Kisah Pilot Yang Lepas Landas di Tengah Gempa Donggala-Palu

Ngelmu.co – Gempa dengan kekuatan 7,4 magnitudo mengguncang Kabupaten Donggala dan Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat sore (28/9). Akibat hantaman gempa besar tersebut, Bandara Sis Al Jufri Kota Palu ditutup sementara hingga, Sabtu (29/9) pukul 19.20 WITA.

Adapun alasan dari penutupan bandara adalah dikarenakan landasan pacu (runway) bandara tersebut retak sepanjang 500 meter. Selain landasan pacu yang mengalami keretakan, sejumlah air navigasi juga mengalami kerusakan. Kondisi bandara tersebut diungkapkan oleh Menkopolhukam Wiranto saat konferensi pers di kantornya, Sabtu (29/9) dini hari.

Namun, ternyata ada seorang Pilot pesawat Batik Air ID 6231 dengan rute penerbangan dari Palu ke Makassar yang berhasil lolos dari kondisi mencekam di bandara Palu. Pilot tersebut kemudian menceritakan detik-detik gempa yang terjadi di bandara dan melihat tsunami di balik cockpit pesawat.

Baca juga: Foto-foto Mencekam Pasca Tsunami Sulteng

Kisah pilot Batik Air tersebut diungkapkan di Instagram pribadinya. Pada akun Instagram pribadinya, Captain Mafella mengucapkan syukur karena telah selamat dari musibah yang terjadi.

Captain Mafella, entah mendapatkan firasat atau apa, menceritakan bahwa ia mempercepat tiga menit penerbangannya dari jadwal yang sudah ditentukan. Jadwal seharusnya ia terbang adalah pada pukul 17.55 WITA. Akan tetapi, ketika ground time pada pukul 17.52, Captain Mafella meminta izin kepada menara pengawas untuk mempercepat penerbangannya.

Syukurnya, permintaan Captain Mafella saat itu diamini oleh menara pengawas. Lantas, ia mendapatkan izin take off 3 menit lebih cepat. Rupanya saat proses ingin take off, gempa besar itu sudah terjadi. Akibat gempa tersebut dirasakan juga guncangannya di dalam kabin pesawat.

Meski pada mulanya saat merasakan guncangan, Mafella tidak merasa terganggu dan yang ia pikirkan hanya fokus di cockpit pesawat untuk airborne phase (tinggal landas). Captain Mafella  saat itu tidak menyadari bahwa guncangan tersebut adalah dikarenakan gempa. Ia berpikir guncangan terjadi karena landasan pacu yang bermasalah.

Selanjutnya, sesaat setelah take off, Captain Mafella menceritakan bahwa pesawatnya terputus komunikasi dengan tower bandara Palu. Ternyata hal itu dikarenakan tower tersebut sudah hancur dan tidak bisa difungsikan lagi.

Kemudian, Captain Mafella baru sadar ada yang tidak beres setelah berada di ketinggian 2.000-3.000 kaki. Dari dalam cockpit ia melihat gerakan gelombang air yang masuk ke pesisir pantai Palu.

Lalu, ia pun mengambil ponselnya dan mengabadikannya gelombang air yang dirasakan aneh tersebut dalam sebuah video pendek berdurasi 10 detik. Sampai pada akhirnya lewat pemberitahuan radio yang mengabarkan bahwa pesawatnya merupakan pesawat terakhir yang terbang pada saat kejadian gempa itu berlangsung, ia menyadari bahwa gerakan gelombang air yang aneh itu adalah tsunami yang menghantam Sulawesi Tengah.