Kisah Bapak Hoaks (1)

 

Bapaknya hoaks menurut sejarah Islam adalah Abu Lahab. Perbuatannya adalah selalu “ngintilin” Rasulullah saat menyampaikan pesan dari Allah SWT.

Saat Rasulullah berdakwah menyampaikan pesan dari langit, dia berkeliling di antara kerumunan untuk “ngerecokin” sambil nyiyir dan melontarkan bully-an. Bahkan setelah Rasulullah beranjak pergi, dia mengumpulkan lagi orang-orang lalu memutarbalikkan yang disampaikan Rasulullah.

Orang-orang saja sampai bertanya, siapa sih orang itu yang selalu ikut lalu merecoki, mencaci, merendahkan bahkan menyakiti Muhammad?

Dia lah Abdul Uzza, pamannya Nabi Muhammad sendiri. Adik dari ayahnya Abdullah, putra dari kakeknya Abdul Muthalib. Sejak kecil dia dipanggil Abu Lahab karena wajahnya yang menyala kemerahan laksana api yang menyala terang. Nama kunniyahnya adalah Abu ‘Utaibah.

Dalam melontarkan hoaks tentang yang disampaikan Nabi Muhammad, Abu Lahab tidak sendirian. Dia dibantu istrinya yang bernama Ummu Jamil. Nama aslinya adalah Arwa binti Harb bin Umayyah. Kemana-mana dia selalu bikin hoaks makin panas dan gosip jadi makin sip. Ia juga melancarkan isu-isu agar taktik adu dombanya berhasil. Saat diingatkan akibat kejulidannya itu, dia selalu menyombongkan diri sebagai anggota bangsawan terhormat. Dia memang adik dari Abu Sufyan, tokoh terkemuka suku Quraiys.

Keduanya selalu menyampaikan ke publik bahwa Muhammad adalah penganut aliran sesat (shabi’ah) dan seorang pendusta. Akibat perilaku dzhalim mereka ini, Ternyata Allah langsung yang turun tangan menghadapinya.

Binasalah kedua tangan Abu Lahab, Sesungguhnya dia benar-benar akan binasa
Tidak berfaedah segala harta dan apa-apa yang telah diusahakannya
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak
Dan begitu pula istrinya pembawa kayu bakar
yang di lehernya ada tali dari sabut
(Quran Surat Al Masad 111: ayat 1-5)

Tersebarnya ayat Al Quran ini membuat istri Abu Lahab marah. Ia tak terima disebut sebagai pembawa kayu bakar (tukang ngompor-ngomporin, membuat api fitnah makin berkobar dan bikin suasana makin membara) serta berkalung serabut (gatal, kotor dan murahan). Sindiran dari Allah ini laksana belati yang menghujam ke dadanya. Padahal sebelumnya Umu Jamil selalu membangga-banggakan kalung mewahnya dan bersaksi ke siapa saja bahwa dirinya akan melelang kalungnya untuk biaya penghancuran karakter dan dakwah nabi Muhammad SAW.

Dalam kondisi marah yang memuncak, Umu Jamil lalu mengambil batu kerikil dari tanah dan menggegam erat dengan tangannya bergegas menghampiri Abu Bakar AS. Ia berniat melempari muka nabi Muhammad dengan batu kerikil itu.

Dengan suaranya yang melengking, sambil berjalan penuh emosi dia teriakkan syair balasan kepada Rasulullah.

“Dia orang hina yang kami abaikan
agamanya kami remehkan
dan perintahnya pun selalu kami durhakai”

Begitu tiba dekat Abu Bakar, Umu Jamil bin Harb bertanya,
“Mana temanmu yang telah menghinaku, mencaciku dengan syairnya?”

Lalu Abu bakar menjawab. “Tidak! demi Rabb yang memelihara masjid ini, dia tidak mencacimu!”

Ummu Jamil lalu meninggalkan Abu Bakar dengan amarah memuncak yang tak tuntas terlampiaskan. Ia pergi dengan berteriak-teriak sambil membangga-banggakan status mulia nasabnya.

Padahal saat itu Rasulullah ada dan duduk di samping sahabatnya Abu Bakar Ash Shidiq. Ini adalah salah satu mukjizat Nabi Muhammad yang dilihat dan dirasakan langsung oleh Abu Bakar.

Rasulullah berkata bahwa tubuhnya dihalangi malaikat sehingga Umu Jamil tak dapat melihat dirinya. Saat itu Rasulullah membaca ayat 45 dari surah AL Isra. “Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup”.

Akhir Hidup Abu Lahab

Surat AL Masad ini adalah salah satu mukjizat Kenabian. Surat ini turun 10 tahun sebelum kematian Abu Lahab terjadi. Selama 10 tahun ancaman ALlah itu berlaku, Abu Lahab dan istrinya tidak makin kendor kebencian dan upayanya untuk menghancurkan dakwah.

Akhirnya Abu Lahab sakit terkena penyakit tha’un atau al adasah. Badannya membengkak di beberapa tempat hingga berwarna kehijauan dan kebiruan. Di dalam tubuhnya yang bengkak itu bermunculan nanah yang mengeluarkan aroma busuk.

Tapi meski sakit, kebenciannya terhadap dakwah tidak surut. Ia minta diwakilkan oleh al-Ashi bin Hisyam bin Mughirah dalam perang Badar dan menyumbang 4.000 dirham untuk logistik pasukan Quraisy.

Abu Lahab meninggal tujuh hari pasca-perang Badar karena sakitnya makin parah. Setelah mati, jasadnya tidak ada yang berani mengurusi hingga terlantar selama 3 hari. Karena baunya makin menyengat, penduduk sekitar merasa khawatir jenazahnya bisa membahayakan dan menjadi sumber penyakit.

Warga Mekkah lalu menggali tanah, kemudian mayat Abu Lahab dimasukkan lubang dengan disodok pakai kayu, semua jijik dan takut menyentuh jasadnya yang makin membusuk.

Setelah mayatnya masuk ke lubang, mereka menguburnya dengan cara melempari kerikil dan tanah dari kejauhan hingga lubangnya penuh dan mayatnya tertimbun seluruhnya.

Begitulah akhir kehidupan dari Bapak Hoaks menurut sejarah Islam. Cuplikan sejarah ini adalah sebuah peringatan bagi siapa saja yang menjadi produsen dan distributor hoaks yang digunakan sebagai bahan untuk menentang dakwah ilaLlah dan mencaci maki para penerus Nabi.

Firtra Ratory