulhijjah sebagai bulan yang istimewa. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, “Tidak ada suatu hari yang perbuatan baik di dalamnya lebih dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, daripada amalan sepuluh hari,”.

Para sahabat kemudian bertanya, “Tidak pula jihad fi sabilillah (lebih baik darinya)?”

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjawab, “Tidak pula Jihad di jalan Allah (lebih baik darinya), kecuali seorang laki-laki yang keluar rumah dengan mambawa jiwa dan hartanya, serta pada saat pulang tidak membawa apa-apa,” (HR. Bukhari).

Karena keistimewaan itu, beberapa perbuatan baik yang istimewa perlu dilakukan, di antaranya:

1. Menjalankan ibadah haji bagi mereka yang mampu melaksanakannya.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “Barangsiapa melakukan ibadah haji di rumah ini, dan tidak berkata kotor maupun tidak berguna, maka dosanya akan dihapuskan sebagaimana bayi yang baru keluar dari rahim ibunya,” (HR. Bukhari-Muslim).

2. Puasa sunah tarwiyah dan arafah.

“Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yang berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah, Hari Asyura, dan tiga hari dalam setiap bulan,” (HR. Abu Daud).

3. Memperbanyak takbir, tahmid, dan tahlil.

Dari Ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “Tidak ada hari yang perbuatan baik di dalamnya lebih agung di sisi Allah, dan dicintai-Nya, dibanding sepuluh hari. Maka perbanyaklah tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir di dalamnya,” (HR. Tabrani).

4. Melaksanakan penyembelihan kurban (jika mampu).

Dari Ummu Salmah RA, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “Apabila kalian menyaksikan bulan Dzulhijjah, dan berkeinginan untuk berkurban, maka janganlah mengambil sekecil apa pun bagian dari rambut maupun kukunya, sampai ia disembelih,” (HR. Muslim).

5. Memperbanyak amal shalih dan ibadah sunah, seperti berpuasa, shalat, sedekah, membaca Alquran, berbakti kepada kedua orangtua, menyambung tali kekerabatan, bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya, memperbanyak dzikir kepada Allah, bertakbir, dan amalan-amalan shalih lainnya.

Demikianlah keistimewaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, dengan harapan, seluruh umat Islam dapat memanfaatkan momentum istimewa ini dengan amal ibadah yang juga bernilai istimewa.

Wallahu a’lam.

Semoga Allah beri kekuatan dan taufiq-Nya, agar kita bisa mengisi sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah, dengan amal-amal shalih, dan diterima oleh-Nya, sebagai pemberat timbangan kebaikan kita di yaumul hisab kelak. Aamiin allahumma aamiin.

Oleh: Dr. Muhammad Hariyadi, MA