KH Muhammad Isa Anshary: Antara Islam, Indonesia, dan Politik

KH Muhammad Isa Anshary

Ngelmu.co – KH Muhammad Isa Anshary: Zaman kolonial dahulu, banyak Mubaligh yang takut politik. Politik, baginya tabu. Kaum penjajah berusaha sekeras-kerasnya, agar umat Islam Indonesia, bukan saja tidak tahu politik, tapi harus takut pada politik.

Pesan KH Muhammad Isa Anshary: Melek Politik

Guru-guru kolonial—melalui sekolah-sekolah kolonial—mendidik bangsa kita, bahwa agama dan politik harus terpisah.

Tak ada hubungan antara masjid dan negara. Pendidikan yang begitu dimaksudkan, untuk mengabadikan kolonialisme Belanda, di Indonesia.

Sekarang, setelah Indonesia merdeka, persoalan dan pengajian kolonial itu harusnya sudah tidak ada.

Setiap warga negara Republik Indonesia, kini harus berpolitik, harus mengerti politik. Tidak sah menjadi warga negara, kalau kita menjauhkan diri dari politik.

Kalau ada yang menyangsikan, bahkan menyangkal adanya hubungan politik dengan Islam, eratnya ikatan antara masjid dan negara, terang, orang itu masih berjiwa kolonial.

Para mubaligh Islam harus mengerti politik. Saya tidak menganjurkan agar mereka ikut secara aktif dalam permainan akrobat politik.

Saya hanya menganjurkan, agar para mubaligh Islam mengerti politik.

Jika saudara memasuki suatu partai politik—tentunya partai Islam—karena kegiatan dan perjuangan saudara selama ini, pasti saudara akan mendapatkan kedudukan yang baik dalam partai yang saudara masuki.

Memasuki partai, artinya menerjunkan diri ke dalam lapangan perjuangan politik Islam, memperjuangkan ideologi Islam dalam lapangan kenegaraan atau kemasyarakatan.

Salah satu ciri Nubuwwah (ke Nabian) Muhammad adalah membawa konsepsi politik kenegaraan Islam, dan melaksanakan konsepsi itu.

Tidak sempurna Nubuwwah Muhammad, jikalau tidak bicara dan berbuat bagaimana mengatur dan menyusun masyarakat, bagaimana hubungan antara pemimpin dengan rakyat, dan bagaimana mengendalikan negara.

Sebagai seorang mubaligh, Anda harus punya catatan dan dokumentasi yang baik tentang dinamika revolusi, sejak proklamasi sampai sekarang.

Dari sana, Anda akan tahu, letak kedudukan umat Islam dan perimbangan kekuatan politik, serta ideologi yang bergerak di Indonesia sekarang.

Untuk menjalankan tugas sebagai juru dakwah, Anda tidak boleh buta tentang pengertian-pengertian pokok yang menyangkut:

  • Ideologi negara,
  • HHaluan Negara dalam Garis Besar (manifesto),
  • Filsafat Pancasila, dan
  • Segala peraturan perundangan, serta
  • Kebijakan politik yang dijalankan.

Harus Anda ketahui dengan cara yang mendalam.

Literatur Politik Islam

Literatur politik Islam dalam segala bahasa, harus dibaca dan dipelajari oleh para mubaligh.

Dengan jalan itu, mereka akan dapat mempertajam pengertian, dan memperdalam paham dalam masalah perjuangan.

Tanamkan keyakinan dalam jiwa umat yang Anda hadapi, bahwa ideologi kemasyarakatan itu bukanlah utopia, tetapi merupakan ideologi yang dapat diperjuangkan dalam dunia nyata.

Tanamkanlah pada umat, bahwa ideologi Islam bukanlah fantasi atau mimpi yang indah, tetapi merupakan suatu cita yang dapat di-realisir oleh manusia di dunia.

Susun dan binalah tenaga umat untuk memperjuangkan cita kemasyarakatan itu.

Tanamkan ke dalam jiwanya, bahwa setiap ide dan cita menuntut perjuangan yang nyata dari para penganutnya.

Realisasi dari segenap ide dan cita, bukanlah hadiah dari langit yang turun ke bumi, tapi merupakan perjuangan manusia di bumi.

Memperjuangkan cita Nubuwwah Muhammad adalah perjuangan jangka panjang, meminta napas yang panjang pula.

Menuntut kesabaran dan ketahanan. Menempuh jalan pintas, maka akan meremukkan potensi umat ini.

Jika Anda dapat meyakinkan umat kepada cita ini, baru kegiatan dan perjuangan Anda akan mendapat lebensraum (habitat) dalam masyrakat.

Baca Juga: Mengulik Lebih dalam soal Pelabelan Politik ‘Radikal’

Perjuangan politik mempunyai undang perhitungan dan undang perjuangan.

Tidak menghiraukan undang perhitungan dan undang perjuangan, akan menimbulkan pemborosan, baik dana maupun tenaga.

Politiek is Berekening

Seperti dr. Tjipto Mangunkusumo pernah mengatakan, politiek is berekening, politik adalah perhitungan.

Politik bukanlah keinginan, tetapi berbuat yang bisa dan apa yang mungkin.

Dokter Setyabudi pernah memberi nasihat pada saya “Engkau boleh maju ke muka laksana kilat, akan tetapi jangan lupa melihat ke belakang, apakah umat yang engkau pimpin masih mengikuti engkau dari belakang atau tidak”.

Saya hendak mengatakan terus terang kepada Anda, bahwa umat Islam Indonesia, belum mempunyai tradisi yang panjang dalam perjuangan politik, jika dibandingkan dengan golongan luar Islam.

Saya perlu mengatakan ini, agar umat sudi meninjau kembali dirinya, sudi meninjau kembali sistem perjuangannya (progresifitas: pen).

Kesadaran politik umat Islam Indonesia, umumnya baru-lah setelah proklamasi, tetapi pengertian politik dan perjuangan politik, masih jauh.

Zaman kolonial dahulu, kita mengenal tiga partai politik Islam, yaitu PSII, PERMI, dan PII.

Tema sentral dari kegiatan politik zaman itu adalah menentang imperialisme dan melawan kolonialisme.

Orang telah menjadi politikus, jikalau ia memahami anttesa pertentangan antara kaum penjajah dengan bangsa terjajah.

Teori ideologi dan perjuangan, kurang mendapat hirauan dan perhatian.

Kader-kader muda yang militan, terlatih, dan berwatak, kurang mendapat perhatian secara sungguh.

Yang dimaksud kader dalam istilah politik bukannya barisan pemuda tukang pawai yang memenuhi lapangan dengan slogan spanduk.

Tetapi yang memiliki teori, pengertian, politik inzicht, dan doorzicht yang tajam dan jauh.

Saya anjurkan sekali lagi, agar rajin membaca lektuur dan literatur politik, serta perjuangan politik.

Jika Anda memperdalam pokok-pokok yang saya kemukakan di atas, Anda telah mempunyai basis pengertian untuk menaiki mimbar politik, ikut bersuara mengenai persoalan dan perjuangan politik.

Itu pun kalau saudara mempunyai bakat dalam soal politik. Kalau saudara tak ada BAKAT, lebih baik saudara jangan memaksakan diri.

Sumber gambar: tirto.id

Oleh: Politisi dan Tokoh Islam, KH Muhammad Isa Anshary