Berita  

Lebih dari 13 Ribu Orang Teken Petisi ‘Din Syamsuddin Tidak Radikal’

Petisi Din Syamsuddin Tidak Radikal

Ngelmu.co – Lebih dari 13 ribu orang telah meneken petisi yang dibuat oleh alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, David Krisna Alka, bertajuk ‘Pak Din Syamsuddin Tidak Radikal’.

Sejak dibuat, pada Sabtu (13/2) lalu, hingga berita ini ditulis, sudah 13.676 orang meneken petisi tersebut.

Beberapa penanda tangan juga menyampaikan alasan, mengapa mereka tegas menolak pelabelan radikal terhadap Din.

“Saya yakin bahwa Din Syamsuddin bukan orang radikal,” kata Mohamad Juraedi.

“Beliau ulama dan tokoh Muslim yang cerdas dalam berakidah maupun bermuamalah. Mereka yang menuduh beliau radikal, justru merekalah yang anti Pancasila dan anti Indonesia,” tulis Riasto Riasto.

“Beliau adalah tokoh agama yang humanismenya tinggi, dan memiliki pribadi yang patut diteladani, dan beliau bukanlah orang-orang yang radikal,” ujar Muhammad Arief Nugroho.

“Dan ini merupakan fitnahan yang terbesar bagi kami, keluarga besar Muhammadiyah,” sambungnya.

“Dia orang baik, setiap orasinya selalu mengedepankan toleransi dan kebersamaan, hanya orang yang iri yang menfitnah beliau,” tutur Endang Suhendar.

“In syaa Allah, Pak Din adalah salah satu ulama yang berani menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dan cinta NKRI,” tegas Pragita Dewi Dunggio.

David sendiri menyatakan tudingan radikal terhadap Din sebagai hal tidak masuk akal dan salah alamat.

“Adalah absurd, tidak masuk akal, jika Prof Din Syamsuddin dilaporkan sebagai radikal,” tulisnya pada keterangan petisi.

“Kelompok yang mengatasnamakan GAR [Gerakan Anti Radikalisme] Alumni ITB yang melaporkan Din kepada KASN [Komisi Aparat Sipil Negara] sebagai radikal, anti-Pancasila dan anti-NKRI, jelas mengada-ada.”

Berikut empat poin dalam petisi:

1. Tuduhan itu jelas tidak berdasar dan salah alamat. Saya mengenal dekat Pak Din, sebagai seorang yang sangat aktif mendorong moderasi beragama dan kerukunan intern dan antar umat beragama [baik di dalam maupun luar negeri].

Pak Din adalah tokoh yang menggagas konsep negara Pancasila sebagai Darul Ahdi WA Syahadah di PP Muhammadiyah.

Sampai akhirnya menjadi keputusan resmi Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makasar.

Semasa menjadi utusan khusus Presiden untuk dialog dan kerja sama antar agama dan peradaban, Pak Din, memprakarsai dan menyelenggarakan pertemuan ulama dunia di Bogor.

Pertemuan tersebut melahirkan ‘Bogor Message’ yang berisi tentang Wasatiyah Islam, Islam yang moderat.

Bogor Message adalah salah satu dokumen dunia yang disejajarkan dengan Amman Message dan Common Word.

Pak Din adalah moderator ACRP [Asian Conference of Religion for Peace], dan co-president of WCRP [World Religion for Peace].

Tentu masih banyak lagi peran penting Pak Din, dalam forum dialog antar iman. Jadi, sangatlah keliru menilai Pak Din, sebagai seorang yang radikal.

2. Sebagai akademisi dan ASN, Pak Din adalah seorang guru besar politik Islam yang terkemuka.

Di UIN Jakarta, Pak Din adalah satu-satunya guru besar Hubungan Internasional. Secara akademik, FISIP UIN sangat memerlukan sosok Pak Din.

Saya tahu persis, di tengah kesibukan di luar kampus, Pak Din masih aktif mengajar, membimbing mahasiswa, dan menguji tesis atau disertasi.

3. Kalau Pak Din banyak melontarkan kritik, itu adalah bagian dari panggilan iman, keilmuan, dan tanggung jawab kebangsaan.

Kritik adalah hal yang sangat wajar dalam alam demokrasi, dan diperlukan dalam penyelenggaraan negara. Jadi, semua pihak hendaknya tidak anti kritik yang konstruktif.

4. Dalam situasi negara yang sarat dengan masalah, sebaiknya semua pihak berpikir dan bekerja serius, mengurus dan menyelesaikan berbagai problematika kehidupan.

Semua pihak hendaknya tidak sesak dada terhadap kritik yang dimaksudkan untuk kemaslahatan bersama.

Saatnya semua elemen bangsa bersatu dan saling bekerja sama dengan menyingkirkan semua bentuk kebencian golongan, dan membawa masalah privat ke ranah publik.

Baca Juga: Bela Din Syamsuddin, PP Pemuda Muhammadiyah Siapkan Langkah Hukum

Sebelumnya, GAR ITB melaporkan mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu kepada KASN, dengan tudingan radikalisme, anti-Pancasila, dan anti-NKRI.

Sejumlah unsur masyarakat pun langsung mendukung Din, dengan penolakan tegas terhadap pelabelan radikal.

Pasalnya, Din yang juga pernah menjadi UKP-DKAAP [Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban] itu, kerap berperan dalam promosi Islam moderat di tingkat lokal pun internasional.

MUI [Majelis Ulama Indonesia], NU [Nahdlatul Ulama], dan Muhammadiyah juga telah merepons tegas tudingan radikalisme yang mengarah kepada Din.

Selengkapnya: Respons Tegas MUI, NU, dan Muhammadiyah Atas Tudingan Radikal pada Din Syamsuddin