Opini  

Mengapa Saya Enggan Datang ke Kajian Ustadz Rahmat Baequni?

Ngelmu.co – Nama Ustadz Rahmat Baequni (URB) seketika menjadi populer pasca viralnya potongan ceramah sang dai, seputar Masjid Al Safar di Rest Area KM 88, yang dituduhnya berdesain khas persaudaraan rahasia, Illuminati.

Pasalnya—menurut URB—di bagian mihrab terdapat simbol segitiga. Begitu pula dengan arsitektur masjid secara keseluruhan.

Atas inisiatif MUI Jawa Barat (Jabar), URB kemudian didudukkan satu meja dengan Ridwan Kamil, Gubernur Jabar yang juga arsitek masjid tersebut, dalam sebuah forum tabayyun. Ujungnya adalah, pernyataannya yang lebih berbahaya lagi:

“Haram hukumnya simbol itu ada di dalam masjid, karena simbol itu akan membatalkan shalat kita, dan akan menggugurkan tauhid kita. Betul?”

Secara fiqih, kalimat tersebut sangat problematis. Apakah ada dalil yang menyatakan bahwa simbol segitiga adalah haram? Ulama manakah yang telah berfatwa demikian?

Atau barangkali URB telah membuat ijtihad sendiri, sehingga muncul soal lanjutan: “Apakah URB memang tergolong ulama mujtahid?”

Inilah sebagian alasan kenapa saya enggan datang ke kajian URB, ketika beliau datang ke kota saya pekan ini, untuk mengadakan tabligh akbar.

Sejumlah komunitas anak muda hijrah, sangat semangat menyebarkan informasi acara ini dan mengajak karibnya hadir. Niatnya tentu bagus, sebagai syiar dakwah Islam. Tapi bagaimana dengan isinya?

Fenomena Kajian Akhir Zaman

Belakangan ini, kajian tentang fenomena akhir zaman amat laris manis. Masjid membludak dipadati jamaah yang penasaran dengan cerita-cerita tentang Dajjal, Nabi Isa as dan Imam Mahdi.

Saya senang dengan realitas ini. Sayangnya, sejumlah muballigh sering kebablasan. Karena ini adalah perkara ghaib, maka seyogianya, pembahasannya mesti dicukupkan pada uraian periwayatan yang shahih, atau seminimalnya hasan.

Jika ada tafsiran ulama, harus disebutkan menurut pendapat siapa. Sehingga umat tahu bahwa pendapat tersebut bukanlah absolut atau ijma’ yang wajib diikuti.

Sementara bila ada tambahan yang berasal dari hadits-hadits yang dhaif, maka harus ada keterangan penjelasnya. Apalagi jika dibumbui dari kisah israiliyat, bahkan cerita anonim yang lebih tepat disebut mitos.

Yang paling mengerikan bagi saya, adalah memastikan peristiwa tertentu di masa kini dengan nubuwwat Nabi SAW.

Misalnya ada sebagian pegiat kajian akhir zaman yang menyebut bahwa Imam Mahdi telah bersama Ashhabu Rayatis Suud yang kemudian dipastikan pasukan tersebut adalah Thaliban di Afghanistan.

Ada pula Ustadz Abu Fatiah Al-Adnani yang pernah menulis buku “Dajjal Telah Muncul dari Khurasan”.

Intinya, ada seseorang yang dituduh sebagai Dajjal bernama Sai Baba karena dianggap memiliki banyak kesaktian. Eh, ternyata Sai Baba ini meninggal dunia pada tahun 2011. Gugurlah semua spekulasi selama ini. Rupanya, si terduga hanyalah sesosok guru spiritual belaka.

Sebenarnya, bisa dibilang URB terjerumus di lubang yang sama. Beliau mencampuradukkan dalil syar’i dengan dongeng, sehingga kebenaran justru semakin samar.

Misalnya, beliau mengatakan bahwa Tembok Raksasa Cina dibangun oleh raja Mesir yang beriman Dzulqarnain untuk menghalangi Ya’juj dan Ma’juj.

Begitupun Piramida di Giza, klaimnya, juga di-arsiteki oleh Dzulqarnain. Warganet lalu dengan genit bertanya, “Katanya Dzulqarnain orang beriman, kok bikin bangunan berbentuk simbol kafir (segitiga)?” Hehe. Siapa yang tidak bingung dengan kontradiksi ini.

Dalam ceramahnya, URB berulang kali menyebut nama Syaikh Hamdi bin Hamzah Abu Zaid sebagai sumbernya. Diketahui Syaikh Hamdi adalah penulis buku “Fakk Asrar Fii Dzi Al-Qarnain Wa Ya’juj Wa Ma’juj”.

Di mana, terbit pertama kali 1425 H, dan diterjemahkan di Indonesia oleh Penerbit Almahira dengan judul Munculnya Ya’juj & Ma’juj di Asia, Misteri Perjalanan Dzulqarnain ke Cina.

Merujuk buku itu, URB juga meyakini bahwa etnis Cina merupakan keturunan Ya’juj dan Ma’juj.

Yang paling lucu adalah saat URB dalam unggahan akun instagram resminya menyebut bahwa Samiri berganti-ganti nama.

Di zaman Nabi Isa, ia bernama Yudas Iskariot. Setelah dia selamat dari penyaliban, dia berganti nama menjadi Rasul Paulus yang katanya berciri mirip Dajjal.

Setelah diusir Barnabas, ia mengembara ke Segitiga Bermuda. Masih menurut URB, julukan Paman Sam bagi Amerika Serikat berasal dari nama Samiri, sang pembuat patung sapi.

Jeratan Hoaks

Benarkah demikian? Setidaknya laman wikipedia melansir bahwa Paman Sam adalah sebuah istilah yang diciptakan di AS pada masa perang pada tahun 1812 untuk melambangkan Amerika Serikat.

Nama istilah ini berasal dari nama seorang penyuplai daging bernama Samuel Wilson yang menyediakan daging-daging kepada para tentara, dalam tong-tong bertuliskan “U.S.” (singkatan dari United States): Amerika Serikat; tetapi oleh para tentara dijadikan singkatan dari Uncle Sam: (Paman Sam).

Selanjutnya, salah satu syubhat pemikiran URB adalah pernyataannya bahwa Segitiga Bermuda yaitu kawasan perairan laut antara Florida, Puerto Rico dan Bermuda merupakan tempat azazil (iblis) membangun istana. Itulah sebabnya banyak kapal dan pesawat terbang hilang di sana.

Menurutnya, Azazil membangun istana-istana dari kristal cahaya. Demikianlah sebabnya mengapa kapal itu tampak menghilang.

“Sebetulnya tidak hilang. Ada, tapi tertutup kristal cahaya,” tegas Pembina One Ummah Movement ini.

Selain itu, URB menyebut bahwa kristal cahaya itu pula yang menjadi trik pesulap David Copperfield menghilangkan patung Liberty. Entah dari mana sumbernya.

Tapi dalam forum bersama RK di Pusdai, URB menukil buku “Dajjal Akan Muncul dari Segitiga Bermuda” karya Muhammad Isa Dawud.

Si penulis itu jelas bukan ulama. Ia hanyalah jurnalis Mesir yang sebelumnya ngetop, gara-gara buku kontroversialnya penuh syubhat akidah, “Dialog dengan Jin Muslim”.

Jika kita punya ketelitian memverifikasi, kita dengan mudah bisa menemukan bahwa sang muballigh telah termakan hoaks lawas yang sudah bertahun-tahun diklarifikasi. Tapi saban tahun, kerap muncul lagi dan dipercaya orang.

Misalnya, URB mengatakan bahwa ketika Utsman bin ‘Affan menyusun mushaf, beliau mencari kertas ke Cina dan bertemu ulama Uyghur namanya Wong Fei Hung.

Padahal, Wong Fei Hung lahir 9 Juli 1847, meninggal 17 April 1925. Bagaimana logikanya bisa bertemu dengan Sayyidina ‘Utsman? Praktisi ilmu beladiri Hung Ga ini lahir di Foshan, sebelah timur Tiongkok.

Kenapa tiba-tiba jadi ulama Uyghur yang berbasis di Xinjiang, sebelah barat negeri Tirai Bambu tersebut? Ini jelas hoaks lawas yang sudah terbantah.

Di potongan video yang viral, URB menyebut Unidentifyed Flying Object (UFO) adalah kendaraan pengintai dajjal untuk mengintai kekuatan dunia.

Ia juga menyebut crop circle sebagai kode konspirasi dunia. Seperti crop circle yang muncul di Jogja beberapa waktu lalu.

Duh, sedihnya mendengarkan itu. Karena faktanya, pada tahun 2011, seorang mahasiswa sains mengaku membuat “jejak UFO” tersebut di areal persawahan Jogotirto, Berbah, Sleman, Jogjakarta.

Masih di video yang sama, URB mengatakan bahwa UFO mendarat di Area 51 Nevada, Amerika Serikat.

“Di sana take over, landing-nya UFO. Di sana UFO dibuat,” ujarnya.

Artikel Tony Firman di Tirto.id pada 17 Juli 2019 kemarin, telah memaparkan bagaimana sederet teori konspirasi lahir dari gurun Nevada.

Di instalasi militer rahasia AS yang letaknya 129 km di sebelah barat laut Las Vegas tersebut, hanyalah fasilitas pengujian pesawat terbang, helikopter, pesawat tanpa awak dan aneka teknologi militer.

Tidak ada hubungannya dengan UFO. Satu-satunya yang bikin isu UFO di sana heboh adalah pengakuan George Knapp pada tahun 1989 bahwa ia menyaksikan foto-foto otopsi alien dan pemeriksaan UFO, saat ia bekerja di sana.

Ah, sudahlah. URB sudah pasti tak suka dituduh bahwa konten ceramahnya adalah cocoklogi. Namun, lihat bagaimana ia menyebut Y2K dalam presentasinya sebagai singkatan dari Year of Yehuda Kingdom? Ini jelas ngawur.

Sebab Y2K aslinya adalah kependekan dari Year 2000 untuk merujuk pada problem akibat kesalahan pengitungan komputer, terkait sistem penyimpanan tanggal yang cuma menyediakan dua digit untuk tahun. Tak ada yang lain.

Tak hanya itu, sang ustadz menjelaskan materi utak-atik gathuk tentang pesawat yang menabrak gedung kembar WTC.

Beliau menerangkan kode penerbangan pesawat penabrak adalah Q33NY yang jika dibuka dalam aplikasi Microsot Word dan font-nya diganti menjadi Wingdings maka akan berubah menjadi simbol pesawat, note kembar, tengkorak dan bintang David (lambang bendera Israel). Benarkah ini?

Ya jelas keliru. Aslinya dua pesawat penabrak WTC adalah AAL11 dengan nomor registrasi pesawat N334AA, dan UA175 dengan nomor registrasi pesawat N612UA.

Sudah Tabayyun Belum?

Jadi sudah paham dengan argumen saya kan? Tapi tak semua bisa mencernanya. Seorang kawan menegur saya via Whatsapp, “Antum sudah tabayyun dengan beliau belum?”

Saya jawab apa adanya. Ketemu saja belum, bagaimana saya mau tabayyun. Beragam pertanyaan dan kritik warganet di youtube dan instagram saja tak ada yang digubris beliau.

Lagi pula, sebagian kekeliruan telah nyata sebagai kabar bohong. Tak perlu lagi klarifikasi.

Pasti akan ada yang menuduh saya sombong. Toh saya bukan ulama juga. Ya, saya memang bukan ahli agama. Saya tidak punya kapasitas berfatwa.

Tapi saya adalah seorang manusia yang mencoba memverifikasi setiap kabar yang saya terima dan tidak lekas-lekas menyebarnya.

Saya ingat betul petuah Baginda yang mulia SAW, “Cukuplah seorang Muslim disebut pendusta, jika ia mengatakan semua yang ia dengar”.

Lantas, ada beberapa teman yang menyarankan saya hadir saja di kajian URB, agar bisa bertanya secara langsung dan mendesak beliau agar menyebutkan maraji’ alias referensi atas pernyataan-pernyataannya yang sensasional itu.

Terima kasih atas masukannya. Nanti akan saya pertimbangkan matang-matang. Saya hanya khawatir, ketika ditanya secara tajam, URB hanya menjawab seperti ketika ditanya oleh penyidik kepolisian saat dijadikan tersangka hoaks petugas KPPS tewas diracun:

“Tentang apa yang diberitakan kalau saya menyebarkan berita bohong terkait dengan anggota KPPS yang meninggal dunia, itu saya hanya mengutip saja dari pemberitaan yang sudah viral di media sosial”.

Bagaimana? Coba disimak baik-baik sindiran pengarang Malaysia ini, “Orang-orang di zaman akan datang, akan gemar sekali bercakap-cakap pada perkara-perkara yang mereka tidak tahu, merendahkan mutu orang lain: menghina dan mencela dengan tidak usul, periksa lebih dahulu dan dengan tidak bersebab apa-apa,” (Ishak Haji Muhammad, Anak Mat Lela Gila).

Wallahu a’lam bish-shawab.

Staf Ditjen Bea & Cukai, Kemenkeu yang juga merupakan Ketua Forum Lingkar Pena Wilayah Sumatera Utara, Anugrah Roby Syahputra

Oleh: Anugrah Roby Syahputra