Berita  

Lepas Lovebird saat Resmikan RS Joglo Dungus, Gubernur Khofifah Panen Kritik

Khofifah Lovebird RS Joglo

Ngelmu.co – Gubernur Khofifah Indar Parawansa, harus memanen kritik karena selain burung Derkuku dan Kutilang, pihaknya juga melepas Lovebird [burung cinta] saat peresmian RS Lapangan Joglo Dungus, di wilayah lereng Gunung Wilis–kawasan RS Paru Dungus, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Pasalnya, Lovebird termasuk burung peliharaan yang [dinilai] akan kesulitan mencari makan di alam bebas. Ada pula yang menyebut tindakan tersebut berpotensi merusak ekosistem.

“Lovebird dilepas liarkan malah blunder. Kalo ndak punya ilmu tentang karakter burung, ya, minimal jangan dijadikan pencitraan,” kata Adhmi El-Rau’uf.

“Seharusnya Kutilang, Cendet dan jenis-jenis yang memakan ulat. Lovebird mau makan apa di alam liar?,” tanya Kunto Wijoyo.

“BKSDA [Balai Konservasi Sumber Daya Alam]-nya Jatim gimana ini? Melepas spesies yang bukan spesies domestik yang ada di sana. Invasif dan bakal merusak ekosistem yang ada. Suatu tindakan yang niatnya baik, jadi buruk,” kritik Ibnu Mas’ud.

“Beginilah kalau pemimpin yang kurang pengetahuan. Itu jenis burung yang tidak boleh dilepas di alam secara bebas,” ujar Andreas Christian.

“Lovebird itu bukan burung lokal, yang ada menganggu keseimbangan alam liar,” imbuhnya.

“Pencitraan, tapi membuat nyawa binatang tak berdosa terbuang sia-sia, karena mereka tidak bisa cari makan di alam liar,” tegasnya lagi.

Baca Juga: Cara Bima Arya Umumkan Aturan Ganjil Genap Pemkot Bogor Jadi Sorotan

Selain warganet, peneliti di Pusat Penelitian Biologi, Bidang Zoologi, LIPI [Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia], Dewi Malia Prawiradilaga, juga memberi penjelasan.

“Tindakan yang kurang tepat. Kasihan burungnya, karena sudah biasa dirawat dan diberi makan. Mungkin kalau tidak tertangkap lagi oleh penduduk, burung bisa mati,” jelasnya, mengutip Kompas, Ahad (7/2) kemarin.

Lebih lanjut, Dewi mengatakan, Lovebird bukan burung asli Indonesia–termasuk burung peliharaan pendatang [impor].

Delapan jenis dari burung ini berasal dari benua Afrika, dan satu jenis lainnya dari Pulau Madagaskar.

Itu mengapa Dewi menilai, tidak sebaiknya melepaskan Lovebird ke alam bebas.

Begitu pun dengan peneliti LIPI, Siti Nuramaliati Prijono. Ia mengatakan, jika pelepasan Lovebird sesuai habitat, maka burung itu dapat hidup, berkembang biak [dan keberadaannya mengancam beberapa spesies burung lokal].

Pasalnya, Lovebird akan menguasai wilayah barunya, merebut sumber pakan utama, bahkan cenderung mengambil alih sarang-sarang burung lokal.

“Jadi, niat baik kita justru mengancam kelestarian plasma nutfah asli Indonesia,” kata Siti.

Sedangkan jika pelepasan Lovebird tidak sesuai habitatnya, maka jelas burung itu akan sulit bertahan hidup.

Akhirnya, mereka akan mati, karena tidak bisa menemukan pakan yang biasa mereka dapat di kandang penangkaran.

“Bahkan Lovebird, bisa dimakan hewan-hewan predator seperti kucing, musang, anjing, burung elang, dan sebagainya,” jelas Siti.

Kekhawatiran lain jika Lovebird di lepas ke alam adalah bila burung tersebut membawa penyakit yang dapat menular–mengancam spesies lokal.

Sebagai informasi, Loverbird merupakan salah satu jenis burung yang sangat populer di Indonesia [paling disukai di seluruh dunia].

Sebab, bentuk fisik dan warna bulunya indah. Suaranya juga merdu, serta perilakunya menarik.

Lovebird juga termasuk burung paruh bengkok–berukuran sekitar 13 hingga 17 cm–dan memiliki berat badan sekitar 40-60 gram [berekor pendek].

Lovebird juga termasuk marga Agapornis yang terdiri dari sembilan species, yakni:

  1. Canus,
  2. Pullarius,
  3. Taranta,
  4. Swindernianus,
  5. Roseicollis,
  6. Fischeri,
  7. Personatus,
  8. Lilianae, dan
  9. Nigrigenis.

Lovebird merupakan burung yang selalu hidup berkelompok, baik ketika mencari pakan, pun beristirahat di malam hari.

Mereka bersifat monogami–setia pada pasangan–dalam jangka waktu yang lama.

Habitat Lovebird adalah Afrika, seperti padang rumput, pinggiran hutan dekat sungai, hutan semak, sabana dataran rendah, kawasan pertanian [dapat dijumpai pada ketinggian 0-2200 dpl].