Berita  

Makna Toleransi yang Sesungguhnya dari Kacamata KH Syukron Ma’mun

Toleransi yang Sesungguhnya

Ngelmu.co – Menghadiri Kajian Kitab Irsyadus Saari—kitab kumpulan karya Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari—yang digelar oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Rabu (5/2) kemarin, tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Syukron Ma’mun, menjelaskan makna toleransi yang sesungguhnya.

Toleransi yang Sesungguhnya

Pengasuh Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta, itu mengatakan, Islam merupakan agama yang memiliki toleransi tinggi.

“Toleransi itu bukan menganggap semua agama sama. Melainkan toleransi itu hanya sekadar saling hormat-menghormati,” tuturnya, di Kantor DPP PKS, Jl TB Simatupang, No. 82, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

“Orang Kristen ke Gereja, tidak usah kita halang-halangi. Kita hormati mereka, saling harga-menghargai. Hidup rukun. Mengapa? Karena dalam Islam mengenal konsep ‘Laa ikraha fiddin qod tabayyana rusydu minal ghayyi’, tidak ada paksaan dalam beragama,” sambung Kiai.

Lebih lanjut ia menekankan, toleransi itu sebatas saling menghormati. Rukun antarumat beragama, tetapi bukan berarti membenarkan semua agama.

“Ajaran Islam sudah memberikan mana yang petunjuk mana yang sesat. Jadi kita tidak perlu lagi memaksa mereka,” tegas Kiai.

“Toleransi itu ada batasnya. Jangan mencela kepada mereka yang menyembah selain Allah, nanti mereka akan mencela Allah,” pungkasnya.

Baca Juga: Siapa yang Intoleran?

Sementara Ketua BPU DPP PKS, KH Ali Ahmadi mengatakan, khazanah ilmu keagamaan, harus terus digelar di ruang-ruang publik.

Selain pengajian tematik, umat juga perlu membiasakan diri, mengaji berdasarkan kitab-kitab yang ditulis oleh ulama-ulama Indonesia.

“Kita punya ulama-ulama Tanah Air yang produktif menghasilkan kitab-kitab, yang diakui ulama-ulama dunia, seperti Syekh Nawawi Al Bantani, KH Sholeh Darat, termasuk pendiri NU, Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, kitab-kitab tersebut patut dikaji, sebab secara sosiologis, ditulis dari permasalahan yang ada di Nusantara.

Ali pun bersyukur, banyak pihak yang mendorong PKS untuk terus melestarikan forum keilmuan, dari ulama-ulama besar Tanah Air.

Ia menyebut, PKS sebagai partai yang tak hanya berperan dalam praktik politik praktis di Indonesia.

Pasalnya, sesuai visi misi partai Islam satu itu, pihaknya ingin mewujudkan cita-cita nasional, seperti yang termaktub dalam UUD NKRI 1945.

Salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Silaturahim Ketua Majelis Syuro PKS, Habib Salim Segaf Al-Jufri, ke banyak ulama Tanah Air, membuahkan silaturahim ilmu,” kata Ali.

“Salah satu yang kita tindak-lanjuti adalah pengajian bersama KH Syukron Ma’mun,” tutupnya.